Cermin (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 16 July 2014

Lewat tengah malam Nelly dan Mona telah tertidur dengan pulas, lampu yang terletak di atas meja sengaja dinyalakan karena Mona takut dengan kegelapan. Tanpa ada seorang pun menyentuhnya, tiba-tiba saja kaki Mona tertarik ke bawah.
“Ah, Nelly don’t do that, its not funny.” Racau Mona sambil menggaruk-garuk pipinya seperti orang yang sedang mengigau. Ia menarik selimut dan menutupi kepalanya. Beberapa detik kemudian kaki Mona lagi-lagi tertarik ke arah bawah lebih keras dan membuat tubuhnya ikut terseret. Mona terbangun dengan tatapan memantau ke sekeliling ruangan dan sesekali memerhatikan kakinya. Perasaan takut pun menyelimuti dirinya karena tiba-tiba tercium aroma jasmin di dalam kamar dan sesekali tersecium bau bangkai di sela-sela hidung Mona. Tak ada satu pun yang aneh dengan kamar tidur itu tetapi serasa ada sesuatu menggeram di bawah kasur. Mona mencoba mengintip dengan membungkukkan badannya ke bawah kasur dengan perlahan sambil menyengirkan matanya. Tak ada apapun disana selain lemari dan pintu kamar. Mona berusaha mengalihkan pikirannya dan kembali berfikir normal untuk meredakan ketakutannya. Tetapi saat dia berusaha mengangkat badanya tiba-tiba saja terasa berat seolah-olah ada yang sedang menahannya. “Hmmhmmhmm” Dengan posisi terbalik Mona berusaha teriak tapi tak terdengar apapun, matanya kini melotot dan menatap lurus ke arah pintu dari kolong tempat tidur. Pikirannya masih sadar tetapi tubuhnya tak dapat digerakan sedikit pun.

GreeeEEkk. Suara pintu terbuka perlahan-lahan, sesekali berhenti dam sampai akhirnya terbuka sepenuhnya. Kejadian itu disaksikan dengan mata kepala Mona yang membuatnya semakin mengigil ketakutan. Seketika terlihat sesosok wanita berkebaya dengan kaki pucat bergerak masuk ke kamar dengan gerakan menyeret-nyeret dan tiba-tiba wajah dengan rias pengantin dan penuh darah itu seketika berada di hadapan Mona..
“AAAAaaaAaAaAaAA.” Jerit Mona memecah ruangan ketika melihat wajah menyeramkan tepat di depan wajahnya. Jendela terbanting entah karena angin atau ada yang melewatinya membuat keributan yang membangunka Nelly. Nelly terkejut melihat Mona yang berteriak histeris dengan menunduk dan memeluk lututnya.
“Mona, ada apa, apa yang terjadi? Mona!” Ucap Nelly sambil mengguncang-guncang tubuh Mona. Nelly bingung dengan apa yang terjadi pada sahabatnya yang bertingkah seperti orang yang baru saja melihat hantu.

Beberapa detik kemudian terdengar suara gamelan dari arah luar kamar tidur. Karena penasaran Nelly beranjak dari tempat tidur dan keluar. Ia memandang ke kiri dan ke kanan ruangan sangat gelap namun tidak ada siapapun di sana. Terlihat jam berukuran besar menunjukan pukul 2 pagi, sepertinya tak wajar apa bila ada seseorang berkeliaran membunyikan gamelan di pagi buta seperti ini. Dengan mengumpulkan semua keberanian Nelly mencoba menulusuri arah suara gamelan tersebut. Suara itu tepat berasal dari arah cermin di hadapannya yang berjarak 5 meter. Udara tiba-tiba menjadi dingin mencekam dan angin yang datang melewati jendela menghempas-hempaskan gorden putih yang terbuat dari sutra.
“Kemarilah Nelly, Kemarilah ikut aku!” terdengar bisikan dari arah cermin tersebut memanggil-manggil Nelly. Seperti terhipnotis Nelly bergerak maju sambil konsentrasi mendengar panggilan tersebut. Dia telah tepat berada di depan cermin antik warisan leluhurnya, tangannya bergerak mengarah ke cermin dan menyentuhnya. Tak disangka ibu jari tangannya berdarah tanpa sebab apa-apa meninggalkan bekas bercak darah yang meleleh dan seketika menyerap masuk ke dalam kaca. Nelly merasa terkejut dan ketakutan dengan ekspresi wajah tegang Ia berbalik dan mendapati sesosok tubuh besar dan tinggi masuk ke kamarnya. Ia berusaha lari dan saat langkah kedua ia terjatuh, terlihat sebuah tubuh putih pucat dengan bercak darah tengah menggenggam kuat kaki Nelly dan menariknya ke arah cermin.

“Tolong, tolong aku !!!!” teriak Nelly. Tetapi suaranya tak terlalu keras untuk membangunkan seisi rumah. Kuku tangan sosok yang keluar dari cermin itu terasa panas membuat kulit Nelly melepuh. Nelly membalikkan badannya dan melihat sosok yang sedang menarik kakinya, sosok itu mempunyai rambut panjang dengan mata kuning yang bersinar melotot ke arah Nelly dan gerak bibir meracau yang entah mengatakan apa. Nelly menjerit sebisa bisanya dan menendang-nendang kakinya ke arah hantu itu. Beberapa inci lagi kaki Nelly sampai di cermin, tak sampai 5 detik kulit kakinya telah menyentuh pemukaan kaca dan terasa sangat perih seperti disilet-silet. Nelly kembali mengumpulkan tenaganya dan menarik tubuh dan kaki untuk menjauh dan akhirnya kakinya lepas dari cengkraman tangan putih berkuku hitam panjang itu.

Dengan terpincang-pincang Nelly berlari menuju ke arah kamar tidur dengan memanggil-manggil Mona. Ketika Nelly berbalik belakang, Ia melihat sosok itu kembali keluar dengan retaknya cermin dan tangannya satu persatu keluar diiringi dengan pancuran darah yang menyeruak dari balik pecahan kaca. Nelly kembali mempercepat langkahnya setelah melihat hantu itu merangkak dan memanggil manggil namanya.
“Mona!” Teriak Nelly sekencang-kencangnya membuat Mona terkejut dan tersadar dari ketakutannya dengan posisi masih memeluk lututnya. Ia segera beranjak dari kasur untuk keluar.
BletaaAAK…!!! suara pintu tertutup sangat kencang membuatnya menjerit sejadi-jadinya. Lampu di atas meja berkedip-kedip dan terlihat sosok tubuh besar hitam menggantung di langit-langit kamar. “AaaaAAAaaaAA!!!!” suasana semakin gaduh dengan teriakan Mona yang melengking.
Sosok yang merangkak tersebut bergerak dengan cepat ke arah Nelly yang bejalan pontang-panting dan tidak seimbang karena luka di kaki kanannya. Beberapa kali Nelly memukul-mukul pintu kamar namun tidak dapat terbuka. Ia lalu berlari ke arah lorong penghubung ke kamar Omahnya. Dengan tergesa-gesa Nelly berlari sekuat tenaga sampai berada di pintu kamar Kanjeng Janet yang tak terkunci. Sontak Nelly sangat terkejut melihat Omahnya sedang duduk melipat kaki dengan memegang keris di depan cermin yang tak jauh beda besarnya dengan cermin yang berada di luar. Di sekelilingnya terdapat sesajen khas orang Jawa yang tengah melakukan ritual.
“Omah, apa ini semua Omah?” Tanya Nelly tajam ke arah Omahnya yang baru menyadari kehadirannya. Perlahan Kanjeng Janet berdiri dan mematung tak berkata apapun.
“Omah jawab pertanyaan Nelly Omah, sebelum semua bertambah parah, Nelly gak tau apa-apa!” Rengek Nelly yang mulai meneteskan air mata seolah tidak percaya mengetahui bahwa neneknya akan menjadikannya tumbal.
“Ini semua agar Opahmu hidup kembali nak, temanmu harus dikorbankan. Dibutuhkan darah wanita yang masih segar untuk ditukarkan dengan nyawa Opahmu!” Jawab Kanjeng Janet kepada Nelly.
“Ini tidak masuk akal, takkan kubiarkan Omah menjadikan temanku sebagai tumbal dengan iblis yang omah pelihara di dalam cermin-cermin itu.” Tegas Nelly melawan.
“Tapi, sepertinya Iblis itu lebih suka dengan darah mu Nelly. Darah biru yang mengalir di dalam tubuhmu sangat mengundannya. Bagaikan buah nangka yang harum.” Hahahhahaha. Ujar Kanjeng Janet yang sesekali menangis dan sesekali tertawa.
“Omah sudah tidak waras. Hentikan semua ini Omah..! Ingatlah! aku cucumu, aku darah dagingmu. Apa Omah sudah tidak ingat?” Kata Nelly memelas kepada Omahnya.
“Persetan dengan itu semua, yang terpenting aku ingin suamiku kembali!” Racau Kanjeng Janet sambil mulutnya kembali komat-kamit membaca mantra pemanggil iblis dalam cermin itu. Benar saja. Cermin di dalam kamar Kanjeng Janet tiba-tiba terbelah dan memancarkan darah segar seperti kejadian yang tadi. Keluarlah sesosok dengan kulit putih pucat dan rambut panjang menutupi wajahnya. Sosok itu yang tadi menjerat kaki Nelly. Dengan gerakan mematah-matahkan tubuhnya. Hantu itu bergerak ke arah Nelly dengan merangkak sambil memanggil-manggil nama Nelly.
“Tidak! Aku tak mau. Aku akan menghentikan ini semua.” Kata Nelly dengan penuh keyakinan. Diambilnya sebilah tombak yang berada di samping pintu dan di lemparkan ke arah cermin tersebut.
PrreeTaAkk !! suara cermin pecah membuat Kanjeng Janet panik dan menatap ke arah dedemit peliharaannya. Tetapi anehnya dedemit tersebut tak menghilang dan malah tersenyum di balik rambut panjangnya. Nelly tak habis pikir dan malah mundur ke belakang dan menobrak-dobrak pintu kamar. Berulang kali Nelly mencoba membukanya tapi tidak bisa. Di sisi lain terdengar suara Yono dan Pak Jarwan yang memanggil-manggil nama Non Nelly dan memukul-mukul pintu.

“KAU AKAN MATI HAHAHAHAHA.” Kata Sosok berambut panjang itu sambil tertawa menganga-nganga. Kembali ia merangkak ke arah Nelly sambil berdesis berat.
Dan dari fentilasi pintu terlihat Yono tengah mengantung-gantung. Dan melemparkan sebilah bambu kuning kepada Nelly.
“Yono tolong aku, cepat buka pintunya Yono!” Rengek Nelly diiringi isak tangisnya.
“Pintunya sudah diberi mantra non, ambil bambu kuning itu, dan tancapkan ke arah jantung Iblis itu Non” Ujar Yono kepada Nelly dengan khawatir. Nelly segera mengambil bambu kecil seukuran belati itu dan menyembunyikannya di selah bajunya
“Nelly, aromamu sangat enak.” Iblis itu berkata sambil menjilati wajah Nelly. Terlihat lidahnya yang merah dan bibirnya hitam menjamah wajah mulus Nelly. Nelly hanya mampu menutup matanya dan mengeluarkan belatinya.
“Makan ini setan!” Teriak Nelly menancapkan bambu kuning itu tepat ke arah jantung Iblis itu di iringi suara petir dan hempasan angin.
Iblis itu mundur dan memerhatikan dadanya yang ternyata sebuah bambu kuning yang menjadi pantangan dedemit semacam Iblis menancap di dadanya.
HuaaaAaaaAAaaAa…!!! Teriakan keras keluar dari mulutnya yang menganga. Tiba-tiba saja tubunya terbakar dan hangus.. Beberapa saat kemudian makhluk itu menjadi abu dan hilang. Kanjeng Janet yang pada saat itu tengah duduk melipat kaki tiba-tiba bergerak tak tentu arah dan mengeluarkan darah dari mulutnya dan Ia terjatuh menabrak cermin yang ada di hadapannya.
Krretttt…!!! cermin raksasa itu bergerak dan menimpa tubuh Kanjeng Janet yang sedang terkapar.
GubraAAkkk..! Yono dan bapaknya berhasil membuka pintu kamar. Mereka mendapati Nelly yang tengah menangis melihat cermin besar kesayangan Kanjeng Janet terbalik. Kamar itu seperti baru saja terkena angin topan yang membuat benda-benda berserakan dimana-mana.
“Yono! Tolong bantu aku!” panggil Nelly sambil berusaha mengangkat cermin tersebut bergeser dan yang tertinggal hanya baju kebayanya.
“Mana Kanjeng Janet, Non?” Tanya Yono membantu Nelly untuk berdiri.
“Omah tadi tertimpa cermin itu, tapi sekarang menghilang.” Tangis Nelly meledak menyandarkan kepalanya di pelukan Yono.
“Nelly? Oh my god. Kenapa ini bisa terjadi?” tanya Mona sambil tersedu-sedu. Ia datang bersama Mbo Linda dan langsung duduk duduk bersama Nelly.
“Aku tidak tahu. Sekarang yang penting kita selamat.” Jawab Nelly bersedih.
“Bagaimana dengan Omah kamu?” ucap Mona kasihan.
“Aku gak tahu. Mudah-mudahan Omah mendapat tempat yang terbaik.” Kata Nelly sambil berusaha bangkit meninggalkan kamar Kanjeng Janet.

Kesokan paginya Nelly dan Mona berkemas-kemas untuk kembali ke Belanda. Mereka memutuskan untuk menghentikan penelitian mereka. Terlihat di luar Pak Jarwan tengah membakar sesuatu di sebuah lubang besar.
“Lagi ngapain Pak?” tanya Nelly. Disana terlihat dua buah cermin besar di bakar oleh Pak Jarwan bersama dengan barang-barang bekas lainnya.
“Ini Non lagi bakar barang-barang bekas.” Jawab Pak Jarwan masih dengan logat jawanya yang kental.
“Oh, kalau begitu Nelly pamit dulu yah Pak, jaga rumahnya baik-baik yah Pak Jarwan.” Pesan Nelly meninggalkan Pak Jarwan dan Istrinya yang tengah menyapu.
“Saya Pamit yah Mbo Linda.” Teriak Nelly sambil melambaikan tangan menuju ke arah mobil yang sudah disiapkan oleh Yono.
“Bye, See You.” Teriak Mona melambaikan tangan.

Sesampainya di bandara Yono segera membawa barang-barang majikannya ke arah lobi. Setelah menunggu setengah jam akhinya tiba waktu keberangkatan pesawat Nelly dan Mona.
“Yono, kamu beda dari cowok lain. Terima kasih yah karena telah menjagaku.” Ucap Nelly malu-malu.
“Iya Non, gak perlu sungkan. Yono bahagia kok bisa lihat Non Nelly.” Balas Yono sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Aku juga bahagia Yono. Sampai bertemu lagi yah.” Pesan Nelly kepada Yono dengan mendaratkan ciuman di pipi Yono. Nelly menarik tangan Mona dan bergegas menuju ke Pesawat mereka. Dari jauh terlihat Yono melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan kepada mereka berdua. Yono sangat bahagia karena sempat mengenal wanita yang sangat cantik dan baik seperti Nelly.

Dan untuk Kanjeng Janet yang mati dan menghilang bersama cintanya membuat kita mengerti bahwa cinta terasa indah ketika kita mebiarkannya bahagia. Karena cinta adalah anugerah dari Tuhan bukan paksaan dan bukan sesuatu yang dapat diperjanjikan oleh Iblis.

TAMAT

ADVERTISEMENT

Cerpen Karangan: Arfah Kun
Facebook: Arfah Kun Excellent
Nama: Muh. Arfah
TTL: Siwa, 26 April 1996
Hobby: Main gitar dan menyanyi

Cerpen Cermin (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Rumah Angker

Oleh:
Sore itu, ibu mengajak aku pergi ke pasar untuk membeli sayur untuk makan nanti malam. Sampai di pasar, aku bertemu temanku Roi. “Hai Roi.” Sapaku ketika bertemu dengan Roi.

Waru Doyong

Oleh:
Sore hari sekitar pukul setengah lima, hujan turun sangat deras. Aku yang baru saja selesai kuliah terpaksa harus berteduh dan menunggu hujan reda, karena kebetulan aku lupa membawa jas

Mereka yang Tak Terlihat

Oleh:
“AAAA…” Teriakku karena terkejut. “Ada apa Bi?” Tanya seseorang, -Chiko- aku menoleh. “Ini Ko… Ini…” ujarku sembari memperlihatkan sesuatu di laci mejaku. “Loh bukannya it-” ucapannya terhenti. “Kenapa Ko?”

Aku adalah Kamu

Oleh:
Derap langkah kaki terdengar begitu nyaring menemani sepinya malam ini. Entah kenapa, aku merasa malam ini begitu sangat berbeda dengan malam sebelumnya, detak jantungku tiba-tiba berdebar dengan ritme yang

Lupa Baca Doa Sebelum Tidur

Oleh:
Duuarrr!!! Terdengar suara petir menyambar memenuhi seisi ruangan kamarku, membuatku terus terjaga dari tidurku. Dinginnya udara malam masuk melewati celah di jendela, menusuk hingga ke tulang rusukku. Ku lihat

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

7 responses to “Cermin (Part 2)”

  1. Yola tamanda says:

    Cerita nya kerenz aku suka:D

  2. caca says:

    ceritanya bagus N keren bingits

  3. Raihanah Shabirah says:

    Ceritanya bagus, seram

  4. Akizuki AIry says:

    kereeeeeeeeeeeeen bgt 🙂 terharu pas ending :’)

  5. steffanie chen says:

    bagus semoga sukses ya!!!

  6. steffanie chen says:

    kirim lebih banyak lagi ya !!!
    bagussssss
    yg bagus okay !!!!!

  7. Balkis says:

    ceritanya seru bangetz, serem, endingnya bagus 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *