Hurt For Two Years

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 7 August 2014

Apakah kalian pernah merasakan yang namanya ‘Cinta’? Jika belum berarti you and me are the same part. Apakah kalian pernah mencintai seseorang yang tak mencintaimu? Same. Entah kenapa Aku tak pernah bisa merasa dicintai oleh seorang lelaki. Memang rasanya sangat sakit. Tapi, toh kalau memang jodoh takkan lari kemana, jadi selama ini Aku berasumsi bahwa dia bukanlah jodohku.

Hari itu hari pertama bagiku memasuki sekolah baruku di SMP. Selama beberapa minggu ini Aku akan mengikuti MOS atau Masa Orientasi Siswa. Yap, disana memang banyak anak OSIS yaang ganteng, tapi tak ada yang… gimana ya.. kayak Plek gitu di hatiku.

Hari itu Aku bertemu seorang cewek, anak baru juga. Dia sendirian. Tapi anehnya dia itu senyam-senyum sendiri, akhirnya kuputuskan mendekatinya. “Hai, lagi apa kok kayaknya seneng banget gitu? Kenalin Aku Kirana. Halo?”. Dasar orang aneh diajak ngomong kok diam aja, maka Aku menjentikan jariku di depat matanya. “Oh.. kamu siapa? Sejak kapan kesini? Kenalin gue Anya.”, ujarnya. Aih.. gue harus kenalan lagi dong, “Ehm.. Aku udah dari tadi sih disini. By The Way, Aku Kirana. Panggil Ana juga boleh.”. Anya pun tersenyum dan berkata, “Anya dan Ana lucu ya. ‘Double A’ hahaha..”. Aku tak bisa menahan senyum juga. Tiba-tiba saja bel berbunyi, Ah dasar bel sialan. “Yuk, upacaranya udah mulai tuh.”, Aku menunjuk ke arah lapangan yang memang sudah dipenuhi banyak anak. Aku dan Anya pun berlari kecil ke tempat upacara yang agak teduh.

Selesai juga upacaranya. Gak penting banget sih. “Hei, Anya. Kamu kelompok apa?”, tanyaku. “Oh, gue kelompoknya dia Kak Rio. Kelompok Hijau, kamu?”. Aku tersenyum dan menunjuk kelompokku, “Ungu. Kak Julie. Oke pisah dulu ya bye Anyaa..”.

3 hari kemudian
Akhirnya MOS selesai. Aku mencari-cari namaku di setiap kelas, And I am in 7-A. Uh.. nggak ada yang Kukenal. “Selamat pagi semuanya, saya Bapak Agung Anwar, bisa dipanggil Pak Anwar. Selama satu tahun ini saya akan menjadi wali kelas kalian. Oke sekarang kita akan pemilihan pengurus kelas. Siapa saja?”. Yup, Aku juga angkat tangan, karena menurutku menjadi penngurus kelas itu menyenangkan. “Baiklah kita akan mulai votingnya, yang paling tinggi adalah ketua kelas, kedua adalah wakilnya, ketiga sekertaris, dan terakhir bendahara.”, ujar Pak Anwar kemudian.

Semuanya mulai memilih, karena lawanku berat-berat, akhirnya aku jadi sekertaris. “Baik ketua kelasnya, Yoshi. Wakilnya, Dea. Sekertarisnya, Kirana. Bendaharanya, Ryo. Ada yang keberatan? Oke bagus.”. Pak Anwar terus berceloteh macam-macam, tapi emangnya Aku peduli. Aku termenung memikirkan Ashi, teman SD-ku dulu yang pernah kutaksir, tapi malah pindah keluar kota. Luar pulau deng. Ah, dulu Aku selalu bisa melihat senyumnya, tawanya, suaranya, segalanya. Tapi sekarang? Melihatnya saja tak pernah. Berat rasanya untuk melepaskannya, seperti kata guruku, ‘Kalau kita mencintai seseorang saat ditinggal kita akan sulit melepaskannya, sedangkan jika kita hanya temannya, mungkin hanya sedih biasa, tapi jika kita biasa saja ke dia, kita nggak akan pernah merasakan apapun disaat kepergiannya.’

Akhirnya istirahat juga, Aku segera mencari Anya. Ternyata Anya berada di kelas 7-B samping kelasku, kulihat dia sedang menulis sesuatu. Aku pun masuk dan menyapanya, “Anya, lagi apa?”. Anya kaget dan langsung menutup bukunya, “Nggak, gak ngapa-ngapain kok. Ke kantin yuk?”. Aku tahu dia menyembunyikan sesuatu, “Tapi Anya…”. Anya melotot, Aku menyerah. Akhirnya kita pergi ke kantin.

Pulangnya, Aku bareng Anya. “Kirana, ehm.. Aku mau kamu aja yang tahu.”. Aku diam, dan menoleh ke arahnya, “Apa?”. Dia lama diam lalu menghembuskan nafas, “Kayaknya Aku suka deh sama Devan, Kakak kelas kita itu yang kelas 8-A.”. Aku tersenyum, “Ya bagus dong. Kalau menurutku sih dia itu baik, dan bisa jaga perasaan orang.”. Anya tersenyum senang, “Begitu?”. Aku mengangguk mantap, “Ho-oh.”. Sepanjang perjalanan pulang kita terus berbicara tentang Devan.

Besoknya, Anya ditembak oleh Devan, yang pastinya diterima. “Ya ampun, Kirana, tahu gak? Ternyata dia sudah suka Aku dari MOS. Aih.. sama deh.. Ampun aku seneng banget tadi waktu ditembak. Rasanya jantung hampir mau copot, Aku bahagia banget, jawab aa mulut sampai bergetar.. bla.. bla.. bla.. bla..”, Anya terus berceloteh sampai bel berbunyi.

Di kelas kamu tahu pelajaran pertama apa? Fisika. Kebayangkan rumus-rumusnya. Aduh hai, kepala serasa mau pecah. Waktu lagi konsen-konsennya ngerjain ada yang nepuk punggungku, dan waktu Aku noleh, kagetnya setengah mati. Yoshi. Si ketua kelas itu nepuk aku lalu nyubit pipiku? What The… Assh.. Yoshi, Dava, Ryo, Josh, dan Rudi pun tertawa, dan itu semakin membuatku bingung tujuh keliling. “Kir, sorry I just play with them. Maaf ya?”, ujar Yoshi. “Gak pa pa, Tapi. Jangan panggil gue ‘Kir’, That’s not pretty. Call me Ana. Just Ana. A-N-A. Ana.” , balasKu. “Hahaha.. yups, Ana. I don’t know you can speak english. By The Way, Kamu mudeng ta Fisika ituh?”, tanyaNya lagi. “Kagak. Kamu?”, tanyaKu balik, dia hanya cengengesan, yang kuanggap sebagai ‘Ya’. Aku balik badan lagi dan melanjutkan pekerjaan tadi. “Kenapa ya.. kok rasanya ada yang aneh. Tiba-tiba aja dadaku rasanya semilir gitu. Hah, mungkin hanya halusinasiku saja. Back To fisika..”, kataKu dalam hati.

ADVERTISEMENT

Beberapa menit setelah Yoshi gangguin Aku, ada lagi yang menepuk pundakku refleks Aku teriak, “Apa lagi?”, ternyata hal itu terdengar oleh guru Fisikaku, “Yoshi, Kirana, Ryo, Josh, Rudi, dan Dava, nanti saat istirahat ikut saya ke ruang guru. Mengerti?”. Kami bertiga hanya mengganguk.

Istirahat, kami bertiga sudah berada di ruang guru. Tapi aneh ya, Aku berdiri tepat di samping Yoshi dan rasa aneh itu muncul lagi. Apa lagi saat Yoshi menjawilku dan berbisik tepat di telingaku, “Ana, sorry because of me you come here too. Tapi nggak usah khawatir, Aku akan bebasin Kamu dari masalah ini. Jadi just shut up okay!”, bisiknya. Aku hanya mengangguk. Rasanya ada yang aneh lewat di dadaku every I meet him, Yoshi. Dan benar. Yoshi menyelamatkanku dari amukan guru Fisika. I save but not them. Aku pun diperbolehkan keluar. Dan kesempatan ini takkan kulewatkan, Aku menyuruh temanku (Dia suka sama Yoshi dan Drama Queen) untuk pura-pura berteriak di laboratorium IPA. “Kyaaa… tolong ada monster.. Ibu, Bapak, Yoshi Help mee.. I’m to beauty to die.. help!!!”, melihatnya Aku ingin muntah. Guru Fisika tadi pun berlari menuju Laboratorium IPA. Aku menyelinap ke ruang Guru, dan berbisik ke Yoshi, “Yosh, cepet kabur. Ajak yang laen juga. Cepetan.”. Yoshi pun mengangguk dan mengajak semua temannya berlari. “Ada apa ini?”, ucap Guru Fisika tadi. “Ada monster bu…”. Bu Jane alias si Guru Fisika tadi pun langsung melihat ke arah yang diitunjuk Mary, si Yoshi’s Lovers. “Astaga, Mary. Itu hanya laba-laba sayang.”, ucap Bu Jane sedikit emosi. “Iya tapi itu serem, bu.”. Bu Jane menggebrak meja, “Cukup. Hentikan aktingmu itu. Semuanya kembali ke kelas masing-masing sekarang!.”, ucap Bu Jane marah. Aku, Yoshi, dan kawan-kawannya hanya cekikikan sendiri.

Oke, ini mungkin memang aneh, tapi Yoshi itu menurutku lucu, baik, imut, dan pintar. Mungkin tipe cowok idaman. Apalagi dia juga menjadi ketua tim futsal. Kebayangkan populernya dia? dan Aku merasa Aku mulai cinta sama dia. Jadi Aku mulai melakukan pendekatan ke dia atau PDKT. Memang sejak masuk sekolah ini, salah satu dari beberapa teman yang dekat sama Aku ya Yoshi ini. Back To Story, setelah kejadian kemarin, Aku, Yoshi, Dava, Josh, dan Ryo semakin dekat. Selain itu, Aku dan Kak Devan juga semakin akrab tentu saja karena Anya. Dan Aku merasa namaku semakin dikenal. “Ana, kamu dipanggil Bu Jasmin, guru BK itu loh.. Ayo! Mungkin ada tugas, yang perlu kamu tulis.”, panggil Ketua Kelas, Yoshi. Aku dan Yoshi berjalan beriringan. “Ehm.. Yosh, Aku boleh minta nomor HandPhonemu nggak?”, tanyaku memecah keheningan. “Boleh. Nanti ya di kelas. Eh iya, Ana, temenMu yang biasanya berduaan sama Devan itu namanya sapa?”, tanya Yoshi. Kirana tersenyum manis ke arah Yoshi, “Kalau itu sih namanya…”, ucapan Kirana terputus karena panggilan dari Bu Jasmin, “Yoshi, Kirana cepat kemari lama amat sih kalian berdua ini. Habis pacaran dulu ya?”. Refleks Aku celometan sendiri, “Eng.. Enggak bu. Mana mungkin.. A.. Aku pacaran sama.. si.. ini.. Yoshi bu..”, ucapku terbata-bata. “Ibu ini. Liat dong bu, si Ana mukanya jadi aneh hahahaha…”, Yoshi tertawa. Aneh kan. Dia nggak bantah malah ngejek. Weirdo.. but handsome. And cool too. Dia aneh tapi kelebihannya banyak sih. “Iya.. iya.. Nih, ulis nanti dikumpulkan ya..”. Aku hanya mengangguk, Yoshi cengengesan. Weirdo. “Yoshi, kamu kok aneh banget sih?!”, ceplosku. Yoshi melirikku dengan alis dinaikan, “Aneh gimana?”, tanyanya polos. Too plain. “Yang tadi. Kok kamu bukan bantah malah, cengar-cengir gitu? What’s wrong with you? Do you like me right?”, tebakku to the point. “Aish.. jangan kepedean dulu nanti kepalamu gede lagi. Aku Cuma nggak pengen bantah. Aneh aja kita mbantah guru iya nggak?”. Aku berhenti berjalan dan menatapnya dengan wajah bodoh. Mikir apa sih orang ini? Oke, Aku tak mau melanjutkan sekali aneh tetap aneh. Tapi Aku masih suka kok. Hehe…

Next day, Oke hari ini hari teraneh. Dua pasangan sejoli yang baru saja pacaran putus. Kalian tahu kan? Yups, Anya dan Kak Devan. Tadi pagi Aku dengar Anya teriak-teriak, “Kak Devan tega mutusin Aku? Apa kakak nggak lihat kalau Aku cinta kakak?”. Kak Devan menghela nafas, “Tapi Nya, Apa kamu nggak lihat? Semakin aku coba mencintaimu semakin hatiku hancur. You never care to me. You always mad. MAD.” kata-kata terakhinya tadi ditekankan oleh Kak Devan. Air mata Anya sudah tak terbendung lagi. Ia pun lari ke kelasnya. Refleks, Aku mengejarnya. Di kelasnya, Anya menangis di pelukanku, “Udahlah Nya, toh kalau memang kalian jodoh, Takkan lari kemana kan? Dia bukan jodohmu.”, hiburku. “Iya, makasih Ana.”. Aku hanya bisa tersenyum. Dan entah kenapa hatiku mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi.

Istirahat kali ini Aku dan Anya sedang berada di kelasku ketika tiba-tiba Yoshi dan kawan-kawannya masuk ke kelas, dan duduk di belakangku. “Eh, Ana. Siapa tuh?”, tanya Yoshi. “Kenalin ini Anya. Masa kalian nggak tau sih dia kan mantannya…”, Uh-Oh. Aku salah ngomong ya? “Mantannya…?”, tanya Dava. “Never Mind. Forget it”, ujarku akhirnya. Yoshi menjulurkan tanganny, “Yoshi.”, dibalas oleh Anya, “Anya.”. Saat melihat hal itu ada desiran rasa nggak suka di dadaku. Tapi kalau Aku marah, atas dasar apa Aku bisa marah. Toh, Aku bukan siapa—siapanya Yoshi. “Oh, iya Ana, nanti ajak temen-temenmu ini ya ke pestaku?”, ucap Anya. Yoshi terlihat senang. Ya, Anya sebentar lagi akan mengadakan pesta besar. Yang diundang hanya teman-teman terdekatnya. Tapi Yoshi? Masa dia temen dekatnya Anya sih mulai sekarang? “Tuh, liat aja mukanya seneng banget kan. Pastinya Aku undang lah Anya..”, ucapku.

Semakin hari mereka semakin dekat. You know right? Anya and Yoshi. Kalian tahu. Aku cemburu. Padahalkan Aku yang lebih dulu suka Yoshi. Bukan dia?! Tapi kenapa Yoshi lebih dekat dengan Anya dibanding Aku. Bodohnya Aku mengajak Yoshi ke pestanya.

And this is it, the party. Oke Aku adalahh orang pertama yang datang ke pesta ini. Aku mulai menata bajuku, dan menyambut tamu yang datang bersama Anya. Sebenarnya ini adalah pesta Ulang Tahun Anya. Yap, I am allready bring my present. Oke kulihat tamu-tamu sudah banyak yang hadir, jadi sebaiknya pesta dimulai saja. “Ladies and Gentleman, welcome to Anya’s Birthday Party. This section we will have a dance party. Music.”, ucap si pembawa acara.

Semua sudah menari. Hanya Aku dan Anya yang belum menari. Tiba-tiba Yoshi datang. Dia tersenyum entah ke Aku atau Anya. Tapi sepertinya ke Aku sih. Hehe… Dia semakin dekat dan mengulurkan tangan. Tapi.. ke arah Anya. “Anya, mau kan nari bareng Aku?”, tanyanya. Anya tersenyum, “Pasti.”. Mereka pun menari bersama di tengah gemerlap cahaya. Hatiku serasa diiris-iris. Sakit. Apalagi di sesi terakhir nanti. Saat dimana Anya dan Yoshi akan menusuk hatiku dengan pisau.

“Ladies and Gentleman in this final section. You have to give your present to Anya. And start from now.”, semuanya memberi kado ke Anya. Aku berpikir untuk memberinya nanti. Aku orang terakhir. Sepertinya Yoshi juga berpikir demikian. Sebelum Aku maju, Yoshi terlebih dahulu maju, lalu lampu padam. Yoshi mengambil microphone, dan menuntun Anya ke atas panggung. Dan berlutut. “Anya, my princess. In your birthday tonight. I want to ask you something as your present from me. Would you be the princess of my heart? Anya?”, ucap Yoshi. Benarkan, mereka berdua sudah membelah hatiku lalu membuangnya begitu saja. Entah apa yang mereka pikirkan, tapi air mata sudah tak terbendung lagi di kelopak mataku. Sakit. Hanya itu yang kurasa saat itu. Dan hatiku serasa menghilang saat Anya menerimanya. Aku langsung berlari ke luar dan menangis sekancang-kencangnya. Aku menangis disaat semua orang di rumah itu tertawa. Hatiku hancur saat hati semua orang di rumah itu menjadi satu. Tak ada lagi yang dapat kulakukan selain pasrah. Inilah jalan yang Tuhan berikan. Lagi.

Besoknya di sekolah, Aku tak tahu bisa melihat wajahnya lagi atau tidak. Di kelas, Yoshi belum ada, begitu pula Anya. Yang akhirnya kuketahui bahwa mereka berangkat bersama. Padahal tadi pagi Aku sudah bela-belain teriak-teriak di depan rumah Anya.
“Hai, Ana. Kamu tahu tenyata Yoshi itu baik banget ya?”, curhat Anya
Ya Aku tahu itu Anya
“Trus dia itu sayaaang banget sama Aku.”
Cukup Anya. Cukup
“Dia juga ganteng, kece, cool, pinter lagi aih.”
ANYA CUKUP!!!
Hatiku terus berteriak, padahal mungkin curhatan Anya masih banyak. Aku tersenyum, walau hatiku terus menderita. Apalagi saat Yoshi datang dan mengecup kening Anya. DI DEPAN MATAKU. Cukup sudah. Aku berlari ke kamar mandi. Dan menangis disana. Sepertinya hidupku ini sudah nggak berarti. Mulai SD, cintaku selalu pergi begitu saja. Dan selalu berakhir di tangan sahabatku. Mengapa? Mengapa?

2 tahun kemudian

Aku tahu ini berat. Dua tahun sudah Aku memendam rasa itu hingga kelulusan ini. Aku sudah bisa merelakannya dan tersenyum ikhlas. Tapi saat itu juga Anya minta putus. Dan Yoshi menembakku, “Kirana, Aku tahu kamu suka Aku dulu. Tapi maaf Aku nggak menyadarinya. Sekarang Aku baru tahu kalau, Aku suka kamu. Mau nggak kamu jadi pacarku?”, tanyanya. Aku tersenyum lirih, “Dulu memang Aku suka kamu. Tapi apa kamu tahu selama dua tahun Aku mencoba merelakanmu? Dulu hatiku selalu menangis walau bibirku tersenyum. Dulu aku selalu merasakan amarah, saat kalian berdua. Tapi kini? Tak ada lagi rasa itu. Sepertinya sudah cukup kamu menyiksaku. Jadi lebih baik, cari saja yang lain. Maaf Aku nggak bisa jadi pacarmu.”, tolakku. Entah kenapa saat itu Aku ingin menangis. Tapi selama dua tahun Yoshi telah menguras semua air mataku. Semua. Jadi Maaf kalau Aku tak bisa mencoba mencintainya lagi.

Cerpen Karangan: Meme
Facebook: Meidelin Ribka Abiati

Hai namaKu Meidelin Ribka Abiati
Biasanya sih dipanggil Meme
Sejak kelas 5 SD Aku suka baca-baca Novel atau Cerpen
tapi baru kepikiran nulis cerpen kelas 1 SMP lalu
sekarang Aku sudah kelas 2 SMP di SMPK Santo Yusup Tropodo
Kalian boleh menghubungiku di
Facebook: Meidelin Ribka
Twitter: @meme_kirrin
Line: memekeiko

Thx ya yang sudah baca cerpenku ini
makasih cerpenmu.com

Cerpen Hurt For Two Years merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cinta Tak Berbalas

Oleh:
“Gimana, enak gak minumannya?” tanyaku pada Sheila. “enak dong, ini kan minuman kesukaanku” jawab Sheila, sambil meminum jus dari sedotannya. “Pulang yuk, sudah kenyang nasi goreng nih” kataku. “ya

Cinta Jadi Luka

Oleh:
“Maaf Ta, aku nggak bisa lanjutkan hubungan kita,” jelas Agung pada Lita kekasihnya “Kenapa?” Lita tak terima “Rasanya berat aku lakukan ini, tapi gimana lagi? Kalo ada pertemuan pasti

Lelaki Dalam Hujan

Oleh:
Aku berdiri di sudut jendela, kusibak gorden warna hijau tua, pandanganku lurus pada butiran-butiran air yang terus turun membasahi tanah. Seolah menantang langit, mataku tak berkedip menatap awan pekat

Can You Hear Me?

Oleh:
Malam terasa sangat dingin, hujan telah turun dan membasahi bumi. Aku duduk di meja belajarku sembari mengingat kejadiaan yang tadi. Di mana di saat aku sedang menunggu jemputan di

Cinta Sebodoh itu

Oleh:
Kenalkan namaku Rara, aku menyukai seorang cowok bernama Saputra. Awal pertemuan kami sungguhlah lucu, bagaimana tidak? Dengan polosnya dia datang kepadaku menanyakan apakah aku dijemput atau tidak sewaktu pulang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Hurt For Two Years”

  1. Novita Larasati says:

    Gilllaa itu sahabat munafik banget gak bisa ngertiin perasaan sahabat nya sendiri, Anya. Thanks ya Cerpenmu menyentuh banget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *