Cinta Dan Cita

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam)
Lolos moderasi pada: 18 May 2016

Gak.. Ini semua gak bisa kita mulai tanpa ada surat pernyataan bahwa kita yang akan mengurus acara ini “Kata-kata yang keluar dari bibir indahmu dan beberapa percikan air ludah yang ke luar layaknya gerimis bersanding dengan pelangi, suasana dalam rapat menjadi hening ketika dia menjelaskan. Ya siapa yang tak menyukaimu, parasmu yang cantik sikap yang lembut diiringi dengan ketegasan. Kaulah bidadari yang menawan hati setiap lelaki. Dan aku, aku adalah salah satu dari sekian banyak laki-laki yang menyukainmu.

Begitu mudahnya kau membuatku jatuh dalam bayangmu. Tak mampu bagiku mengatakan dengan jujur bahwa aku menyukaimu. Perasaan yang menggebu ingin memilikimu sangat luar biasa ku rasakan, tapi dalam hati kecilku seakan mendeskripsikan bahwa aku tidaklah pantas untuk mendapatkan seorang bidadari sepertimu. Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkanmu? Tidak ada satu kriteria pun laki-laki idamanmu dalam diriku. Rasa suka yang terus menerus tumbuh dalam hati tak mampu aku bendung, aku pasrah dengan hal itu dan menjadikanmu sebagai motivasiku, agar aku menjadi lebih baik darimu dan kau bisa sedikit melirikku. Karena aku ingin menunjukkan bahwa akulah orang yang tepat untukmu.

Empat bulan telah berlalu dengan cepat. Empat bulan yang berlalu ini pun tetap saja aku tak mampu menunjukkan bahwa aku menyukaimu, aku masih merasa kecil saat ada di sampingmu. Empat bulan dirundung kegelisahan, kegelisahan yang terus mencengkeramku. Kegelisahan itu membuatku takut, entah takut kehilanganmu atau aku takut untuk memilikimu. Empat bulan yang terlewat ini tak membuatku lebih dekat denganmu. Malah sebaliknya, aku semakin jauh darimu. Sepatah dua patah kata saja tak pernah aku lontarkan padamu untuk berbasa-basi agar memperoleh perhatianmu dan dekat denganmu.

Aku bisa mengajakmu bercengkerama hanya membahas kepentingan organisasi untuk selebih itu aku tidak bisa. Aku benci menjadi salah satu orang yang menyukaimu, aku benci ketika aku harus dihadapkan denganmu, aku benci bisa mengagumimu dan aku lebih benci lagi kepada diriku sendiri yang tak pernah bisa meluapkan semua isi hatiku kepadamu. Perasaan suka itu selalu membuatku berpikir, aku harus menjadi orang yang sempurna hingga tidak boleh ada kecacatan yang terlihat saat aku berada di dekatmu, jujur itu semua membuatku semakin gelisah.

Empat bulan bukanlah waktu yang lama bagiku untuk mengubah perasaan suka menjadi sayang kepadanya, apa lagi dengan keadaan yang berada dalam lingkup yang sama dari teman satu kampus. Satu angkatan dan kita berdiri dalam organisasi yang sama, tapi aku tak punya keberanian sedikit pun untuk mendekatimu, aku hanya mampu memandangmu dan melukismu dari belakang di lembaran kertas catatanku. Rasa yang begitu besar untuk memilikimu pun tak pernah bisa aku ungkapkan dan rasa itu pula yang membuatku ingin melindungimu.

Memang aku bukan seorang pahlawan seperti spiderman, batman, dan iron man yang selalu menjaga pasangannya, aku hanya satmen (satpam men)! Iya satpam yang ingin melindungi rumah dan kamu adalah rumahnya. Kamulah rumah yang selalu membuat hatiku tenteram. Rumah yang ingin ku hiasi dengan cinta kasih sayang dan ingin ku tinggali bukan hanya sementara tapi selamanya. Tapi itu semua sirna ketika aku menyadari bahwa aku tak punya keberanian untuk mendekatimu. Kata sahabatku aku pengecut jika aku terus memendam perasaan padamu, tapi setiap aku coba untuk berani mengungkapkannya, seolah bibirku membeku dengan sendirinya. Hari, hari, hari, dan hari, aku hanya bisa melewati setiap hari dengan memandangmu dari kejauhan.

“Rik.. Woi Erik.” Terdengar suara seorang perempuan memanggilku dari kejauhan, aku berusaha menggerakkan kepalaku ke arah samping untuk melihat siapa yang memanggilku, karena pada saat itu aku sedang disibukkan dengan handphoneku dan sedang dibuai oleh alunan lagu keroncong di telinga kanan. Aku memakai satu headset, teriakan yang begitu lantang sadisnya dan benar-benar hampir merusak gendang telingaku itu terdengar sangat jelas. Dan saat aku menoleh ke arah suara itu, “Daaarrrrrrr,” bagai petir di siang bolong, mataku langsung tertuju padamu yang di sana, ya kamu sosok wanita yang selalu menghantuiku terlihat jelas di mataku, “Entah ada angin apa atau aku tadi malam mimpi apa ya kok kamu manggilku,” gerutu dalam hati. Betapa bahagianya aku hingga membuat aku ingin terbang melayang bersama burung garuda serta memberitahunya bahwa aku mencintaimu.

Tapi saat kami bertatapan aku hanya memberinya senyuman tipis. Kata temanku, aku harus terlihat cool atau sok-sok gimana gitu biar terlihat ganteng dan misterius. Setelah senyuman tipis aku lontarkan padanya aku kembali menyibukkan diri dengan handphoneku lagi. Beberapa menit aku berpikir, kenapa dia memanggilku? Kalau ada urusan kan biasanya dia langsung mendatangiku kemudian berbicara sebentar lalu pergi! Tumben banget dia kayak gitu, pikirku dalam hati. Tak lama kemudian Risna datang lalu memukulku, Risna adalah sahabatku dari kecil. Dari SD sampai kuliah kami gak pernah beda ruangan selalu sama-sama.

“Kamu tuh kalau dipanggil gak noleh-noleh kayak gak punya telinga aja,” tanyanya dengan nada kesal.
“Loh kamu toh tadi yang teriak! Ya maaf, aku kira Nisa makanya aku noleh ke sana,” jawabku dengan bibir manyun seolah nunjuk Nisa.
“Cie yang terus-terusan mendam rasa.. Hahaha mau sampe kapan kamu gitu? Sampe kambing jadi model atau sampe kambing jadi bintang film,” oloknya.
“Sampe kamu jadi kambing baru aku ngomong kalau aku sayang sama dia,” jawabku untuk membalas olokannya.

Risna adalah tempatku bercerita tentang semua hal apa lagi soal hati. Dia selalu memarahiku dan mengejekku kalau aku ini pengecut, tapi mau gimana lagi kalau aku memang gak punya keberanian. Hingga kepengurusan dalam organisasi ini berakhir aku tetap tidak mampu untuk mengatakan aku suka padamu, tiga kata ini yang membuat hari-hariku dirundung kegelisahan tapi syukurlah ada satu kambing alias Risna yang bisa mengobati kegelisahan itu. Setelah kepengurusan ini selesai aku dan Nisa jarang bertemu karena mata kuliah yang aku ambil banyak yang berbeda dengannya, lama aku tak melihatnya rasa rindu itu muncul. Semakin hari rindu itu membesar dan membandang hingga aku tak mampu membendungnya.

ADVERTISEMENT

Aku berusaha mencari tahu jadwal kuliah yang dia ambil dan aku mencoba mencuri waktu serta kesempatan hanya untuk melihat raut wajahnya elok bagai bidadari. Segala usaha akan aku lakukan hanya untuknya. Seandainya jika aku bisa mengatakan padanya bahwa aku telah jatuh hati padanya mungkin aku tak akan segila ini. Hingga tiba pada akhirnya aku merasa jenuh dengan keadaan seperti ini. Membuatku ingin berhenti menyukainya, aku tak ingin menyia-nyiakan waktuku hanya karena mengingatnya, aku tak ingin diperbudak oleh perasaan. Aku ingin melangkah ke depan dan terus ke depan hingga aku berhasil melewatinya dan aku akan kembali menjemputnya lalu kau dan aku akan melangkah bersama untuk mencapai satu tujuan, iya satu tujuan semoga itu bukannya hanya mimpi semata dan Tuhan akan membantuku menulis kisah kita berdua.

Kelak aku akan mengatakan semua yang aku rasakan kepadamu. Dan kamu, kamu akan tetap seperti itu bagiku karena kamu adalah motivasiku. Dalam buku yang pernah aku baca, “Ada dua bidadari di balik laki-laki yang sukses, bidadari yang pertama adalah Ibu, karena dia selalu mendoakan anaknya dan bidadari yang kedua adalah istri yang selalu menyemangati dan menemani suaminya,” dan aku mau kamu menjadi bidadariku yang kedua. Aku yakin jodoh tak akan pernah tertukar dan aku tak akan pernah lelah berdoa agar kamu menjadi jodohku, akan tetapi, jika nanti yang berjodoh denganmu dan menemanimu duduk di pelaminan dan menjagamu hingga akhir hayatmu itu bukan aku, doaku tak akan pernah pasang-surut untukmu.

Cerpen Karangan: Farezza Afia
Facebook: kotak.reza[-at-]yahoo.co.id

Cerpen Cinta Dan Cita merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Akankah Cinta Dalam Hati

Oleh:
Cinta dalam hati ya mungkin itulah kata terbaik. Tapi aku sendiri tak begitu menganggap sosoknya. Aku masih sangat labil menentukan siapa sebenarnya yang aku suka. Begitu banyak sosok yang

Second Love

Oleh:
Dia Andika Fristyan, teman satu organisasi JURNALIS di sekolahku. Semula ku tidak menyadari kalau aku akan merasakan hal yang sama seperti saat pertama ku bertemu cinta pertamaku. Namun, seiring

Cukup Aku dan Tuhan Yang Tau

Oleh:
Pagi itu udara sedikit mendung, cuaca pun terasa lebih dingin dari hari-hari biasanya. Hal ini membuat sebagian mahasiswa yang ada di sofiah kost tampak begitu malas bergerak dari tempat

Penyesalan Terbesarku

Oleh:
Perkenalkan namaku Andi, umurku 19 tahun. Aku adalah seorang pekerja. Dan saat ini aku sedang bekerja di sebuah toko di Surabaya. Keseharianku adalah menyapa Pelanggan dan membantu pelanggan untuk

Dafodil Terakhir

Oleh:
Wajahnya masih terisi kehampaan serta keluguan, sebuah rompi merah melekat menutupi kemeja putih lusuhnya. Dirinya belum tamat sarjana, namun langkahnya yakin tanpa keraguan. Buku kuliahnya dikepit erat lengannya, tubuhnya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *