I Love Him
Cerpen Karangan: N. Ratna. DKategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 3 May 2019
Wajahku langsung memanas ketika namaku dipanggil ke depan. bagaimana tidak? Aku dipanggil ke depan untuk membaca puisi cinta yang kutulis beberapa menit yang lalu. Memang Aku yang menulis suratnya tapi, itu bukan keinginanku, itu kulakukan hanya karena mengikuti peraturan MOS. Masa MOS adalah masa ketika senior berubah menjadi super galak. Tidak peduli setampan atau secantik apa mereka. Mereka adalah sekumpulan siswa yang paling tidak kusukai selama MOS. Tapi, masa MOS juga masa yang menyimpan sejuta kenangan.
“Raisa putri dewi! Mohon ke depan sekarang, untuk membacakan puisi cintanya buat kakak senior tersayang… Haahaha” ucap seorang senior cowok yang memegang puisi yang kutulis tadi. Aku tergagap, berusaha bangkit dari duduk. Aku menerima uluran selembar kertas yang disodorkan ke arahku dengan lemas. Dari puluhan peserta yang ada di kelas kenapa harus Aku??!!.
“Kak Septiyan mana nih, Rit coba panggil dia tadi Aku liat ada di depan perpus” ucap kak Aji kepada salah seorang temannya. Aku sendiri belum tahu, mana yang namanya Rama Septiyan. Pasalnya Aku menemukan namanya di depan ruang OSIS dalam struktur kepengurusan OSIS. Mataku membelalak begitu melihat seorang pria yang tidak asing lagi. Tetangga yang baru pindah seminggu yang lalu. Memang sih dia tampan tapi, dia begitu menyebalkan karena sikapnya dingin banget. Aku pernah tersenyum sekali ke arahnya, tapi dia malah bersikap cuek dan cenderung acuh.
“Ayo mulai kak Septiyan udah ada di sini” ucap kak Radit seniorku. Aku mengernyit. Tidak tahu siapa yang Ia maksud. Kak Yayan tetangga baruku itu malah berdiri di hadapanku. Dia melipat tangan sambil senyum-senyum.
“Ayo mulai, Kak septiyan udah ada di depan kamu” ucap Kak Radit lagi.
Mataku melotot seperti melihat hantu. Bagaimana mungkin, Kak Septiyan adalah Kak Yayan.
Aku mulai membaca puisi yang ada di tanganku setelah Kak Radit mengulang perintahnya lagi. Dengan hati yang tidak karuan Aku membaca ya perlahan dengan iringan sorakan seluruh isi kelas diujung kalimat yang kuucapkan. Tepat kurang satu bait lagi, Aku berhenti Aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa maluku terhadap Kak Septiyan. Aku berbalik siap berjalan menuju bangku.
“Loh kok cuma segitu, tadi Aku baca banyak kok” ucap Kak Radit yang menyambar kertasnya cepat. Tapi, dengan cepat pula Aku merampas balik. Aku melanjutkan membaca hingga bait terakhir. Tepuk tangan dan riuh tawa terdengar ketika Aku selesai membaca puisinya. Aku langsung bergerak menuju bangkuku namun belum juga Aku sampai di bangku. Kak Septiyan memanggilku.
“Surat itu buat siapa?”
Refleks Aku melirik puisi yang masih kugenggam ujung kertasnya. Tanpa pikir panjang Aku segera menyodorkan puisi ke arahnya. Dia mengambilnya sambil tersenyum.
Hari ini Aku benar-benar tidak beruntung. Sudah disuruh baca puisi di depan anak-anak sekelas, sekarang dompetku juga ketinggalan. Aku kembali menggeledah isi tasku, keselip mungkin. Tapi, tak juga Aku temukan benda penting itu. Setelah yakin dompetku benar-benar ketinggalan Aku menunduk lesu. Bagus, sekarang bagaimana caranya Aku pulang terlalu jauh untuk jalan kaki. Apalagi berangkat tadi Aku numpang. Kuperbaiki tas yang melorot kesiku. Akhirnya jalan kakilah jalan satu-satunya.
Ketika mendongak ke atas langit sudah berubah hitam. Awan mendung berarak-arak mengisyaratkan akan turunnya hujan. Kupercepat langkah agar cepat sampai di rumah. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sampingku. Seseorang membuka kaca jendela. “Ikut bareng Aku aja Sa” betapa terkejutnya Aku ternyata Dia adalah Kak Septiyan. Aku menggeleng “Gak papa kak Aku jalan kaki aja” ya kali Aku menerima ajakannya dengan mudah setelah peristiwa tadi siang di sekolah.
“Mau ujan nih nanti Kamu keujanan loh” bujuk Kak Septiyan
Aku tetap bersikeras untuk tidak mengikuti Kak Septiyan. “Gak kak kayaknya masih sempet sampai rumah kok, kakak duluan aja” baru saja selesai ngomong hujan mulai turun. Kak Septiyan membuka pintu dari dalam. “Udah masuk aja kalo keujanan nanti sakit loh” Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil, Kak Septiyan tersenyum. Aroma mobil langsung tercium di hidungku. Lantunan musik dari cd mengalun merdu. Aku menatap lurus ke depan tidak berani memandang Kak Septiyan.
Tiba-tiba tangannya yang panjang bergerak mematikan cd. Aku sempat kaget dan menoleh ke arahnya. “Aku gak suka kalau hanya diam gak ngomong sesuatu, padahal ada orang di sampingku” ucapnya santai
Aku hanya tersenyum kaku “Sebelumnya makasih ya Kak udah mau ngasih tumpangan”
“Kamu sungguh beruntung bisa naik mobilku, mobilku ini jarang banget dinaikin sama cewek” ucapnya dengan kebanggan. Aku hanya tersenyum menanggapi omongannya. Lelaki sama saja pandai ngegombal. Seperti tahu apa yang Aku pikirkan laki-laki itu langsung menyahut lagi “Kamu pasti mikir kalau Aku cuman gombal”. Aku tersenyum kikuk.
“Kamu murah senyum banget ya…”
Aku mengernyit tak mengerti. Ia menyahut lagi “Iya dari tadi kamu senyum mulu tiap Aku ngomong sesuatu, dan ketika kita pertama kali ketemu Kamu juga senyum kan ke Aku” Aku tersenyum mendengarnya. Lebih tepatnya malu mengingatnya Ia sama sekali tidak menanggapiku waktu itu. “Tuh kan senyum lagi” Kami sama-sama tertawa.
“Kamu sebegitu ngidolain Aku ya? Sampe-sampe kamu ngasih puisi segala ke Aku” ucapnya bangga
“Enggak, siapa bilang Aku nemu nama kak Septiyan di struktur organisasi kepengurusan OSIS. Eh malah ternyata malah Kak Yayan” kilahku
“Benarkah?, huh Aku kira kamu benar-benar mengidolakan Aku”. Aku tersenyum lebar, tidak menanggapi omongan Kak Septiyan dengan ucapan menggoda.
“Oh ya Kamu pasti heran kenapa Septiyan dan Yayan adalah orang yang sama,”
Aku mengangguk. “Yayan adalah panggilanku saat di rumah dan Septiyan adalah nama panggilanku di sekolah”
“Tapi, kenapa harus beda kak?” tanyaku padanya
“Teman-teman yang manggil Septiyan ketika kami berkenalan padahal, Aku sudah ngasih tau kalau namaku Yayan”
Aku melambaikan tangan ke arah mobil kak Septiyan yang bergerak menjauh dan hilang di tikungan. Rumahnya memang tidak terlalu jauh dari rumahku hanya melewati dua tikungan sudah sampai di rumahnya kebetulan memang ia baru pindah seminggu yang lalu.
Hujan hanya menyisakan rintik ketika Aku selesai mandi dan berdiri di balkon kamar. Sungguh indah pemandangan malam ini meskipun bintang dan rembulan tidak menampakkan dirinya karena mendung menutupi seluruh permukaan langit. Aneh, ada sesuatu yang mengisi ruang di hatiku tapi Aku belum tahu pasti itu apa. Apakah ini yang namanya cinta? Rasa yang katanya tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan keberadaanya dalam hati. Tapi pada siapa Aku merasakan cinta?. Bagaimana ini? Aku belum pernah merasakan jatuh cinta. Bagaimana kalau ternyata perasaanku ini hanya rasa suka biasa seperti rasa sukaku pada artis korea.
Aku bergerak menuju keluar balkon merasakan air hujan yang turun rintik-rintik mengenai tubuhku. Mencoba mencari jawaban atas apa yang dinamakan cinta. Sebuah gelegar memaksaku pergi dari sana dan menyudahi lamunanku. Hari begitu dingin Aku menarik selimut sampai kedagu. Memaksakan mataku agar mau terpejam. Rasanya Aku kurang tidur terbukti setelah bangun subuh Aku beranjak untuk tidur lagi, mataku tadi malam tidak mau dipejamkan tapi sekarang malah mau dipejamkan. Akhirnya Aku memutuskan untuk tidur lagi. Tidak lupa Aku atur jam wekerku agar tidak terlambat bangun.
Rasanya begitu nyaman tidur di bawah selimut begini. Seperti putri tidur yang enggan bangun dari tidurnya. Kringgggg kringgg kringgg suara jam weker memekakkan telinga. Aku membuka kelopak mataku sebelah mengintip jam weker. Mataku masih enggan terbuka sepenuhnya. Tapi mataku langsung terbuka lebar begitu mengetahui kalau jarum jam yang paling pendek berada di antara angka enam dan tujuh. Aku langsung berlari ke kamar mandi. Kenapa ini kenapa bisa salah atur jam. Aku mandi dengan sesingkat-singkatnya juga melakukan aktifitas sebelum berangkat sekolah dengan waktu yang sangat singkat. Aku berlari menuruni anak tangga didapur Mamah sedang membereskan meja makan. “Mah Raisa berangkat dulu ya, udah telat!” ucapku sambil berlari. Aku benar-benar tidak rela jika namaku masuk dalam daftar siswa yang terlambat. Aku berhenti di halte bus dekat rumah. Tapi bus yang kunanti tidak juga tiba. Arghh pasti udah jalan nih bus. Gerutuku dalam hati. 15 menit lagi, bagaimana ini Aku terus berlari mengejar waktu. Dari banyaknya kendaraan yang berlalu lalang kenapa tidak ada satupun kendaraan umum semuanya kendaraan pribadi.
Cerpen Karangan: N. Ratna. D
Blog / Facebook: Novitara Dewi
Cerpen I Love Him merupakan cerita pendek karangan N. Ratna. D, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Pilihan Hati
Oleh: Suci Puspita SariSudah Lima tahun aku bersamamu. Bersama dalam Cinta namun dilingkari dengan Duka. Cinta ini hanya aku yang tau, hanya aku yang temukan dan hanya aku yang rasakan. Tak mengapa,
Jarak Terdekat
Oleh: Diana Fitri WulandariSore itu, tepat pukul 14.00 Rian datang ke rumahku. Baju merah dengan setelan jeans itu nampak sangat cocok dipakainya. Rasa senang di hatiku tak bisa padam, aku hanya bisa
Remember Summer (Part 1)
Oleh: YvonemelosaApa yang akan kalian pikirkan jika mendengar kata “SUMMER?” Pasti yang ada di pikiran kalian adalah sebuah musim panas di daerah empat musim selain Indonesia. Lalu bagaimana bila Summer
Bersaing Di Piala Walikota
Oleh: BlazePagi itu aku bangun dikala adzan subuh berkumandang. Hal yang selalu aku lakukan tiap bangun tidur adalah minum segelas air yang segar. Bagiku meminum air itu selalu membuat pikiranku
Garuda di Dada Sang Bocah
Oleh: Doni Eka Saputra Oktora SiregarDi bawah sinar matahari pagi, sang bocah berjalan menuju lapangan sepakbola. Tangan kanannya menjinjing sepatu bola, sementara tangan kirinya mengapit sebuah bola di antara badannya. Aku alihkan pandanganku menuju
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply