Kenapa Jatuh Cinta

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam)
Lolos moderasi pada: 30 April 2016

Di pinggiran kota inilah aku memulai segalanya, detik yang berjalan, hari yang terus berlalu, impian yang terangkai, harapan yang selalu tumbuh, dan juga cinta yang selalu bersemi. Sejujurnya, sampai saat ini aku masih tak pernah mengerti kenapa aku jatuh cinta? Untuk bertemu dan berkenalan dengannya pun tak mampu, malu, bibir ini seakan terkunci rapat dan enggan untuk berbicara. Karena dia, sampai saat ini aku menolak untuk hadirnya cinta yang selalu datang dan menggoda iman. Ayam-ayam berkokok dengan sangat merdu, seakan sedang berduet dengan suara lantang ibu yang sedang membangunkanku dan Ayah yang masih enggan beranjak dari dalam mimpi. Suara ibu yang merusak dunia dan sudah menjadi ciri khas, dijadikan warga lain sebagai penanda jika hari sudah pagi, jika aktivitas sudah harus dimulai.

Terkadang, aku merasa sebal dengan suara ibu itu. Beliau lebih sering mengganggu mimpi indah daripada mimpi buruk. Aku pun juga bingung, mengapa mimpi indah itu selalu terjadi di hari-hari aku masuk sekolah. Jika, hari libur selalu sebaliknya. Mungkin, ada yang salah dengan mimpi ini, atau entahlah tak mengerti. Tepat di depan rumah, ada tiga kamar mandi umum yang selalu dipakai oleh warga. Tepat di samping kirinya, ada sebuah tangga turun menuju ke sungai yang masih jernih dan belum sekalipun terkontaminasi oleh kotoran atau polusi rumah tangga.

Bila sore tiba, aku dan beberapa temanku sering bermain air di sungai itu. Kami sering memandang ke arah rumah sebelah yang bila sore tiba, seorang gadis kecil yang cantik jelita selalu duduk sembari menatap langit sore yang indah. Kami sebenarnya ingin sekali, pergi ke arahnya, mengajaknya berkenalan, dan bermain bersama. Tetapi, kami terlalu malu untuk melakukan hal itu. Aku tahu, dalam lubuk hati yang paling dalam, dia ingin sekali bermain dengan kami. Terbukti dari sorot matanya yang selalu tertuju kepada kami untuk beberapa saat. Kemudian, dia masuk dengan wajah yang penuh malu.

Di sebelah kanan kamar mandi, ada tembok pembatas yang sengaja dibangun. Biasanya dari tembok itu, aku bisa melihatnya menjemur pakaian di pagi hari saat libur. Kali ini pun sama, dia ke luar dengan seragam sekolahnya yang rapi, menunggu Ayahnya yang selalu setia mengantar dan menjemputnya sekolah. Aku terdiam sejenak, memandang wajah cantiknya yang indah bagaikan rembulan. Lamunanku melayang-layang, seakan-akan aku ini adalah pahlawannya yang selalu ada untuk dirinya. Senyumannya dalam angan-anganku terlihat nyata. Benar-benar sempurna. Ingin rasanya hati ini berkata jujur, jika aku mengaguminya, menyukainya, dan mungkin juga mencintainya.

“Ringgo!!!” teriak Ibu yang tepat di telinga sebelah kiri. Sekali lagi, suara ibu yang merusak dunia itu membangunkanku dari lamunan yang teramat sangat aku inginkan. Terkadang, aku membenci ibu yang tak pernah bisa berubah. Terkadang pula, aku bersyukur karena aku tak pernah terlambat mandi dan masuk ke sekolah.
“Apa masih kurang kau bermimpi? Cepatlah kau mandi!” kata ibu yang sebenarnya masih banyak kata-kata yang diucapkannya.

Tak lama setelah aku beranjak menuju kamar mandi, seseorang berteriak minta tolong. Semua warga yang mendengarnya beramai-ramai melihat apa yang sedang terjadi. Ternyata, dia terjatuh dan masuk ke dalam sungai. Dia tak bisa berenang, hanya mampu meminta tolong. Tanpa berpikir panjang, aku melepas kausku dan turun ke bawah. masuk ke dalam air, menyelamatkannya yang hampir tak bernapas. Kedua bola mata kami saling menatap satu sama lain, sebelum dia benar-benar pingsan. “Terima kasih,” katanya.

Aku mencoba sekuat tenaga membawanya ke pinggiran. Kedua orangtuanya tampak panik, tetapi mereka sedikit lega bila anak satu-satunya itu selamat. Aku pun langsung pulang ke rumah, dengan sambutan tepuk tangan dari semua orang. Ibuku berlari ke arahku, membawakan handuk dan langsung memelukku. Tampak sekali raut wajahnya menunjukkan jika beliau bangga kepadaku. Aku melihat ke arah seberang, kedua orangtuannya membawanya pergi ke rumah sakit. Tatapan mata itu adalah tatapan mata terakhir yang ku lihat. Karena, sejak saat itu dia tak pernah kunjung terlihat baik di sore hari atau di pagi hari. Aku selalu merindukannya.

Sampai saat ini pun aku masih merindukannya. Bahkan, bayang-bayangnya pun masih sempat terlihat olehku. Aku masih berdiri di tempat yang sama, saat aku menatap wajahnya dulu. Tiba-tiba saja, dirinya hadir dan melambaikan tangannya. Dia didampingi oleh ibunya yang juga melambaikan tangannya. Senyumnya, dan wajahnya masih saja sama seperti halnya cintaku yang juga masih sama. Entah, kenapa jatuh cinta?

Cerpen Karangan: Van Rizky
Blog: nusantarabercerita.blogspot.com
Facebook: Ipmawan Van Ryo (Rizky)

Cerpen Kenapa Jatuh Cinta merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Tertipu

Oleh:
Guyuran air dingin mengembalikkan kesadaranku hingga penuh. Bulir air yang menghantam kepala dan pundakku mental tak beraturan, kadang membasahi handuk yang ku gantung di dekat pintu. Suara hempasan air

Pemilik Mata Indah Itu

Oleh:
Kubuka mataku dan kulirik jam di handphoneku menunjukan pukul 17.07. Ah, lagi-lagi aku telat, pikirku. Dengan cepat aku beranjak bangun dan bersiap-siap untuk pergi. Mini dress rajutan berwarna kuning

Me and My Beloved

Oleh:
Aku tidak henti-hentinya memainkan pulpen yang ada di tangan kanannya. Mataku menerawang, dia tidak sedang fokus kepada pulpen itu. Lalu cerita 23 jam yang lalu kembali terputar di otakku.

Never Mine

Oleh:
Kalian tahu tidak, bagaimana mencintai seseorang yang cintanya bukan untuk kalian? Sakit. Ya, tentu saja. Hal tersebut aku rasakan selama beberapa tahun terakhir ini. Namaku Ica, Kalisya Icana Dewi.

Penantian Yang Tak Berujung

Oleh:
“Penantianku selama kurang lebih 7 bulan tidaklah sia-sia, dia yang aku tunggu kini telah kembali.” Dia adalah seorang pria yang merupakan kakak tingkat di kampusku, aku mengenalnya sejak pertama

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *