Wednesday Boy

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 12 November 2016

Prittt!!! Prittt!!!!
Suara peluit yang khas milik guru olahraga membuatku langsung menutup telinga, aku menggerutu kesal melihat pak Hari menyuruh kami untuk ganti baju lebih cepat.

Oh ya, namaku Arnellia, siswi kelas 8C yang sudah hampir setahun sekolah di SMP-SMA Yavilix, nama yang aneh untukku. aku tidak terlalu tinggi ataupun pendek ya mungkin bisa dibilang standar, badanku tidak kurus ataupun gemuk jadi biasa saja, aku lumayan pintar dalam kelas (ya tergantung mood sih).

Hari ini adalah hari Rabu, hari kesukaanku.. yah tidak juga sih. aku suka karena hari ini ada pelajaran olahraga dan sekarang aku sedang berdiri di koridor depan kelasku menunggu teman-temanku.

“ayo!! ayo cepetan, keburu bel berikutnya bunyi!” seru Pak Hari. aku merapihkan bajuku sembari menunggu yang lama banget ganti bajunya padahal tinggal lepas terus ganti, tapi ya kebiasaan 8C gitu suka ngulur waktu buat turun ke lapangan.

Saat aku sedang asyik memandangi teman-temanku yang menunggu lainnya, pandanganku jatuh pada kelas sebelah yang adalah kelas 9A, pintu itu terbuka.

Seorang cowok berkacamata ke luar, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek juga, mungkin sama denganku. Dia ke luar sambil menengok ke segala arah seolah memastikan kondisi luar, aku tersenyum geli melihat tingkahnya lalu aku melihatnya berjalan menuju meja piket yang ada di dekat tangga.

Aku mengalihkan pandanganku dari cowok itu, sadar bahwa aku memperhatikannya terlalu lama. aku berjalan menyusul teman-temanku yang dari tadi memanggil namaku.

Di lapangan futsal, tidak terlalu banyak teman kelasku yang berkumpul, ada yang masih di atas dengan alasan pura-pura sakit, sebenarnya aku tahu bahwa mereka malas olahraga di tengah hari yang membuat manusia sakit kepala.
Aku menanggapi singkat obrolan soal materi pelajaran olahraga hari ini, malah aku berpindah tempat menjadi duduk di bawah pohon dekat lapangan.
Mataku tak sengaja melirik ke arah lantai 3 dimana letak kelasku berada, dan aku terkejut mendapat pemandangan yang menarik.

Cowok berkacamata itu…

Angin siang hari membuat rambutku sedikit bergerak, tapi aku tetap saja terpaku pada cowok itu, kulihat rambutnya juga ikut bergerak akibat angin tapi dia tidak merasa terganggu, malahan dia tersenyum.

ADVERTISEMENT

Matanya tidak terlalu sipit, mungkin seperti campuran cina dengan jawa, model rambutnya selalu rapih dan tidak pernah kena razia rambut, kulitnya putih bersih dan bibirnya agak kemerahan. Sempurna? Tidak… tapi membuatku kagum.

Aku mengenalnya, namanya Austin. Ketua kelas di 9A, terkadang namanya sering disebut-sebut oleh beberapa guru dan juga pernah digosipin suka modusin cewek. ya aku tidak tahu harus percaya apa tidak, karena aku tidak suka berurusan dengan kakak kelas.

Ia menyender di pembatas koridor, matanya menatap ke arah depan seperti ia terlalu menikmati objek di depannya. aku tidak tahu dia melihat apa, entah jalanan, langit, atau tanah kosong dekat sekolah.

Diam-diam aku membayangkan dia melihatku lalu dia tersenyum, dia tertawa ketika aku menghiburnya dikala ia sedih, dia merasa nyaman ketika aku berada di dekatnya, aku menjadi pendengar yang baik ketika dia menceritakan kisahnya.

Andaikan saja aku menjadi sahabatnya, menjadi orang terpenting yang tidak dilupakan olehnya, menjadi orang yang membuatnya selalu tertawa setiap saat, menjadi orang yang selalu mewarnai kisah hidupnya.

Tapi itu hanya bayanganku saja, terkadang aku tidak sengaja melihatnya tengah mengobrol bersama temannya ataupun berjalan melewatiku. andai saja aku mempunyai keberanian untuk menyapanya dan bersahabat dengannya, sudah kubilang kalau itu hanya mimpi semata.

Aku tersenyum dalam diam melihatnya tertawa saat dia dipanggil oleh temannya dan dia menghilang kembali ke kelasnya.

“Arnell!! ngapain disitu? ayo ke lapangan basket!” teriak salah satu temanku membuatku langsung tersadar dan aku pun menyusulnya meninggalkan lapangan futsal.

“gue ke atas duluan ya, eh nitip beli aqua ya” kataku lalu berjalan cepat meninggalkan kantin yang agak ramai karena dihuni kelasku, aku pun menaiki tangga menuju kelasku.

Aku mengelap keringat dengan baju olahragaku, ya jorok memang tapi aku lupa bawa sapu tangan. saat aku mau berjalan menuju meja piket yang disitu ada sekretaris kelasku dan juga sahabatku, aku menabrak seseorang.

Buku yang ia bawa terjatuh akibat tabrakannya agak kencang, aku pun segera mengambil buku itu tanpa melihat siapa yang menabrakku. dan saat aku berdiri tegap, jantungku berdegup kencang.
kali ini dia memakai jaket biru navy membuatnya seperti badboy menurutku, dan dia menatapku tanpa ekspresi. aku mengulur buku miliknya dengan tangan sedikit bergetar, oke jangan takut ke kakak kelas.

Ia mengambil buku itu dan sedikit menyentuh tanganku dan itu memberikan efek yang besar padaku, aku menatapnya sekilas lalu pergi dari hadapannya tanpa mau memperhatikannya yang masih diam.

Mungkin saja jantungku akan berhenti karena cowok yang menabrakku adalah Austin, memegang lenganku dan membuatku berhenti di tempat, kuberanikan diri menatapnya. “kenapa ya kak?” tanyaku menahan degupan yang di dalam, entah kenapa hawanya panas sekali.

“lo Arnellia kan?” tanyanya balik, entah kenapa aku agak risi karena pegangannya belum lepas juga. sadar bahwa aku menatap tangannya dengan aneh, dia tersenyum lalu melepaskannya.
“sorry sorry, lo arnellia kan?” tanyanya lagi, aku mengangguk lalu menatapnya penuh tanya.

“lo dipanggil bu Reta di ruang guru” katanya, lagi-lagi aku mengangguk tanpa suara dan aku memutar tubuhku menghindari tatapannya yang membuatku gugup.

“eh arnel!” aku menoleh lagi ketika Austin memanggilku, sebenarnya dia mau apa sih, dari tadi memanggilku mulu dan melakukan obrolan singkat yang tidak bermutu untukku tapi aku sedikit bahagia karena bayanganku berubah jadi kenyataan.

“lo ada contact bbm gue gak? ntar gue bbm lo” ucapnya sukses membuatku tidak percaya, kalau ini mimpi jangan biarkan aku bangun, tapi saat aku melihat senyumannya, aku sadar ini benar-benar kenyataan dan aku mengangguk lalu dia melambaikan tangan ke arahku dan pergi menuju ke toilet.

Diam-diam aku tersenyum senang memikirkan kejadian singkat tadi, yang semula hanya angan-anganku saja menjadi kenyataan. Austin, aku berharap aku bisa menjadi orang yang selalu mewarnai kisah hidupmu.

Cerpen Karangan: Adelia Stevina
Facebook: Adelia Stevina

Cerpen Wednesday Boy merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Suka Sama Kamu

Oleh:
Apakah kalian pernah merasakannya cinta pada pandangan pertama? Semua orang pasti pernah merasakannya. Salah satunya adalah aku. Namaku, Ysn. Aku menyukai seseorang pada pandangan pertamaku. Ia adalah orang yang

Tak Sanggup Melupa

Oleh:
Mencintai seseorang yang mencintai orang lain itu rasanya amat menyakitkan, tetapi tetap saja aku lakukan. Jika ditanya alasannya aku pun tidak tahu, karena cinta itu hadir dengan sendirinya tetapi

Teman Masa Kecil

Oleh:
Seperti biasa, setiap minggu pagi aku duduk di balkon kamarku sambil menikmati teh hangat buatan Mama tersayang. Ini masih sangat pagi tapi aku sudah bangun dari tidur nyenyakku. Aku

Tak Sanggupku Menahan Rindu

Oleh:
Saat itu aku masih berumur 11 tahun, bisa dibilang aku masih kelas 5 SD. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, yang bernama Aidan biasa dipanggil Idan. Oh iya aku lupa

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Wednesday Boy”

  1. Monica says:

    So sweet ~
    Jadi ingat waktu malu-malu sama kakak kelas..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *