Batasan

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 10 February 2018

“Tahukah engkau, bahwa bila cinta harus disalurkan dengan cara yang halal? sesungguhnya aku takut, keterbatasanku sebagai manusia dapat menjerumuskanku ke hal yang tak kuinginkan. Aku takut dia marah.” tutur Azam kepada seorang wanita.
“Dia? dia siapa maksudmu zam?” balas wanita tersebut.
“Dia Rabbku mi, Dia adalah Allah Tuhanku dan Tuhanmu, Dialah yang memberi kita kesempatan untuk hidup dan mempertemukan kita saat ini. Aku tak ingin mengecewakanNYA.” jawab Azam kepada wanita tersebut.

Seketika suasana menjadi hening, wanita tersebut terdiam begitupun aku. wanita tersebut adalah Fulanah Sazmi, ia adalah sahabatku yang kukenal ketika sekolah dulu di sekolah menengah pertama.

“Kita pun saat ini belum pantas untuk membicarakan ini, masih terlalu muda untuk menyerukan cinta. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu mi.” lanjutku setelah keheningan yang aneh itu.
“Apa yang ingin kau tanyakan?” jawab Sazmi dengan wajah yang agak bingung.
“Apa kau tahu bahaya zina?” aku bertanya dengan raut wajah yang cukup serius, “zina itu dosa besar dan itu merupakan sebuah aib, Aku tak ingin kalau nantinya aku terjerumus ke situ.” Lanjut Azam tanpa mengurangi ekspresi yang serius.
“Tapi kita kan bisa pacaran secara sehat, pacaran islami yang aman tanpa berfikiran ke situ.” Sazmi pun mengeluarkan pendapatnya.

“Tidak ada pacaran yang sehat, tidak ada pacaran yang islami kecuali setelah menikah. Walaupun nantinya kita berusaha agar tidak terjerumus tetap aja godaan syaithan itu kuat.” aku menjelaskan dengan raut wajah yang agak santai kali ini, “dan bukankah Allah sudah berfirman pada Q.s Al-Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” di situ Allah menjelaskan, mendekati saja gaboleh apalagi sampai berbuat, Naudzubillah mi.” Lanjut Azam dengan nada yang lebih santai.

“Baiklah aku mengerti zam,” jawab Sazmi pelan dengan raut wajah yang agak tegang, “saat ini aku kan jaga jarak denganmu zam.” tutur Sazmi kepada Azam.
“Terimakasih mi engkau telah mengerti apa yang aku maksudkan, jaga hatimu mi karena aku juga akan menjaga hatiku teruslah ingat kepada Allah karna Dialah zat yang dapat membolak-balikkan hati,” jawab Azam dengan hati hati, “kita akan terus berteman mi tapi ingatlah saat ini kita punya batasan yang tak bisa dilanggar, engkau belum halal untukku dan aku pun belum halal untuk kau. Semoga kita dapat bersama dalam ikatan yang halal sesuai aturanNYA dan dalam keridhoanNYA” lanjut Azam lagi dan Sazmi pun hanya mengangguk sambil tersenyum malu.

Pertemuan sore itu adalah pertemuan yang merubah segalanya, caraku bercakap dengannya secara langsung ataupun melalui media sosial. Sazmi adalah sosok wanita baik yang taat kepada Allah, patuh kepada orangtuanya dan ramah kepada sesama muslim. Sazmi adalah salah satu wanita yang aku dambakan maka itu aku ingin menjaga kesucian cinta ini dengan cara menjaga jarak. Allah adalah sebaik baiknya perencana, dan tak mungkin aku memaksakan kehendakku untuk merubah apa yang ditakdirkanNYA untukku.

Karena Allah telah berfirman dalam surat Qs. Al-Baqarah: 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

Cerpen Karangan: Mehmed Al

Cerpen Batasan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Salib dan Tasbih

Oleh:
Semua memanggil aku dengan sebutan Je. Aku tidak terkenal di pergaulan. Sampai suatu hari aku terlambat ke sekolah. Aku bertemu sama dia. Cowok itu tidak terlalu tampan, kulitnya hitam

Ana Uhibbu Ilaik

Oleh:
Pagi hari yang sangat sejuk, matahari mulai menampakkan sinarnya. Sinar kekuningan mulai muncul di sebelah timur. Saat ini aku sedang menyiram tanaman yang ada di pekarangan samping rumahku. Sungguh

Ikhlas Yang Ternodai

Oleh:
Di sudut ruangan kantor yang kini kosong, aku terisak memeluk lutut dan membenamkan wajah di sana sampai semua air yang mengalir perlahan tumpah membasahi bagian rok yang menutupi lutut.

Akhir Bahagia Ku

Oleh:
Mentari pagi telah keluar dari peraduan nya dan pagi ini siap ku gapai dengan suka cita. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pertama aku menjadi Mahasiswi di sebuah Universitas

Tipe Idealku

Oleh:
Umurku 18 tahun. Masa dimana seorang gadis terlihat semuanya. Kecantikannya, pesonanya, dan masa depannya. Nah begitu juga denganku, aku yang sekarang menduduki kelas 3 SMA kini telah memikirkan apa

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *