Bidadari
Cerpen Karangan: Kina NirmayaKategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 16 October 2014
Seandainya bunga dapat menjadi wakil hatiku saat ini, pastilah dia layu. Seandainya bulan yang berbicara, pasti saat ini dia sedang tertutup bumi dari matahari. Dan seandainya bintang yang bercerita, mungkin saat ini adalah siang, yang menghalanginya untuk bersinar.
Aku Embun. Ya, teman dan orang orang sering memanggilku seperti itu. Aku suka nama itu, sejuk. Embun tak pernah memilih daun untuk dihinggapi. Kata bijak itu, ah lupakan! Aku adalah gadis usia 20 tahun yang sampai saat ini masih mencari sesuatu. Yah, Sesuatu yang menjadi teka teki dalam setiap lamunan malam penghantar tidurku. APAKAH BIDADARI ITU NYATA? Hmm… kedengarannya aneh untuk gadis seusiaku. Biarlah. Aku tak pedulikan hal itu.
“Abi… Apakah bidadari itu nyata?”
“umi’, apakah benar di dunia ini ada bidadari?”
Mereka hanya tersenyum memandangiku. Entahlah, apa yang mereka ingin katakan. Aku tak tau.
Hariku semakin sesak, dijejali pertanyaan yang sama dan semakin menggunung. Namun satu clue teka tekiku pun belum juga terjawab. Aku berlari hingga kaki kecilku tak sanggup lagi melangkah dan mengantarkanku di bawah teduhnya gubuk di tengah tengah hamparan padi yang siang itu ikut menyapaku. Hanya termenung, dan mataku jauh melihat ke atas bukit hijau nan elok.
“neng, ngapain siang-siang begini di tengah sawah sendirian?” Tanya bapak tani yang lewat. “main main saja kok pak…” Jawabku dengan mempersembahkan sedikit senyumku untuknya. “bapak duluan ya neng.” “iya pak..” kembali aku tersenyum.
‘Tuhan… APAKAH BIDADARI ITU NYATA?’ aku masih termenung.
“teman teman… lihat lihat. Ada pelangi…”
“pasti ada bidadari yang turun dari langit”
“eh, bidadari itu seperti apa sih?”
“cantik”. “aku pingin tau dong…”
BIDADARI? Aku tersentak mendengar teriakan anak anak kecil yang berlarian senang menyambut pelangi yang siang ini sengaja keluar mengiringi kepergian sang hujan.
‘mereka bilang ADA BIDADARI TURUN DARI LANGIT?’ batinku terus berdebat dengan jawaban jawaban itu. ‘Ah masa..?’ aku masih memikirkan itu. Ya, sepanjang perjalanan pulangku, masih terngiang ngiang tentang cerita bocah bocah itu.
“embun, dari mana? Kok sendirian?” Tanya wati di persimpangan.
Aku masih ngeloyor, dan… aku benar benar tak mendengar sapaannya. “embun?!” “astaghfirllah… Wati, kenapa kamu mencubitku seperti itu?” tanyaku. “embun… saya tadi Tanya, kamu dari mana kok sendirian?” wati agak memuncak emosinya karena kelemotanku. “anu… dari sawah wat… mau pulang nih sudah sore, nanti dicariin umi’ lagi”, “ya sudah mbun, hati hati ya…”.
Ku tengok jam kecil yang selalu ku ajak kemanapun langkah kaki mengantarku. Sontak aku kaget. Jam 16.00. Ya Allah… Aku belum beres beres rumah, belum ashar, belum bikin kopi buat ayah. Aku semakin tak karuan paniknya. “Assalamu’alaikum umi’, maaf saya kesorean” sambil ku cium tangan umi’ku. “waalaikumussalam embun, sudah umi’ sapu kok rumahnya” jawab umi’ku seketika. “umi’, besok besok umi’ tidak usah nyapu lagi ya, biar embun saja” aku gelisah dan merasa bersalah. “ndak apa apa nak,.. sekali sekali umi’ yang mengerjakan tugasmu..”
“umi’… Maafkan embun ya” sambil memeluk umi’.
“ya sudah, kamu cepat mandi, shalat, habis itu abimu bikinin kopi.”
Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan beranjak ke kamar mandi. Mandi, shalat, sudah ku dapatkan.
Sekarang saatnya aku membuat wedang kopi untuk abi. “terima kasih nak..” lagi lagi aku hanya tersenyum di depan abi umi’ku.
Kembali ku membuka lamunanku, ya, pasti. BIDADARI.
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR suara azan memecahkan heningnya suaraku di tengah tengah keramaian desa ku yang asri. Aku bergegas ke masjid depan rumahku. Sepoi sepoi angin senja mengantarkanku melangkah menuju masjid. Aku penasaran dengan suara yang membuatku tergetar. Merdu, indah, dan membuat siapapun merinding dibuatnya. Biarlah, mungkin itu suara mahasiswa KKN di sini. Ya, sudah 3 hari ini mereka datang ke desaku. “suara siapa sih?”. “eh itu namanya siapa?”. “oh ya? Aku pingin kenalan dong”. “duuh, merdu sekali”. Bisik bisik kecil dari teman teman seusiaku.
“embun Embun, kesini deh. Kamu tau ndak namanya siapa?” susi bertanya padaku yang baru datang dan, sama sekali tak tau apa apa.
“endak sus, memangnya kenapa?” jawabku agak cuek karena aku tak ingin ikut ikut teman teman ku yang jail. “eh aku ke depan dulu ya?” aku sengaja menghindar dari mereka.
“ASsalamu’alaikumwarohmatullahiwabarokatuh”. Pak kiyai memberi sambutan setelah selesai shalat. “saudara sekalian, setelah ini saya minta untuk para remaja masjid agar mengikuti seminar dari para mahasiswa”. Akhi, ukhti, di desaku ada REMAS (Remaja Masjid) yang baru saja kami dirikan.
Sambutan berlangsung dengan khidmad. Acara seminar dimulai. Suasana tenang diiringi paduan suara dari jangkrik dan katak yang teat teot sana sini. Acara di mulai. “Assalamu’alaikum warohmatullah” seorang pemuda berparas tampan dan tetap sederhana memberi salam pada kami semua. “waalaikumsalam wr. Wb”. “sebelumnya saya perkenalkan diri, nama saya lintang, usia saya 23 tahun”. ‘oooh… Namanya lintang. Dia kan yang tadi adzan..’. Telingaku menangkap bisikan bisikan teman teman perempuaanku yang dari tadi penasaran ingin tau namanya. Hummm… Tampan, tapi apakah dia sholeh? Tanyaku dalam hati.
Semua materi telah di sampaikan oleh lintang. Cerdas. 1 kesimpulanku tentang nya. Acara usai. Aku bersiap siap mendirikan shalat isya’ berjamaah. Semua telah selesai, dan aku berkemas untuk pulang. “emmm assalamu’alaikum?” deg! Aku kaget dengan suara yang baru saja aku dengar dan, tidak asing itu. “waalaikum salam.. mas lintang”. Namun aku tak berani mendongakkan wajahku, aku berpaling muka. “maaf dek, abinya ada di rumah ndak?”, “ada mas” singkat ku menjawab karena gemetaran. Aku memang jarang sekali ngomong dengan laki laki yang bukan mahromku.
Mas lintang menuntun kakinya untuk sampai di rumahku. Memang ada perlu dengan abiku. Aku hanya memendam diri di kamar. “embun… tolong nak, bikinin mas lintang minuman.” “iya bii..”. aku ke dapur dan membuat minuman untuk mas lintang dan abiku.
Minuman selesai ku buat. “ini bi”. “terimakasih ya nak, sini kamu sama abi..” abi membimbingku untuk duduk di sebelahnya. “ini, mas lintang ingin mengkhitbahmu”. Deggg!!! Srrrttt!!! Allah… Aku terperanjat mencari tau, aku sedang di mana. Aku di rumahku! Aku di duniaku! Aku aku… Aku.
Aku tertunduk seakan tak percaya dengan apa yang barusan abi katakan. “nak… Bagaimana?”
“abi.. mbun minta waktu ya? Besok embun kasih jawabannya”. Aku memberanikan diri angkat bicara dan memandang wajah abiku. “ndak apa apa embun, akan mas tunggu..” mas lintang mencoba mengertiku. Aku istikhoroh untuk mencari jawabannya.
Sejuknya angina surga menerobos celah celah dinding kamarku. Menyapu seluruh pengapnya ruang sempit ini. ‘sudah subuh’ gumamku. Aku terbangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah dan mengambil air wudlu. Shalat subuh selesai ku dirikan. Aku menyapu rumah, mencuci piring, memasak, mencuci, dan… Semua beres. “umi’… Mandinya masih lama?”. “sebentar lagi nak..” . aku menunggu umi’ selesai dengan menyiapkan sarapan untuk abi dan umi’ku. ‘saatnya mandi’. Semua telah rapi, bersih dan harum. “embun… sebentar lagi mas lintang mau kesini, kamu siap siap ya…”. Ya Allah… Bagaimana ini. Aku panik. Seluruh keberanian ku kumpulkan untuk menjawab mas lintang. “assalamu’alaikum?” mas lintang. “waalaikumsalam…” kami sekeluarga menjawab kompak dari dalam rumah. “silakan duduk nak, “ kali ini mas lintang tidak sendirian, dia ditemani oleh dua temannya. Aku semakin dag dig dug.
Obrolan pembuka pun lancar disuguhkan oleh abi dan umi’ku. Aku duduk di sebelah umi’. “bagaimana embun? Kamu siap memberi jawabannya?” Tanya umi’ku. Aku diam seribu kata. Aku tertunduk, aku malu, aku bimbang. Namun Allah memberitau aku, bahwa dia jodohku. “bismillah, embun mau umi’, abi..”.
Terlihat sorot mata mas lintang memancarkan cinta karena Allah.
Hari pernikahanku secepat mungkin dilangsungkan. Dan hari ini adalah tepat dimana aku diserahkan pada mas lintang. “BIDADARI ITU NYATA DI DUNIA NAK… yaitu kamu, yang saat ini menjadi bidadarinya LINTANG”. Kata umi’ dan abi ku.
Selesai…
Cerpen Karangan: Kina Nirmaya
Cerpen Bidadari merupakan cerita pendek karangan Kina Nirmaya, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Bukan Sebatas Patok Tenda
Oleh: Dewi RahayuSemburat senyumnya menyapa pagi. Meneteskan embun-embun yang bergantungan di pucuk dedaunan. Hari ini adalah hari yang akan sangat melelahkan bagi Melati. Karena sekolahannya akan mengadakan Perkemahan Tamu Ambalan (PTA)
Suara Yang Membuatku Tenang
Oleh: AisyahMalam itu, aku hendak pergi bermain bersama temanku di sebuah alun alun. Karna jarak dari rumah ke alun alun dekat, aku pergi jalan kaki. Kupakai celana jeans dan kaus
Dalam Pinta Harap, Kau Nyata
Oleh: Lisahnes SuntariKali ini aku tak lagi samar dengan perasaanku. Hembusan angin, derai air mata, kesunyian, seperti sudah menjadi sahabatku. Semua sudah meresap dan menyatu dalam hidupku. Nyanyian angin di dalam
Balada Cinta di Senjakala
Oleh: Akbar Ariantono PutraMalam menyelimuti daerah Madinah dengan hawa dinginnya. Menggigilkan hati, seperti yang dirasakan orang-orang saat sepuluh tahun silam, ketika Hulagu Khan menyerang Imperium Abasiah. Masih terbayang dalam benak Hasan, betapa
Memilih Takdir dan Tuhan
Oleh: Maulida HariatiHai namaku Sintia. Ini adalah cerita lamaku dengan seorang pemuda bernama Ilmi, cerita dimana kami lebih memilih takdir dan tuhan untuk menentukan segala yang kami jalani. Pertemanan tidak sengaja
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Kereen banget diksinyaaa!! (y) (y) tapi ada yg masih harus diperbaiki, seperti kalimat dalam percakapan, huruf kapital, dll. Terus semangat nulis ya 🙂