Dalam Doaku Termuat Namamu (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 29 March 2016

Sekarang aku telah memasuki masa masa perkuliahan, aku berkuliah di sebuah Universitas yang bercorakan keislaman, yakni UIN Malang. Karena dari dulu aku menginginkan mengenyam pendidikan yang memiliki background keagamaan. Sehingga pengetahuanku tentang agama islam lebih luas. Sebelumnya aku belum memperkenalkan diriku, namaku Inayatul Az Zahra, biasanya dipanggil Naya. Saat aku mengikuti Ospek di kampus, aku satu kelompok dengan teman-teman yang sebelumnya tidak pernah ku kenal. Saat persiapan ospek, aku dan teman-teman sekelompokku berkumpul menyiapkan bahan-bahan yang akan dibawa saat ospek dilaksanakan.

Di sanalah aku menemukan teman-teman baru. Aku mengenal satu cowok yang bernama Rully. Semenjak dari ospek tersebut, aku dan Rully menjadi teman dekat bahkan teman-teman baruku mengira kami berasal dari satu sekolah yang sama, padahal kami dari sekolah yang berbeda. Hari pertama ospek, aku dan semua mahasiswa baru yang lainnya mengikuti acara tersebut dengan seksama. Dan memperhatikan materi-materi yang disampaikan oleh para penyaji sebenarnya materi tersebut sangat membosankan bagiku tapi apa boleh buat, aku harus menyimak materi tersebut agar tetap aman. Saat di pertengahan penyampaian materi, ku lihat wajah Rully yang memiliki makna yang sama dengan apa yang ku rasakan, yaitu merasa bosan.

Rully mulai menulis sesuatu di kertas, entah apa yang ditulis, yang pasti bukan penyampaian materi tersebut yang dia catat. Setelah selesai menulis, dia menunjukkannya padaku, ternyata yang ditulisnya adalah rangkaian bait-bait lagu buatannya sendiri. Ternyata dia adalah anak band. Aku baru mengetahuinya karena sebelumnya aku tidak pernah menanyakan hal tersebut. Semakin hari kami semakin dekat. Dan aku mulai banyak mengetahui tentangnya, bahkan kami memiliki gelar panggilan tersendiri satu sama lain. Teman-temanku mengira aku dan Rully memiliki hubungan yang khusus padahal kami hanyalah teman dekat saja, tidak lebih. Pada suatu malam, Rully ngechat aku di BBM, bahwa dia menyatakan cintanya kepadaku, tapi aku hanyalah menganggap hal tersebut sebuah lelucon tidak beneran.

“Nay, aku sangat menyukaimu, hanya kamu orang yang berharga bagiku, kamulah yang terbaik yang pernah ku kenal,” Kata Rully padaku.
“Ahh apa-apain sih kamu Rully, bercanda mulu. Gak asih ah,” Ledekku padanya.
“Beneran Nay, aku gak bercanda kali ini, mungkin sebelum-sebelumnya kamu menganggapku selalu bercanda, tapi kali ini serius Nay,” balasnya lagi.
“Jika pun ini serius, kamu bisa kan mengatakannya langsung tanpa mengirimkan kata-kata lewat BBM. Balasku lagi padanya.
“Oke. Aku akan mengatakan langsung denganmu, tunggu aku yah.” Kata Rully.

Kali ini aku benar-benar dibuatnya bingung setengah mati karena chat yang dikirimnya ke aku itu, hampir satu jam aku tidak bisa tidur hanya memikirkan itu. Namun, daripada membuat kepalaku menjadi pusing, maka aku paksakan diriku untuk tidur. Setengah bulan kemudian, ketika aku bertemunya di kampus tak ada kata-kata itu dia ucapkan langsung kepadaku dan bahkan sikapnya pun juga mulai berubah. Entah karena apa, aku merasa dia bukan lagi seperti Rully yang ku kenal. Banyak janji-janji yang kini mulai ia ingkari. Dan aku pun beranggapan apa yang dikatakannya sebelumnya di BBM itu benar-benar sekedar lelucon dan mungkin sekarang dia mendapatkan kekasih atau apa pun yang dianggapnya lebih berharga dibanding aku yang sekedar temannya.

Dan aku pun berusaha menerima situasi ini dan tetap menjalani kehidupanku seperti biasanya tanpa mengharapkan kehadirannya. Sekitar lima bulan telah ku lalui tanpa berkomunikasi dengannya. Jika aku ketemu dengannya kami tetap saling menyapa namun tidak seperti yang biasanya. Dia yang sekarang ku kenal bukanlah Rully yang dulu. Dan bahkan aku mendapat informasi dari temanku yang sekelas dengannya bahwa nilai kuliahnya tambah jelek. “Arghh kenapa dengan anak itu, apa yang membuatnya menjadi seperti itu. Ahh aku tidak peduli,” ini bukan urusanku gumamku dalam hati.

Ketika aku berada di pertengahan semester 2 aku mengenal cowok yang bernama Aldi, dia berbeda fakultas denganku namun kami juga satu angkatan. Kami pun mulai dekat, dan dia sering membantuku menyelesaikan tugas kuliahku. Makin lama kami pun menjadi teman dekat, layaknya aku dengan Rully dulu. Dan ternyata Aldi adalah sahabat Rully dari semenjak SMP dulu, namun Rully tidak pernah menceritakan sahabatnya yang bernama Aldi ini sebelumnya kepadaku. Tetapi pada suatu saat aku mulai merasakan hal yang sama, Aldi mulai bersikap layaknya Rully. Dia mulai bersikap cuek. Dia benar-benar seperti Rully.

Di suatu malam ketika aku mendengarkan lagu korea yang berjudul Rewind Ost my Lovable girl, entah kenapa air mata ini jatuh dengan sendirinya. Sedangkan aku sendiri tidak terlalu mengerti lagu ini, namun jika aku mengingat drama koreanya, sedih sih alur ceritanya, mungkin karena aku yang terlalu menghayati musiknya hingga terbawa arus dan masuk ke dalam alur cerita drama korea tersebut. Setelah ku pikirkan, betapa bodohnya aku jika aku menangis hanya untuk mengingat perlakuan dua orang cowok itu. Ku bulatkan tekadku untuk menjauh dari mereka agar aku tidak merasakan kekecewaan-kekecewaan yang tidak bermakna itu.

Semenjak Aldi mulai cuek aku pun mulai menghilangkan diriku dari hadapannya, jarang menghubunginya, dan mulai tenggelam dari sosmed. Kini aku lebih giat belajar dan lebih mendekatkan diriku kepada Sang Pencipta, Allah SWT serta lebih memperdalam pengetahuan agamaku. Akhir semester 2 nilai IP pun dibagikan. IP-ku lebih meningkat dari semester sebelumnya. Yang awalnya 3,82 menjadi 3,93. Aku mendapat banyak pujian dari orangtuaku dan keluarga besarku. Di antara salah satu keluargaku yaitu pamanku memberikan hadiah kepadaku yaitu memberikan kesempatan melanjutkan kuliah di AL-Azhar, Cairo. Al-Azhar adalah universitas islam yang sangat terkenal. Betapa bahagianya aku memiliki kesempatan teristimewa tersebut.

Keesokan harinya aku pun mengurus kepindahanku ke kantor jurusan. Aku menjelaskan alasan kepindahanku sedetail mungkin, akhirnya dosennya pun memberikan izin kepadaku untuk pindah. Setelah semua urusanku dengan jurusan selesai, aku pun melanjutkan langkahku menuju kelas untuk memberikan salam perpisahan pada teman-temanku semua. Aku pun memasuki ruangan kelasku dan menyampaikan tujuanku bahwa aku berhenti kuliah di sini. teman-teman dekatku pun sangat kaget mendengar ucapanku. Karena sebelumnya aku tidak pernah membicarakan hal ini pada temanku. Walaupun begitu aku telah mengambil pilihanku untuk melanjutkan pendidikanku di Al- Azhar, Cairo.

ADVERTISEMENT

“Nay, apa kamu benar-benar memikirkan hal itu dengan matang?” Tanya Rara padaku dengan wajah yang murung.
“Iya Ra aku udah memikirkannya ribuan kali, itulah keputusanku. Jangan khawatir aku akan selalu menghubungi kalian. Aku akan mengirimkan nomor dan emailku yang baru. Ku harap cukup kalian yang mengetahuinya, oke?” jawabku.
“Baiklah, jangan pernah lupakan kami ya Nay, kami selalu merindukanmu,” balasnya lagi yang membuatku hampir saja menangis karenanya. Aku, Rara, Nana, Titi, dan Echa pun berpelukan untuk yang terakhir kalinya, karena mungkin sangat lama aku akan kembali untuk mereka, karena jarak memisahkanku dengan teman-temanku. “Oke teman-teman, aku pergi dulu yah. Sampai bertemu kembali di lain waktu. Aku akan selalu merindukan kalian,” Kata-kata terakhir untuk teman-temanku.

Besok harinya aku pun pergi meninggalkan Kota kelahiranku, Malang. Dan akan terbang menuju kota asing yang tak ada satu pun orang yang ku kenal di sana. Demi untuk menuntut ilmu, aku yakin semua akan baik-baik saja. Singkat cerita! Sesampainya di Cairo aku langsung menuju tempat tinggalku yang baru yang berdekatan dengan kampus baruku itu. Aku langsung membaringkan tubuhku sejenak untuk melepaskan lelah ini. Setelah itu barulah aku merapikan tempat baruku. Dan tak lupa dengan janjiku pada teman-temanku untuk selalu menghubungi mereka. Ku ambil handphoneku dan ku kirim sms pada mereka.

“Hai teman-teman, aku udah nyampe di Cairo nih, kalian baik-baik aja kan?”
“Oh ya syukurlah, baik-baik di sana ya Nay. Kami di sini baik-baik aja. Istirahat dulu sana!! Nanti kamu kecapean,” jawab mereka bersamaan.
“Ah.. kalian perhatian banget sih, hihihi. I love you my bestfriends,” balasku pada mereka.
“Love you too. Sering-sering ya berkunjung ke Malang, hhehe,” balas mereka.
“Oh iya Nay kalau kamu ke Malang jangan lupa oleh-oleh dari Cairo ya,” pinta Echa padaku.
“Ihh kebiasaan banget ya kamu Cha, maunya oleh-oleh mulu, hahaha. Iya, iya nanti kalau aku balik ke Malang ya, oh iya ingat kan janji kalian sama aku? Jangan kasih nomor dan emailku ke orang lain, oke?”
“Okee Naya sayang,” jawab mereka.

Besok paginya aku pun memulai hari baruku di kota asing ini. Ku langkahkan kakiku, ku kepakkan sayapku, dan ku buka cakrawala dunia untuk kesuksesanku. Aku mulai memasuki ruang kelasku. Sekarang ini aku mengambil jurusan pendidikan Bahasa Arab. Aku berada di sini tidak hanya untuk mengenyam pendidikan namun aku juga bertekad untuk memperbaiki akhlakku dengan memperdalam ilmu agamaku di kota ini agar aku selalu dekat dengan Sang pencipta. Di sinilah aku mulai memperdalam agamaku dengan mengikuti berbagai macam pengajian dan mulai berusaha merubah cara berpakaianku yang kurang tepat dengan cara berpakaian yang sesuai dengan Al-qur-an dan sunnah Rasulullah.

3 Bulan kemudian..

Ketika aku berada di perpustakaan, tidak sengaja aku bertabrakan dengan seorang akhi, buku-bukuku pun berjatuhan. Dia pun membantuku merapikan semuanya.
“Afwan ya ukhty,” sapanya yang memecahkan keheningan di antara kami berdua.
“Na’am,” Jawabku sekenanya.
“Ma ismuki?” Tanyanya lagi yang menggunakan Bahasa Arab.
“Ismi Inayatul Adz-Zahra,” jawabku lagi dengan malu-malu dan menundukkan pandanganku.
“Ismi Abdul Aziz Al-fatah,” katanya lagi seraya mengenalkan dirinya karena aku tak menanya balik padanya.
Aku pun hanya menganggukkan kepalaku dan mengucapkan terima kasih padanya dan pamit untuk pergi.

Seminggu kemudian ketika aku mau meninggalkan ruang kelasku tiba-tiba ada seseorang memanggilku.
“Zahra,” kata seseorang yang memanggilku, suara yang ku rasa sangat familiar di telingaku. Ku balikkan badanku dan ku cari sumber suara itu dan ternyata apa yang ku tebak benar, dia yang memanggilku adalah Aziz cowok yang bertabrakan denganku di perpustakaan minggu lalu.
“Eh kamu, ada apa ya?” sapaku.
“Gak apa-apa kok, ternyata kamu anak Bahasa arab semester 4 yah?” jawab Aziz.

“Ohh, kamu bisa berbahasa Indonesia juga yah? Oh iya sebenarnya aku anak pindahan dari Malang dan sekarang aku memilih jurusan Bahasa Arab, kalau kamu?” balasku lagi.
“Aku punya keluarga di Yogyakarta, dan aku sering berkunjung ke sana, setiap berkunjung ke Yogyakarta aku selalu belajar Bahasa Indonesia dengan paman dan bibiku. Di sini aku juga mengambil jurusan yang sama denganmu, jurusan Bahasa arab semester akhir, sebentar lagi aku wisuda,” balasnya lagi dengan memberikan senyuman manisnya padaku. “Emp jadi kamu kakak tingkatku yah, maaf Kak, Zahra gak tahu,” aku tersipu malu, karena dia ternyata kakak tingkatku dan aku berbicara seakan-akan berbicara dengan teman sebaya.

“Gak apa-apa Zahra, oh iya nanti kamu bisa gak hadir di acara wisuda Kakak?” tanyanya.
“Insya Allah ya Kak,” balasku dengan senyuman.
“Iya deh semoga bisa ya,” Katanya lagi.

Setelah itu kami pun berpisah dan aku pun segera meninggalkan ruang kelasku. Acara wisuda Abdul Aziz Al-Fatah pun tiba, aku menyempatkan diri untuk hadir di acaranya. Ku lihat banyak orang yang memakai toganya dengan wajah yang cerah penuh dengan kesuksesan. Ku lihat Kak Aziz berdiri sedang berbincang-bincang, yang sepertinya adalah kedua orangtuanya dan keluarganya. Ku beranikan diri melangkah menujunya.

“Assalamuaikum ya akhy,” sapaku pada Kak Aziz.
“Waalaikumsalam ukhty Zahra. Alhamdulillah kamu bisa hadir,” jawabnya dan tersenyum.
“Iya Kak, soalnya Zahra tidak mempunyai kesibukan hari ini, maka dari itu Zahra sempatkan menghadiri wisuda Kakak,”
“Syukran katsiran ya ukhty, oh iya abi wa ummi perkenalkan ini ukhty Zahra yang ku maksud,” Kak Aziz memperkenalkanku pada abi wa ummi nya.
Aku pun bersalaman dengan kedua orangtua Kak Aziz, mereka sangat ramah padaku.
“Subhanallah inikah Nak Zahra, cantik sekali rupanya dan juga lemah lembut. Silahkan duduk Nak Zahra,” kata umminya padaku

Aku pun duduk bersama keluarga Kak Aziz dan mengikuti azara wisudanya dengan seksama. Setelah acaranya selesai, kami berfoto bersama. Kak Aziz adalah akhy yang sangat baik hati. Dia selalu membantuku mengerjakan tugasku di saat aku kurang memahami pelajaranku. Dan dia juga selalu memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepadaku dan kami sering bersama-sama pergi ke pengajian. Walaupun sekarang dia sudah Lulus dari S1-nya, dia tetap selalu membantuku dan meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu-ilmu tentang agama kepadaku. Sekarang dia melanjutkan S2-nya di Al-azhar ini.

Singkat cerita aku telah berada di semester 5, dan sekarang aku mulai fokus mempersiapkan skripsiku dan menyelesaikan tugas penelitianku di semester ini. Di penelitian ini aku mengambil tema penelitianku yang berkaitan tentang “Bagaimana Akhlak-akhlak para Muslim-Muslimah di Indonesia,” dengan begitu aku harus melakukan observasi ke Indonesia tepatnya di Kota kelahiranku yaitu Kota Malang. Aku diberi waktu satu minggu untuk melakukan penelitian. Aku pun memutuskan bahwa besok hari aku berangkat ke Kota tercintaku untuk melakukan penelitian dan ditemani oleh Kak Aziz. Sebelum berangkat, aku menyempatkan pergi ke sebuah tempat untuk membeli sesuatu untuk teman-temanku.

Besok paginya, aku dan Kak Aziz berangkat menuju Kota Malang. Ketika kami berada di pesawat Kak Aziz hanya membaca buku-buku agamanya. Begitu pula aku, namun sesekali aku hampir saja tertidur dalam keadaan membaca. Setibanya di Malang, aku langsung melakukan penelitian pertamaku. Yaitu meneliti bagaimana akhlak-akhlak para muslim-muslimah di sekitar tempat tinggalku. Ku telusuri seluruh penjuru. Dan besoknya aku meneliti di universitas-universitas, termasuk pula kampus lamaku. Setelah semua tempat-tempat telah ku observasi tujuan terakhir ku adalah kampus lamaku yaitu UIN Malang. Tujuan utamaku memang untuk melakukan observasi, namun selain itu aku datang ke kampus ku ini untuk bersilaturahmi dengan teman-temanku. Ku langkahkan kakiku menuju UIN Malang bersama Kak Aziz, setibanya di sana Kak Aziz pergi Ke Koperasi Mahasiswa terlebih dahulu untuk membeli minuman dan sedikit cemilan. Dan aku menunggunya di parkiran kampus lamaku. Ketika aku berada di parkiran orang yang sangat familiar di mataku menghampiriku, ya dia Aldi.

“Hei Nay,” sapa Aldi padaku dengan menepuk pundakku.
“Eh.. kamu di. Ada apa?” jawabku cuek.
“Kamu benar-benar Naya, kok beda sekali yah, kamu ke mana aja kok jarang kelihatan akhir-akhir ini hampir setahun lebih aku tidak ketemu kamu?” tanyanya.
“Aku pikir kamu tidak mengenaliku dengan cara pakaianku yang sekarang ini berbeda dengan yang dulu,” Jawabku sekenanya.
“Aku kenal banget sama kamu Nay mana mungkin aku tidak mengenalimu, andaikan kamu berpakaian seperti cowok pun aku tetap mengenalimu,” Ledeknya sambil tertawa-tawa.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman saja, malasnya rasanya aku bertemu dengannya lagi. Namun, aku juga tidakk ingin membencinya. Sejenak kami pun terdiam.
“Aku kangen kamu Nay,” Aldi berkata dan memecahkan keheningan. Aku hanya terdiam dan tiba-tiba Kak Aziz datang menghamipiriku dengan membawakanku minuman beserta sedikit cemilan. “Zahra, ini minuman dan cemilannya,” Kak Aziz memberikanku minuman dan cemilan. “Eh ada temannya Zahra yah, perkenalkan aku Aziz kakak tingkatnya Zahra di Al-Azhar.” Sapa Kak Aziz pada Aldi dan mengulurkan tangannya. Aldi pun juga mengulurkan tangan menyambut uluran tangan dari Aziz.

Bersambung

Cerpen Karangan: Hayatus Shaleha
Facebook: Yatus Tushee

Cerpen Dalam Doaku Termuat Namamu (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Bukan Luth

Oleh:
Gema azan memenuhi udara. Lantunan ayat suci menepis garangnya matahari senja yang kini terseret ke ufuk Barat. Berganti senyum redup sang rembulan. Usai menunaikan salat magrib. Aku membaca ayat

Ustadz Itu Imamku

Oleh:
“Iya Syil. Gimana?” tanya Reza kembali “Hmm ka-kalo saya hm saya simple Za, yang mau membimbing saya ke Jalan-Nya. Juga mau belajar bareng bareng, saling mengingatkan” jawab Syila “Kaya

Bidadari Dalam Mimpi (Part 2)

Oleh:
Benar-benar hari yang melelahkan pikirku. Setelah seharian aku berjuang demi proposal ku tersayang. Selepas shalat isya’ aku membaringkan tubuh ku yang sudah sangat lelah, tapi kali ini aku sudah

Aku Menyukainya Dalam Diam

Oleh:
Aku akan berangkat kuliah dan bertemu denganya… ah.. lebih tepatnya aku berangkat kuliah dan akan melihatnya. Aku sudah lama menyukainya, bahkan dari semester awal masuk kuliah, bukan pandangan pertama.

Cinta ini Berlabuh Pada Doa

Oleh:
Pagi ini begitu berbeda, aku tak mendengar ponsel ini berbunyi. Tidak seperti biasa dia yang selalu membangunkanku di pagi hari dan memberi semangat serta do’a terbaiknya untukku. Dia lelaki

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *