Halalkan Aku Dulu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 1 December 2016

Sudah tujuh hari tujuh malam Lisa mengurung diri di kamar. Biasa anak muda zaman sekarang pasti masalah lelaki. Memang laki-laki itu selalu salah dan perempuan selalu benar. Tapi hanya lelaki bodoh yang berkata demikian. Reza yang memutuskan Lisa. Sayang sekali hubungan yang sudah berjalan tiga tahun harus kandas di tengah jalan hanya karena masalah sepele tapi lebih tepatnya mungkin karena bosan.

Reza Aliando. Pemuda berusia 18 tahun 5 bulan 12 hari. Terdaftar sebagai siswa kelas XII di salah satu Madrasah Aliyah di Purwokerto. Menjalin hubungan sejak kelas X dengan teman sekelasnya. Alisa Safitri. Sekolah selesai pacaran pun selesai. Mungkin itu pepatah yang tepat untuk mereka.

Tanggal 25 Juli 2015 bertempat di Andhang Pangrenan Kota Purwokerto pusat orang berpacaran pada malam minggu, mereka resmi menjadi jomblo kembali. Sebenarnya Lisa tidak mau berpisah dengan Reza. Dia masih sangat menyukai pemuda itu. Tapi apa daya Reza sudah tidak sanggup mempertahankan hubungan. Alasan Reza memutuskan Lisa hanya karena sifat Lisa yang kekanak-kanakan. Memang Lisa akui, dia belum bisa bersikap dewasa. Manjanya tingkat akut. Dia juga suka mengajak Reza pergi entah makan bersama, ke bioskop, ke rumah teman, atau sekedar menghabiskan bensin jalan-jalan memutari Purwokerto. Terkadang Lisa tidak mengerti kesibukan Reza.

Menjadi pacar seorang juara kelas tidaklah mudah. Itu yang Lisa alami. Reza siswa cerdas selalu mendapat peringkat pertama. Dia sulit untuk dikalahkan. Berbeda dengan Lisa yang hanya mampu bertengger di peringkat 9. Selain cerdas Reza juga seorang aktivis. Dia anggota OSIS aktif dan menjadi pengurus inti. Reza juga jago karate dan sering izin tidak masuk karena bertanding di luar kota. Walaupun Reza memiliki jadwal yang padat tapi dia tetap berusaha menemani Lisa kemana saja semau Lisa. Baik, bukan? Rupanya kebaikan inilah yang disalahgunakan Lisa.

Sewaktu masih SMA mereka disebut sebagai pasangan terbaik, teromantis, terunik, dan ter-ter yang lain. Ada yang merestui ada pula yang mencibir. Pernah saat mereka naik kelas XII ada anak SMA lain yang meledek. Dia tetangga Lisa.
“Kalian anak MAN tapi, kok, pacaran? Pacaran, kan, tidak ada dalam Islam. Percuma kalian sekolah di MAN yang katanya berbasis agama dan menjunjung syariat tapi kelakuan kalian sama aja.”
Lisa tertohok dengan ucapan tetangganya itu. Memangnya harus anak MA itu religius semua? Tidak mungkin sekolah mengawasi kadar kereligiusan setiap siswanya. Yang utama sekolah sudah mengajarkan dan mengarahkan adapun hasilnya tergantung siswa itu sendiri. Yang lebih membuat Lisa tertohok ketika ada anak kecil yang berkata padanya sewaktu mereka kencan di Andhang. Anak laki-laki kecil berumur 5 tahun tidak sengaja menendang bola hingga mengenai kepala Lisa. Mengganggu saja.
“Mba, Farid minta maaf. Farid gak sengaja. Bolanya nakal. Maaf ya mba, mas. Eh, kalian lagi pacaran, ya? Mbak-nya pakai kerudung, kok, pacaran? Emang gak malu duduk berduaan gitu? Dilihatin Allah, lho.”
Memangnya perempuan yang berkerudung itu harus selalu alim? Tidak pacaran. Tidak pulang malam. Jaga jarak dengan kaum adam. Salat tepat waktu. Rajin puasa sunnah. Rajin bangun malam untuk tahajud. Begitukah? Lisa rasa semua orang punya prinsip masing-masing. Masih mending Lisa sudah berhijab sudah melaksanakan perintah Allah daripada yang belum berarti dia masih ragu untuk menaati perintah Allah.

Kata pacaran tidak ada dalam Al Quran termasuk larangannya. Toh, ini sebuah perkenalan agar nanti tidak salah memilih ketika menuju jenjang pernikahan. Yang penting niatnya. Lagi pula selama Lisa menjalin kasih dengan Reza mereka tahu batas-batasnya. Mereka tidak pernah bergandengan tangan, berpelukan, atau bahkan hal-hal aneh lainnya. Mereka sebatas jalan bersama, saling berkirim pesan, bertelepon, makan bersama, dan aktivitas-aktivitas yang sekiranya tidak mengundang bahaya dan fitnah. Reza juga tahu agama. Dia pasti akan menjaga Lisa dengan baik. Lisa percaya padanya.

Kepercayaan. Hal yang sangat vital untuk dibicarakan. Kepercayaan Lisa terlalu dalam. Seharusnya bukan Reza yang meminta putus tapi Lisa yang lebih berhak. Kalau Reza mengatakan dia tidak bisa menahan sikap Lisa lalu bagaimana dengan Lisa yang selama ini mampu menahan rasa sakit? Sakit karena diduakan.

Kala itu acara perpisahan telah usai. Niat awal Lisa akan diantar. Lisa sudah berkata pada ibunya dia akan pulang bersama Reza sang kekasih. Tetapi apa yang terjadi?
“Selamat Reza sayang. Aku tunggu traktiranmu, nih. Wah, ada untungnya juga punya pacar pintar kayak kamu. Hahaha.”
Perempuan berkerudung merah muda dengan pakaian kebaya juga terlihat asyik bercanda dengan Reza. Sepertinya Lisa kenal.
“Bagaimana hubungan kalian? Masih lancar? Atau kamu sudah merasa bosan? Kadang aku kasihan Lisa terlalu polos dibohongi. Dan dia terlalu percaya sama kita.”
Hati Lisa benar-benar hancur waktu itu. Padahal sebelumnya Lisa sangat bahagia karena dia berhasil meraih peringkat 5 di acara kelulusannya. Melihat pemandangan itu sungguh hati Lisa sangat terluka. Benar apa yang dikatakan Dinda perempuan yang Lisa anggap sebagai “sahabat” jika Lisa terlalu polos dan terlalu percaya. Sampai-sampai Lisa tidak curiga akan kedekatan Dinda dan Reza. Pernah mereka ketahuan pergi bersama tapi setelah mereka menjelaskan bahwa mereka hanya melaksanakan tugas sebagai anggota OSIS Lisa bisa memaafkan. Lalu apa yang sekarang Lisa lihat? Sebuah pengkhianatan berencana?
Lisa memendam sakit hatinya untuk waktu yang lama sampai akhirnya mereka putus. Lisa tidak mengungkit kesalahan Reza. Lisa hanya menerima apa yang telah menjadi Keputusan Reza.

“Alisa!! Please, gak usah mikirin cowok itu lagi. Bentar lagi kamu tes SBMPTN. Katanya mau jadi arsitek. Manfaatkan waktumu sebaik-baiknya. Jangan sampai kau menyesal. Ayolah.. adik mba gak selemah ini.” kata Oki kakak perempuan Alisa.
Alisa menghapus air matanya. Dia sudah tidak bisa menangis lagi. Mukanya sembab. Meski selama tujuh hari tujuh malam dia mandi, makan, dan shalat tapi tetap saja badannya tidak sebugar saat hatinya bahagia. Dia selalu di kamar ke luar hanya mandi dan makan setelahnya masuk kamar tidur lagi. Apa seperti ini rasanya putus cinta? Oki belum pernah merasakan pacaran dan atributnya seperti patah hati. Oki terlalu sibuk memikirkan karier daripada urusan hati.

Oki Annisa Lutfiani bukan Oki Setiana Dewi. Perempuan berusia 21 tahun yang baru saja mendapat gelar sarjananya dari universitas ternama di Indonesia adalah sosok kakak yang menjadi sandaran Alisa. Oki prihatin terhadap keadaan adik satu-satunya ini. Kata pacaran bisa mengubah hidup seseorang. Ajaib.

ADVERTISEMENT

Kegiatan Lisa hanya mengurung diri tidak jelas. Oki kenal Reza. Awalnya Oki memberi peringatan pada Lisa agar tidak usah berpacaran tapi bersahabat saja karena suatu saat bisa terluka. Lisa tidak mengindahkan perkataan Oki. Sampai akhirnya seperti ini. Lisa gadis yang rapuh. Dia sensitif. Terkadang adiknya lebih dewasa dari Oki. Dia sudah mengenal cinta sementara Oki sebatas mengagumi.
Sebentar lagi Lisa akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi tapi dia baru belajar sedikit. Bisa dikatakan persiapannya baru 10 persen. Sisanya dia gunakan untuk berpacaran. Setelah putus waktu yang tersisa untuk menangis dan menangis. Menangis untuk orang yang tidak tepat. Reza hanya sang mantan. Belum tentu nanti akan menjadi pendamping Lisa kelak.

“Mba.. aku mau tanya.”
Oki duduk di tepi tempat tidur. Mengusap pelan dahi Lisa.
“Tanyakanlah. Selagi mba mampu menjawab mba akan jawab.”
Lisa berusaha duduk dan menatap manik mata Oki.
“Mba pernah jatuh cinta? Mba gak pacaran apa karena mba takut akhirnya jadi seperti aku? Tersakiti? Dikhianati?”
Oki tersentak mendengar pertanyaan Lisa.
“Alisa adikku sayang. Dengarkan mba. Mba tidak mau pacaran bukan karena itu tapi mba takut akan murka Allah. Mba tahu persis bagaimana rasanya terluka. mba pernah merasakan itu. Ketika mba hanya bisa melihat pemuda yang mba sukai tertawa dengan perempuan lain, kemudian mba mendengar kabar bahwa dia akan menikah dengan perempuan itu. Mba hanya bisa mengaguminya dalam diam. Dia yang sudah mengisi kekosongan hati mba selama lima tahun sejak SMA. Kami saling mengenal tapi sebatas teman. Teman satu SMA dan teman satu organisasi di kampus yang sama. Tapi mba tidak bisa menyalahkan siapapun. Karena takdir sudah ditentukan Allah sejak zaman azali. Siapa yang nanti akan menjadi jodoh kita pun sudah Allah atur. Hanya saja apakah kita sanggup bertahan menghadapi godaan yang begitu nikmat. Melihat teman-teman seumuran mba memiliki kekasih dan tunangan bahkan ada yang sudah berkeluarga. Melihat kemesraan sahabat-sahabat mba. Mba berusaha untuk tetap teguh pada prinsip mba. Mba akan selalu menunggu seseorang yang menjadi pendamping mba dunia wal akhirat.”
“Tapi, kan, sebagai manusia kita harus berusaha.”
“Berusaha tidak harus lewat pacaran, kan? Mba bukannya tidak mau berusaha tapi mba hanya menanti waktu yang tepat. Mba belum bisa membuat ayah dan ibu bahagia. Mba bertekad untuk membuat mereka bangga dahulu. Mba hanya ingin seseorang yang pemberani. Bukan laki-laki yang hanya umbar janji, suka berkasih-kasihan dengan rayuan, dan suka menghambur-hamburkan uang orangtuanya. Mba ingin laki-laki yang berani menghadap ayah untuk meminang mba. Itu yang mba sebut lelaki sejati. Pacaran cuma buang-buang waktu, duit, tenaga, dan perasaan. Kasihan orang yang akan menjadi pendampingmu kelak, masa dia menerima belasan. Lalu bayangin kalau tiba-tiba bertemu mantan di jalan. Ketika say hello apa gak malu dulu aku jadi miliknya sekarang jadi milik siapa. Tiba-tiba bilang hai mantan. Yah, kayaknya kamu paham apa maksud mba.”
Lisa tersenyum bangga. Lisa memeluk kakaknya erat. Beruntung dia memiliki kakak seperti Oki. Mulai sekarang dia akan mencoba membenah diri. Say no to pacaran! Lisa berkaca dari kehidupan kakaknya.

“Oki, ada tamu untukmu.” suara Ibu memanggil.
Lisa menyudahi aksi mengurungnya. Dia keluar kamar mengintip siapa yang datang. Betapa terkejutnya Lisa.
“Assalamu’alaikum Oki. Bagaimana kabarmu? Sudah lama, ya?”
Lisa tahu betul siapa dia. Teman masa putih biru Oki. Kala itu Lisa masih duduk di bangu sekolah dasar. Tapi ingatan Lisa sangat tajam. Pemuda berbaju koko dengan songkok hitam dan kacamata yang senantiasa bertengger memang orang yang sama dengan anak laki-laki yang pernah Lisa lihat dulu sewaktu Oki pulang bersama dengan pemuda itu. Dia datang bersama orangtuanya. Membawa bingkisan.
“Hari ini 22 Februari 2022 aku Muhammad Syafruddin Badar mengkhitbahmu di hadapan orangtuaku dan orangtuamu.”
Lisa melongo. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Sejak zaman SMP hingga sekarang sudah lulus perguruan tinggi. Tujuh tahun tidak pernah bertemu. Berkirim kabar pun jarang. Lisa yakin ini pertemuan pertama mereka setelah kelulusan SMP.

Kak Badar. Pemuda religius yang cerdas. Sangat cocok dengan Oki yang bagi Lisa terbilang cantik. Kerudung lebarnya yang menyerupai emak-emak tidak menutupi pesona yang Oki miliki. Lisa ikut bahagia. Kakaknya memang sudah pantas untuk menikah. Meski dia baru lulus sarjana tapi dia sudah bisa menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayah. Berkat bakatnya dalam menulis. Karya pertama Oki langsung menjadi best seller ketika dia masih semester dua. Hebat, bukan?

Figur Oki adalah cerminan untuk Lisa. Lisa ingin meniru kakaknya. Dia ingin menjadi muslimah seutuhnya. Dia mencoba memperbaiki akhlaknya. Lisa juga mulai memakai kerudung yang sesuai syariat. Sebelumnya dia berkerudung pendek dan masih menampakkan lekuk tubuhnya. Lisa tidak lagi berpikir urusan jodoh. Kandasnya hubungan Lisa yang pertama dan sekaligus menjadi akhir membuat Lisa sadar. Dia akan fokus pada impiannya menjadi arsitek. Tidak akan ada lagi kata pacaran dalam hidup Lisa.

“Halalkan aku dulu.”
Kata-kata itulah yang sering Lisa ucapkan manakala ada pemuda yang hendak menjadikan dirinya kekasih. Sudah cukup sakit hati yang Lisa alami dahulu. Lisa tidak mau kembali ke dunia pacaran.

Dua tahun berselang semenjak kelulusan Lisa seorang pemuda berjanggut tipis dengan baju koko putih serta songkok hitamnya datang ke rumah Lisa. Mungkin ini jodoh yang dipilih Allah untuk Lisa. Pemuda yang diam-diam Lisa kagumi sejak bertemu dalam proyek pembangunan pondok pesantren di wilayah Ajibarang kota kecil sebelah barat Purwokerto. Lisa bertindak sebagai arsitek dan pemuda itu bersatus pemilik pondok.

SELESAI

Cerpen Karangan: Rofiqoh Isnaeni
Blog / Facebook: rofiqohisnaa.blogspot.co.id / Rofiqoh Isnaeni

Cerpen Halalkan Aku Dulu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Fitrah Cinta Seorang Muslimah

Oleh:
Di hatiku mulai mengubah segalanya… Hijrahku tiba menyapa… Membawa benih-benih damai di jiwa … Kagum yang tak pernah ku sangka yang membawa hati menuju fitrahnya cinta, dia adalah sosok

Kang Luffy

Oleh:
Langit hitam memekat sunyi dalam gelapnya cakrawala. Dengan ditemani jangkrik-jangkrik yang bersiul riang menyambut separuh malam. Pukul 00.22 WIB kulirik jam bermerekan 3ATN water resistant stainless biru polos, dengan

Antara Kau Dan Dia

Oleh:
“Heart beast fast, colors and prommisses, how to be brave, how can I love when I’m afraid to fall..” Lantunan lirik lagu yang dinyanyikan Christina Perri, membuatku langsung membuka

Cinta Rima Dan Rama

Oleh:
Rima dan Rama adalah saudara kembar. Mereka dari keluarga sederhana Ayahnya seorang guru sedang Ibunya seorang pejahit. Sikap mereka tidak jauh beda mereka juga mempunyai hobi yang sama. Rima

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *