Mawar

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 8 January 2016

“Hush!”

Aku mencoba menghapus bayang cintaku yang semu. Merah masih melekat di mata senja waktu itu. Aku masih menunggu. Ingin rasanya, ku putar waktu berlipat-lipat jam yang lalu. Ketika sandaranku masih Kau rengkuh. Lenyapkan gelisah tatkala aku dan dia nanti bersua. Cinta memang ada di tangan-Nya. Namun kita harus memperjuangkannya. Itu prinsipku.

Ku ingat-ingat, kau adalah cinta pertamaku. Kau yang pertama membuatku tak mampu. Yang membuat hati ini merekah gembira, membuat semua angan melayang dalam khayalku. Telah enam tahun ini pula, ku simpan rasa cinta ini padamu. Bukan tak mampu ku ungkapkan, ku utarakan cintaku ini, tapi aku tahu yang terbaik: bersandar di genggaman takdir-Nya.

Hampir hati ini tak sabar menunggu kedatangannya. Menambah ‘dag-dig-dug’ ini semakin lincah memompa darah. Dari awal ku tabahkan hati ini atas ketentuan-Nya. Dan sekarang, Dia telah mengirimkan seorang untuk meminangku. Sedikit sulit ku rasa, karena hati ini masih saja bimbang menentukan keputusan untuk memilih siapa imamku nanti.

Setelah mega terkias tersungkur di ujung bumi, akhirnya, dia telah bersanding di hadapan Umi dan Abi. Dia pun mengutarakan maksud kedatangannya. Tak lama, aku mengantarkan suguhan untuk tamuku ini. Lalu duduk di samping Umi dan Abi. Aku tak bisa menatapnya, apalagi matanya. Itu sesuatu yang tidak diperbolehkan. Dan, kini, akan dimulailah masa ta’arufku dengannya. Suatu jalan yang harus ditempuh kala dua insan bermaksud melangsungkan bahtera pernikahan dan menjaganya sampai kelak bertemu di surganya Allah.

“Aku masih ragu, Syah. Bagaimana dengan Adam?” Tanyaku.
“Ussh, Si Ibu mah, jangan gitu ah. Itu tuh yang selalu membuat kamu bimbang dengan dia. Sekarang begini saja, Bu, kita tuh hidup melihat ke depan, bukan waktu ke belakang.” Aisyah, temanku ini menceramahiku yang bingung.

Jujur, aku masih ragu. Sudahkah benar jalanku ini, Ya Rabb? Benarkah apa yang telah ku putuskan? Aku meninggalkan cinta yang sudah tujuh tahun terbenam di hati, demi seorang yang telah benar-benar mantap untuk melaksanakan ibadah pernikahan. Aku tahu, tidaklah mudah hidup tanpa seorang ibu. Tapi alasan Agam untuk tidak menikah jikalau ibunya belum ditemukan, apa seorang yang seperti itu yang harus ku pertahankan? Apakah harus, aku menunggunya lebih lama, dan itu waktunya entah?

Aku rasa aku harus bertindak. Dan inilah tindakanku atas dorongan hati, keluarga, teman, dan guruku. Langkahku ke depan, ku serahkan pada dua minggu ini. Hari-hari ketika kecocokan mungkin hadir dalam hatiku dan dia -calon imamku. Sungguh, ku harapkan cinta memerah dan merekahkan kembali di hati yang pernah membisu biru. Seperti mawar yang tumbuh di halaman rumahku.

“Aku bersedia, Umi, Abi. Aku mau.” Ucapku, tegas.

Cerpen Karangan: Ike Nurhidayah
Facebook: Ike Nurhidayah
Bisa mengenal lebih lanjut di akun facebooknya: Ike Nurhidayah.

ADVERTISEMENT

Cerpen Mawar merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Akhir Sebuat Penantian

Oleh:
Mereka sudah menjalin hubungan sejak usia alesa 14 tahun dan usia putra 15 tahun sampai alesa lulus sma mereka pun masih menjadi sepasang kekasih. sore itu langit sedang cerah,

Cinta Suci (Part 1)

Oleh:
Kira-kira jam 4 sore, setelah semua kegiatan hari itu selesai, Alvan bersantai menikmati senja di taman belakang hotel tempat dia menginap. Sambil mengaduk kopi yang baru diseduhnya dia kembali

Ramadhan Cinta Untuk Nya

Oleh:
“Citra, sini!!!”, teriak Risa Di kejauhan gue pun mengangguk dan berlari ke arahnya. Kenalin, temen gue yang satu ini. Dia adalah saah satu sahabat gue di rumah, kita udah

Break, Sampai Engkau Halal Untukku

Oleh:
Cinta memang tak harus memberi, tapi adanya perasaan cinta itu menimbulkan efek-efek lain, salah satunya, perasaan ingin memberi. Tapi, maaf aku tak mampu memberi yang mahal atau yang berharga.

Lamaranmu

Oleh:
“Riana. Apakah kamu mau menjadi istriku?”. Ucap laki-laki itu dengan tegas. Mendengar kata-kata itu seketika kaki Riana yang melangkahpun terhenti, ditengoknya ke belakang suara seseorang dari kejauhan itu, ternyata

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *