Nama dalam Do’aku

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 22 February 2017

Hujan akhirnya berhenti. Dinginnya angin malam seolah menusuk tulang tapi tak mengurangi semangat Zahwa. Nama lengkapnya Zahwa Putri Maharani, Wajahnya terlihat manis dengan lesung pipi di sebelah kanannya, ditambah lagi dengan balutan jilbab biru muda yang selalu ia kenakan. Seperti biasa, usai sholat jama’ah maghrib ia selalu mengajar anak anak mengaji di masjid.
Usai mengajar Zahwa memutuskan untuk segera pulang. Jam menunjukkan pukul 8, Zahwa pun mempercepat langkahnya menuju rumah. Saat sedang terburu buru tiba tiba ia melihat sesosok laki laki yang sedang berdiri di pinggir jembatan. “Siapa laki laki itu? Apa yang sedang ia lakukan? Sepertinya dia.. Astagfirullah hal adzim”. Melihat hal tersebut Zahwa berlari. Tanpa berfikir panjang ia langsung menarik laki laki itu menjauhi jembatan hingga tubuhnya terpental bersama laki laki itu.

“Apa yang loe lakuin? Kenapa loe ngalangin gue? Hah?” Bentak laki laki itu. Zahwa hanya diam lalu bangun dan mengajak laki laki itu berdiri dan memapahnya untuk duduk. Melihat tangan laki laki itu luka Zahwa mengambil sapu tangan di tasnya. “Sebenarnya kenapa kamu ingin bunuh diri?” Tanya Zahwa sambil membalut luka laki laki.
“Gue muak sama kehidupan ini! Muak sama semua orang, termasuk nyokap bokap! Rasanya dunia ini kayak neraka!” jawab laki laki itu. Kalimat yang laki laki itu katakan secara refleks menghentikan aktivitasnya, kemudian ia menatap laki laki itu. “Tidak seharusnya kamu seperti itu, aku tak tahu hal apa yang membuatmu seperti ini, tapi seperti apapun mereka, mereka tetap orangtuamu. Seharusnya kamu bersyukur mereka berdua masih ada. Kamu jauh lebih beruntung ketimbang aku yang hanya memiliki umi, sedangkan abiku meninggal sejak aku masih dalam kandungan umi” Ujar Zahwa lalu menghapus air mata di sudut matanya sambil tersenyum. Laki laki itu hanya terdiam kaku mendengar perkataan Zahwa dan terus menatapnya penuh rasa heran.
“Astagfirullah hal adzim! Maaf ya, aku harus pulang” kata Zahwa lalu berdiri. Saat akan melangkah laki laki itu memegang tangannya, secara refleks Zahwa pun menoleh. Mata mereka bertemu satu sama lain. Zahwa tertegun lalu melepaskan pegangan tangan laki laki itu. “Gue cuma mau bilang makasih” kata laki laki itu, Zahwa hanya tersenyum dan mengangguk pelan lalu meninggalkannya.

Matahari pagi mulai menampakkan sinarnya dari timur. Saatnya para mahasiswi memulai aktivitasnya di fakultas, begitupun dengan Zahwa yang sedang manyusuri jalan menuju fakultas. Sesampainya di halaman fakultas ia memarkirkan motornya. Usai memarkir tiba tiba..
Braakkk!! Seseorang laki laki menabraknya dari samping dan membuat bukunya berjatuhan. “Sorry sorry. Gue nggak sengaja loe nggak papa kan?” ujar laki laki itu lalu mengulurkan tangannya. “Nggak papa kok” jawabnya lalu berdiri tanpa menatap laki laki itu. “Loh? Bukannya loe yang ngegagalin rencana bunuh diri gue kemaren ya?” Mendengar hal itu Zahwa langsung menatap laki laki itu.

Di kursi taman fakultas..
“O, jadi loe kuliah di sini juga. Jurusan apa?” tanya laki laki itu. “Sastra Indonesia” Jawab Zahwa singkat. “Kalo kamu?” tanya Zahwa balik. “Gue jurusan fotografi. O iya, kenalin nama gue Samuel Putra Arjuna” kata laki laki itu sambil mengulurkan tangannya. “Namaku Zahwa Putri Maharani” jawab Zahwa tanpa menjabat tangan Samuel. “Emm, salam kenal ya?” kata Samuel sambil mengulurkan tangannya, lagi lagi Zahwa tidak menjabat tangannya dan hanya tersenyum. “Loe kenapa sih nggak mau njabat tangan gue? Tangan gue bersih kok.” Kata Samuel. “Bukan seperti itu, hanya saja dalam Islam, laki laki dan perempuan yang bukan muhrim dilarang bersentuhan” jawab Zahwa halus, sedangkan Samuel hanya mengangguk. “Kan kamu muslim masa kamu nggak tahu?” lanjut Zahwa sontak membuat Samuel tertegun lalu membalasnya dengan tersenyum. Mereka pun berbincang bincang, sesekali mereka juga bercanda.

Mulai saat itu mereka pun menjadi dekat, mereka pun mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Mereka mulai jatuh hati satu sama lain. Hingga suatu ketika saat di toko buku..
“Kamu mau beli buku apa?” Tanya Zahwa yang berjalan beriringan mencari cari buku bersama Samuel. “Nggak mau beli buku apa apa” jawab Samuel singkat. Zahwa pun tercengang “Terus kenapa kamu mau ke toko buk..” “Aku takut kamu kenapa kenapa, nanti kalo ada yang godain orang semanis kamu gimana?” Lanjut Samuel memotong perkataan Zahwa. Zahwa hanya tersenyum malu dengan raut wajahnya yang memerah. Mengetahui hal itu Samuel tertawa dan menggoda Zahwa, sampai Zahwa merasa sedikit kesal dengannya.

“Samuel?” Sapa Alex teman Samuel yang baru saja masuk. Samuel dan Zahwa pun menoleh bersamaan, lalu Alex pun menghampiri Samuel. “Hei, loe ngapain di sini? O iya ini siapa?” kata Alex sambil menunjuk Zahwa yang berdiri di belakang Samuel. “Hah? Ken.. Kennalin in..” “Kenalin gue Alex temennya Samuel” sahut Alex yang memotong pembicaraan Samuel lalu menjulurkan tangannya, Zahwa hanya tersenyum lalu menunduk. “Namaku Zahwa”
“Oh, oke oke.” Samuel hanya diam tanpa berkata apapun, wajahnya gelisah. “O iya, kok loe kemaren nggak ke gereja sih?” Ceplos Alex membuat Zahwa dan Samuel kaget. “Apa?! Siapa yang nggak ke gereja? Samuel??” tanya Zahwa. “Iya. Kan bener kan, Samuel kan kris..” belum selesai Alex bicara Zahwa sudah berlari ke luar toko. Samuel pun ikut berlari menyusul Zahwa, Alex hanya melihat mereka penuh keheranan.

Di tengah mendung Samuel berlari mengejar Zahwa. “Zahwa!” panggil Samuel yang membuat langkah Zahwa terhenti dan menghapus titik titik air matanya. “Zahwa, aku tahu aku salah, harusnya dari awal aku jujur tentang latar belakangku. Aku minta maaf. Aku nggak mau kamu ngejauhin aku kalo kamu tahu agamaku sebenernya Kristen bukan islam. Aku cinta sama kamu, Wa” Jelas Samuel panjang lebar, Zahwa hanya terdiam tanpa berbalik badan, air matanya semakin deras membasahi pipinya. “Wa, maafin aku, aku ngelakuin ini karena aku..” “Nggak seharusnya kamu bohong, kalaupun kamu memang menyayangiku, perbedaan agama nggak akan ngebuat aku mutusin buat jauhin kamu.” Kata Zahwa. “Aku minta maaf, Wa. Aku minta maaf” rengek Samuel sambil mendekati Zahwa. “Biarin aku sendiri. Mungkin untuk saat ini lebih baik kamu nggak nemuin aku dulu” Zahwa pun berlari meninggalkan Samuel yang tertunduk penuh sesal.

Pagi ini Samuel berangkat pagi pagi untuk menemui Zahwa. Saat melewati musala ia mendengar suara yang tak asing baginya. Zahwa! Pekiknya dalam hati. Tak lama kemudian Zahwa keluar dari musala. “Astagfirullah!” kata Zahwa kaget melihat Samuel yang berdiri di depannya. “Kamu ngapain di sini?” lanjut Zahwa.”Wa, Aku bener bener minta maaf” Kata Samuel. “Aku sudah memaafkanmu, maaf kalau beberapa ini aku menghindar darimu. Aku takut aku akan semakin.. sem.. makin me..ncintaimu. Aku takut dengan cinta ini” Ujar Zahwa. Samuel tertunduk. “Setidaknya aku senang kamu bisa maafin aku dan terimakasih sudah membalas perasaanku. Tunggulah aku” ujar Samuel lalu beranjak pergi meninggalkan Zahwa. Menunggu? Apa maksutnya? Batin Zahwa. Sejak saat itu ia tak pernah bertemu Samuel lagi kabarnya ia telah kuliah di Singapura.

4 tahun kemudian…
Langit biru memancarkan keindahannya bersama mentari. Wanita berbalutkan hijab syar’i itu duduk di kursi taman melihat 2 anaknya yang berlarian ke sana kemari. “Nak, jangan lari lari nanti jatuh” ujarnya. “Iya, umi.” Jawab anak anaknya.Tanpa ia sadari Farida salah satu anaknya yang berumur 5 tahun berlari ke jalan mengejar bola ke jalan raya. “Faruq, kemana adikmu Farida?” tanya wanita itu pada anak sulungnya. “Tadi di sini kok, mi” kata anaknya. “Astagfirullah!!” Teriaknya melihat anaknya yang di tengah jalan. Saat ia akan menghampiri tiba tiba ia melihat truk yang melaju dengan cepat menuju anaknya. “Allahu Akbar! FARIDAAAA..” Tiba tiba ada seorang laki laki yang menggendong Farida dan membawanya ke pinggir jalan. wanita itu berlari menuju laki laki itu. “Alhamdulillah, kau tak pa kan, nak?” ujarnya mengambil Farida dari gendongan laki laki itu. “Maaf akhi aku telah merepotkanmu, apakah kau tak apa?” tanyanya pada laki laki itu. Zahwa? Inikah kau? Apa kau sama sekali tak mengenaliku? Oh, Allahku, kapan dia menikah? Apa dia sama sekali tak mengingatku selama ini? Batin laki laki itu. “Ah? Aku tidak apa. Apakah ini anakmu? Lalu kemana suamimu ukhti?” tanyanya. “Iya. Aku tak bersuami, anak ini adalah anak angkatku” jawab wanita itu. “Kalau begitu, aku pamit akhi. Assalamualaikum” wanita itu lalu berjalan pulang “Waalaikum salam warohmatullahi wabarakatuh” jawab laki laki itu.

“Sudah genap seminggu sejak aku bertemu dengannya apakah aku harus menemuinya sekarang? Ya, mungkin aku harus menemuinya” gumam laki laki itu. Lalu ia mengambil mobilnya dan berniat menemui Zahwa. Sesampainya di rumah Zahwa..
“Assalamualaikum” laki laki itu beruluk salam. “UMIIIIIII..!!!” teriak anak kecil dalam rumah. Laki laki itu pun memutuskan untuk masuk ke rumah, lalu ia melihat Zahwa yang tergeletak pingsan. “Astagfirullah hal adzim!” Kata laki laki itu menghampiri Zahwa lalu menggendongnya dan membawanya ke kamar.

ADVERTISEMENT

“Bagaimana keadaannya, dok? Apa dia baik baik saja?” tanya laki laki itu pada dokter. “Dia hanya perlu istirahat ” kata dokter. “Alhamdulillah. Mari saya antar dok”. Setelah mengantar dokter tersebut laki laki itu masuk dan duduk di ruang tamu. “Om, om, umi udah bangun. Itu umi, om. Ayo om, ke sini” kata Faruq. “Umi, om ini tadi yang nolongin umi” lanjutnya. Zahwa tersenyum. “Bagaimana kau bisa tahu rumahku?” kata Zahwa. “Bagaimana mungkin aku tidak tahu ini rumahmu, sedangkan dulu aku pernah mengikutimu sampai ke sini” celetuk laki laki itu. “Apa kau benar benar tak mengenaliku sama sekali?” lanjutnya. Zahwa hanya mematung dan menatap laki laki itu. Apa maksudnya? Batin Zahwa. “Aku Samuel Putra Arjuna, apakah kau masih tak mengingatku?” pernyataan itu seketika membuat Zahwa kaget. Jantungnya berdetak tak beraturan. “Ba..Bagaimana mungkin kau..” “Aku kemari untuk menunjukkan sesuatu, sesuatu yang bisa membuatmu tak takut untuk mencintaiku lagi.” Ujarnya membuat mata Zahwa sedikit melebar. “Apakah kau..” “Aku telah masuk Islam” lagi lagi Samuel memotong perkataan Zahwa dan membuat mata Zahwa berkaca kaca. “Aku ingin mencintaimu secara fitrah. Aku ingin menjadikan kau makmum dalam shalatku untuk menyempurnakan separuh dari agamaku. Aku ingin menjagamu dan membahagiakanmu. Sungguh, aku mencintaimu karena Allah.” Jelas Samuel panjang lebar. Zahwa tersenyum bahagia dan meneteskan air matanya penuh haru. “Zahwa? Jadilah istriku. InsyaAllah, akan kubahagiakan engkau. Apakah kau mau?” pertanyaan itu sekaligus membuat Zahwa menarik senyumnya lalu menganggukkan kepalanya. Samuel pun tersenyum “Alhamdulillaahh..”

Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Suara nyanyian lagu islami mengiringi resepsi janji suci Zahwa dan Samuel. Senyum bahagia menyelimuti keduanya beserta anak angkat Zahwa. Senja mulai berganti malam satu per satu pengunjung mulai pulang. Sedangkan Zahwa bersolek di depan kaca sambil menunggu seseorang yang kini telah menjadi suaminya. “Subhanallah” ujar Samuel yang berdiri di depan pintu, Zahwa menunduk dan berbalik badan. Samuel pun menghampiri Zahwa lalu membelai rambutnya “Istriku? Kenapa kau menunduk? Apa kau tak ingin aku memandangmu?” tanyanya dengan nada lembut. “Bukan begitu. Aku hanya sedikit gugup, aku malu” jawab Zahwa membuat Samuel tersenyum lalu memeluknya. “Kenapa harus malu? kau tak perlu malu, aku ini suamimu, dan kau adalah istriku. Bukankah begitu?” kata Samuel. “Bagaimana aku tak malu, orang yang sudah lama tak kutemui, yang tak kusangka akan menjadi suamiku, yang sudah lama aku cintai dan kurindu, dan yang selalu kusebutkan namanya dalam do’aku sekarang menjadi suamiku.” Jelas Zahwa panjang lebar. Samuel tersenyum lalu berkata “Benarkah?” Zahwa tersenyum dan menganguk pelan. Samuel pun melepas pelukannya lalu mengecup kening Zahwa. “Atas nama Allah aku mencintaimu, Zahwa” ujar Samuel lalu mendekap istrinya. “Aku juga mencintaimu karenaNya, suamiku” balas Zahwa seraya meneteskan air mata bahagianya.

Cerpen Karangan: Ulul Izmi Aulada
Facebook: Ulul Izmi Aulada

Cerpen Nama dalam Do’aku merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Menyukaimu Dalam Diam

Oleh:
Malam yang indah, diterangi cahaya bulan purnama. Terbayang wajah dirinya, entah apa yang ku rasa saat ini, ku selalu lamunkan dirinya. “Dor!” ucap Lala menepuk pundakku. “Astagfirullah,” aku terkejut.

Cinta Belum Halal Tak Pantas Dimiliki

Oleh:
Sekolahan masih sepi, hanya beberapa siswa saja yang sudah datang. Nurul, gadis berjilbab anak kelas XII Sosial 3 melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. “Hemm.. Sepi belum ada orang”, batinnya

Sampai Kapan Pun

Oleh:
Namaku Feliyn. Aku berasal dari Madrasah tsanawiyah Favorit di kotaku. Di antara 2000 orang yang mendaftar di sekolahku, hanya sekitar 400 orang yang lulus untuk bisa menempuh pendidikan di

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *