Penggemar Rahasia Aisyah
Cerpen Karangan: Rayi Dwi Muhreza SinagaKategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 25 September 2016
Mungkin ini surat dan bunga yang ke seratus kalinya kuletakkan di lacinya.
“Assalamualaikum Ukhti, Ana Inni uhibbuki fillah. Aku berharap engkau tersenyum membaca suratku.”
“Dari: Penggemar Rahasiamu”
Itulah isi surat yang keseratus dan tak pernah berubah sejak pertama kali kukirim. Seperti biasa, ia tersenyum membaca suratku dan menyimpannya di saku. Aku hanya mampu menangkap senyumnya itu dari sudut jendela dengan perasaan bahagia.
Aisyah, nama yang indah bak perawakannya. Wanita pintar nan soleha penghuni kelas sebelah. Begitulah aku mengetahuinya. Aku jatuh cinta padanya. Melihatnya dari kejauhan saja aku sangat gembira. Tapi apakah dia mengenalku? kurasa tidak.
Entah mengapa setiap malamku gelisah, bayangan dirinya merasuki kalbuku. Tak melihatnya beberapa jam saja membuatku gundah. Ya! Aku gundah! Andai malam cepat berlalu dan pagi segera berganti.
Hari minggu menjadi hari terburuk bagiku karena tak dapat melihatnya. Satu hari saja tak bertemu rasanya seperti seribu tahun, seperti itulah yang kualami sekarang.
Aku tak pernah lupa untuk menulis surat cinta kepadanya, tapi untuk besok berbeda, kutambahkan coklat berbentuk hati di paket suratku.
Pagi sekali aku berangkat agar tak seorang pun tahu kalau akulah yang selama ini meletakkan surat dan bunga di lacinya. Tapi pagi ini berbeda, sekian lama menunggu, dia tak muncul jua. Tubuhku mulai gelisah, aku tak henti memikirkannya. Ada apa gerangan? Apa dia terlambat? atau sakit? Begitulah kata hatiku lirih.
Akhirnya jam istirahat tiba, waktu yang paling aku tunggu-tunggu untuk melihat reaksinya terhadap suratku. Intipku dari sudut jendela, ternyata ia tak datang. Terlihat surat, bunga beserta coklat yang kuberikan masih utuh. Perasaanku semakin cemas, apa yang terjadi dengannya? Hatiku memelas. Harus kurelakan dua hari terakhir ini tak melihat indah wajahnya.
Keesokan harinya pun begitu, tak lagi kulihat indah parasnya. Suratku yang kemarin dan hari ini masih utuh di lacinya. Tanpa rasa malu, akhirnya kuberanikan diriku bertanya kepada teman sebangkunya yang kebetulan aku mengenalnya.
“Aisyah kok gak datang, Cha?” tanyaku.
“Oh dia sudah pindah dua hari yang lalu ke Jogja, ini kalau mau alamatnya.” ucapnya sambil memberikan secarik kertas.
Sontak batinku pun kaget, tanpa sepatah-kata langsung kutarik kertas di tangannya dan kembali ke kelas dengan wajah kecewa. Aku masih tak percaya dengan keadaan ini. Aku tau, aku cuma seorang penggemar rahasia yang tak mampu mengungkapkan perasaan ke Aisyah, tapi hatiku merasa sangat kehilangan semenjak Aisyah pergi. Hari-hariku kini terasa hampa, dan sedih.
Berbekal alamat yang diberikan Icha, kutulis surat untuk Aisyah.
“Assalamualaikum Ukhti, Ana Inni uhibbuki fillah. Aku berharap engkau tersenyum membaca suratku.”
“Mungkin Aisyah tak mengenalku, tapi ketahuilah bahwa aku sangat mencintaimu, akulah penggemar rahasiamu, yang setiap hari meletakkan surat di lacimu, dan memaksamu untuk tersenyum membaca suratku. Melihat senyummu dari jendela saja sudah lebih dari cukup bagiku. Aku tahu di usia kita yang belia ini belum pantas untuk mengenal cinta, tapi tak ada salahnya kan kalau aku mengagumimu? Semenjak kamu pindah ke Jogja, kamu tau apa yang aku rasakan? Sulit mengungkapkannya melalui surat ini, yang jelas kalbuku nelangsa setiap hari. Memang aku tak pantas mengungkapkan ini kepadamu, karena aku bukan siapa-siapamu dan hanya seorang penggemar rahasia yang berharap lebih.
Salam dariku, Roman
Itulah isi surat yang kukirimkan ke Aisyah dengan menambahkan dua lembar fotoku agar dia mengenalku.
Berminggu-minggu sudah surat itu kukirim, dan perasaanku lega mengungkapkan semuanya. Hari-hariku mulai terbiasa tanpa dia, dan aku mulai tersenyum kembali.
Aku terkejut, di depan pintu rumahku ada sebuah surat yang tak kuketahui dari siapa.
“Assalamualaikum Akhi Roman, aku akan selalu tersenyum membaca surat darimu.”
“Kalau dihitung, surat yang kemarin engkau kirim adalah surat yang ke-102 ya? Tenang saja, aku masih menyimpan semua suratnya kok. Ketahuilah Akhi, aku juga mencintamu dan mengagumimu, dan firasatku pun berkata kalau engkaulah penggemar rahasia yang selama ini meletakkan surat dan bunga di laciku. Aku juga menyimpan fotomu di tempat yang spesial, meletakkan surat demi surat yang engkau kirim agar dapat kukenang kembali. Oh iya Akhi, sebagai balasannya, aku mengirimkan dua lembar fotoku bersama surat ini. Ana Inni uhibbuka fillah Akhi Roman.
Salam Cinta, Aisyah
Begitulah kalimat yang tersirat di dalam surat itu, sangat indah. Akhirnya aku bisa memandangi wajahnya setiap hari melalui foto yang dikirimnya. Semenjak hari itu aku dan Aisyah berkomunikasi dengan lancar melalui surat. Dan sampai sekarang aku tak tahu bagaimana nasib surat, bunga, dan coklat yang kuletakkan di lacinya itu.
Cerpen Karangan: Rayi Dwi Muhreza Sinaga
Blog: http://rayisinaga.blogspot.com
Rayi Dwi Muhreza Sinaga, kelahiran Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Follow my ig : @rayisinaga
Cerpen Penggemar Rahasia Aisyah merupakan cerita pendek karangan Rayi Dwi Muhreza Sinaga, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Secret Admirer
Oleh: BungaPagi ini alarm di handphoneku berdering pukul 04.30 sengaja aku set pagi karena hari ini aku menjadi panitia masa orientasi mahasiswa baru. Aku segera bangkit dari tempat tidurku dan
Ta’aruf
Oleh: Siti NurhasanahTerdengar alunan orang yang sedang membaca ayat suci al-qur’an, suaranya amat sangat merdu dia adalah ustad yang selama ini aku (Ega) kagumi, dia bernama ustad Ridho. Tapi, aku sangatlah
Biarlah
Oleh: DiraSemua terasa sangat berbeda saat ku mulai merasakannya. Cinta, bagi kalangan remaja hal itu sudah sangat biasa. Namun tidak denganku, aku merasa asing akan hal itu. Ada yang bilang
Mencintainya Dalam Bungkam
Oleh: Rita AmeliaAku menjauh, sedikit menepis jarak antara aku dengannya yang terkesan begitu dekat. Dia berkata kepada vivi yang sedang bermain handphone “Kirim dong vi pelit amat sih, boleh kan ta?”
Perasaan Yang Terpendam
Oleh: Andi Citra PutriHay kenalkan namuku citra, aku baru saja lulus SMA dan melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta yang berada di Makassar. Seperti biasa, setiap Mahasiswa baru wajib mengikuti ospek
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply