Rahasia Apa?

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 14 July 2017

“Assalamu’alaikum, perkenalkan nama saya Zahra Aswa, murid pindahan dari SMP N 1 Jakarta, semoga kalian semua dapat membantu saya dalam belajar dan beradaptasi di Sekolah ini, terimakasih Wassalamu’alikum” ucapku saat memperkenalkan diri di kelas dan sekolah baruku
“baiklah Zahra kamu bisa duduk di samping Sonya, kebetulan dia sekretaris kelas ini dan duduk sendiri” ucap bu guru sambil menunjuk ke arah Sonya duduk
“baiklah anak-anak sekarang kalian buka buku Matematika kalian” tambah Ibu Santi dan pelajaran pun berlangsung

Saatnya istirahat pertama
bunyi bel memecah ketegangan di tengah pelajaran, dan pemberantasan cacing yang mulai protes di perut
“hai Zahra” ucap Sonya riang
“hai juga” jawabku sambil tersenyum, “owh ya masjid sekolah di mana ya?” tambahku
“itu ada di deket Kantor Guru, ada apa?” jawab Sonya
“aku mau sholat dhuha, kamu mau gak temenin aku ke sana?” jawabku sambil melontarkan permintaan ke Sonya
“ya udah ayok” jawab Sonya sambil menarik tanganku

Sesampainya di sana aku langsung mengambil air wudu dan sholat, aku sempat mengajak Sonya sholat tapi sepertinya ia tidak terbiasa, ya sudahlah aku pun tak mau memaksanya, karena dalam islam kan gak boleh memaksa hanya boleh mengajak dan saling mengingatkan. Setelah selesai aku dan Sonya kembali ke kelas, tepat pukul 14.00 WIB kami pulang. Disaat perjalanan pulang aku bertemu dengan segerombolan siswa-siswi SMP Harapan yang kebetulan bersebelahan dengan sekolah kami, aku melihat seorang siswi yang sepertinya aku kenal tapi tidak yakin karena sedikit berbeda.

“hei kamu Zahra kan?” ucapnya sambil menghampiri aku
“iya benar, ini Kesa ya?”, tanyaku penasaran
“iya ini aku Kesa, wah jilbabmu makin gede aja”, ucap Kesa sambil memandangku dari atas sampai bawah
“Kes siapa dia?” terdengar suara seorang laki-laki berjalan mendekati kami
“oh ini San temanku semasa SMP, namanya Zahra” ucap Kesa kepada laki-laki itu tapi aku hanya menunduk tanpa berani melihat ke arah laki-laki itu
“Zahra kenalkan ini Sandi teman sekelasku” ucap Sonya, terlihat Sandi mengulurkan tangan kanannya
“Zahra” ucapku sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada
“eh, ia, Sandi” ucapnya gugup sambil menarik tangannya
“ya udah ya Kesa aku pulang duluan, Assalamu’alaikum”, ucapku sembari meninggalkan mereka berdua
“Wa’alaikumsalam, da da!” balas Kesa sambil melabaikan tangan

Hari pertamaku masuk sekolah alhamdulilah lancar, dan kini aku mulai disibukkan dengan berbagai tugas, aku pindah saat semester dua jadi aku harus benar-benar mampu membalancekan pelajaran dan kegiatan yang mulai aku ikuti. Pagi ini aku datang lebih awal karena piket sesampainya di kelas belum ada satu pun orang, saat aku hendak mengambil sapu terdengar suara orang datang, karena sekolah masih sangat sepi jadi aku merasa takut jadinya aku cepat-cepat mengambil sapu dan bersembunyi di belakang pintu, saat ia hendak masuk kelas aku secepat kilat aku memukulnya tanpa melihat siapa yang aku pukul karena takut,
Bruk (suara orang jatuh) “au aduh sakit ni, apa apaan si?!” ucapnya kesal
“Astaghfirulloh maaf ya, emm maaf tapi kamu siapa?” tanyaku pada anak laki-laki yang belum kukenal
“aku Satria Pandu, kamu parah banget si ketua kelas sendiri aja gak kenal” tambahnya lagi
“ya maafkan aku baru masuk dua hari yang lalu, mana bisa aku kenal semua temen sekelas” jawabku masih dengan wajah menunduk
Dia hanya diam lalu duduk di bangkunya, aku pun mulai menyapu, sekilas aku melihatnya sedang menulis sesuatu di notebooknya entah apa yang ia tulis, aku berharap semoga ia tidak dendam denganku.

Jam menunjukan pukul 06.30 WIB dan teman-teman mulai datang.
“Zahra maaf ya aku kesiangan, yang belum dipiketian apa?” tanya Sonya gugup sambil meletakan tasnya
“kayaknya tinggal nyiram bunga aja deh yang belum” jawabku santai, karena jika semuanya yang mengerjakan aku pun tak apa aku tak keberatan
“ya udah biar aku yang nyiram ya, udah sekarang kamu duduk yang manis ya” ucap Sonya sambil mendorongku untuk duduk

Aku masih gak enak sama Satria, karenanya saat istirahat aku mengatakan apa yang terjadi tadi pagi kepada Sonya. Sonya kaget sekaget-kagetnya,
“Ra kamu ngobrol sama dia?” tanya Sonya menggebu-gebu diantara kaget dan gak percaya sambil memegang kedua bahuku
“iya mungkin bisa dibilang gitu” jawabku santai
“wah beruntung banget kamu, kamu tau Salsa dia itu selalu ngejar-ngejar Satria, setiap kali Salsa ngajak bicara dia, pasti Satria bakal langsung pergi” katanya serius
“hust udah kok malah jadi ngerumpi” jawabku mengingatkan

Pelajaran pun dimulai, saat aku hendak sholat dhuha aku bertemu dengan dia, tampaknya dia pun mau sholat sekilas saat aku melepas sepatu aku melihat dia tersenyum kepadaku, tapi aku hiraukan mungkin ia tersenyum kepada Sonya. Saat aku hendak memakai sepatu lagi tampak segelas es buah tepat di samping sepatuku, karena aku gak tau untuk siapa aku biarkan saja tapi ada sebuah surat di atas sepatuku, saat kubaca aku sangat terkejut.
~ Assalamu’alikum, Ra maaf tadi pagi aku marah sama kamu, aku gak bermaksud kaya gitu, maaf kalo aku ngagetin kamu, Wassalamu’alaikum ~ begitu isi suratnya, saat Sonya keluar aku secepat kilat mengantongi surat itu dan langsung kembali ke kelas.

Satu bulan sudah aku bersekolah di sini, dan hari ini kami dibagi kelompok untuk mengerjakan kerajinan, kebetulan aku satu kelompok dengan Salsa, Sonya, Satria, dan Alif. Tapi ya mau gimana Salsa si manusia sosmed yang gak mau jauh-jauh dari gadgetnya, dan Alif kebetulan lagi sakit jadi terpaksa yang benar-benar bekerja hanya kami bertiga, kami mengerjakannya di rumah Sonya

“Ra aku ke belakang dulu ya, ini kamu bisa ngelanjutin kan?” tanya Sonya kepadaku yang sedang mengelem stik
“owh iya tentu” jawabku singkat karena sedang serius menyusun stik-stik itu
Sonya pun meninggalkan kami, karena aku takut untuk berbicara dengan Satria untuk meminta bantuan jadinya aku mengerjakannya sendiri, lalu tiba-tiba…
“udah sini gantian kamu yang ngewarnain bunganya aja biar aku yang ngelanjuti” ucap Satria sambil meminta stik dari ku
“emang kamu bisa?” tanyaku dengan masih memegang stik
“wah kamu ngeremehin banget si!” ucapnya kesal
“ya bukannya gitu tapi yang rapih ya” jawabku sambil meletakan lem dan stik di lantai

ADVERTISEMENT

Akhirnya pekerjaan pun usai aku pun langsung segera izin untuk pulang, begitu pun dengan Satria, kalo Salsa mah udah pulang dari tadi di jemput supirnya. Aku langsung mengayuh sepedaku, kebetulan rumahku dan Satria satu arah jadi kami pulang bareng baru sekitar 200 m dari rumah Sonya, hujan deras mengguyur kami, terpaksa kami berteduh di sebuah halte yang tidak jauh dari tempat kami. Angin menepis hebat kerudungku membuatnya melambai tak karuan, membuatku malu dan kebingungan.

“S…Sat, kamu kedinginan ya?” ucapku ragu sambil melihat Satria menggigil
“e…engak kok” ucapnya dengan gigi menggerutu kedinginan
“gak usah bohong, ni pake aja jaketku” ucapku sambil mengulurkan jaket kearahnya
“gak ah masa aku pake jaket cewek, lah kamunya emang gak kedinginan?” tanya Satria
“gak si biasa aja, kan aku suka hujan, hehehehe” ucap ku sambil tertawa
Ditengah tawa aku melihatnya memandangku dengan aneh, lalu aku berhenti dan kami pun sempat bertemu dalam pandang mata yang tak kami sadari
“Astaghfirulloh, udah ini pake cepet” ucapku sambil mengulurkan jaket ke arahnya dengan pandangan menunduk, lalu ia pun memakainya syukurlah hujan mulai reda kami pun melanjutkan perjalanan dan berpisah di persimpangan komplek.

Ting tong, suara bel rumahku. Umi segera membuka pintu dan terdengar sedikit percakapan,
“Ara tolong bawakan minum ke ruang tamu ya itu ada temannya Abi yang dateng dari Bandung” ucap umi saat sampai di dapur
“iya umi, tapi ada berapa orang?” tanyaku
“buatin 7 gelas, ya udah umi ke ruang tamu dulu” jawab umi

Setelah selesai membuat minum aku segera mengantarkan ke ruang tamu, tampak Om Seno, Tante Sofi istrinya dan Kak Farhan dan adiknya Salwa. Tengah berbincang-bincang,
“ini Zahra ya?” ucap seorang wanita seusia Umi
“iya” jawabku singkat sambil tersenyum,
“wah Zahra sudah besar ya, padahal dulu sewaktu aku ikut kemari dia masih TK ya gak Han?” ucap wanita itu lagi kepada anaknya Farhan
“Assalamu’alaikum” ucap Abi saat menghampiri kami, saat aku hendak ke dapur umi menarik tanganku,
“sudah ayo sini duduk, kamukan sudah lama tidak bertemu keluarga Om Seno” ucap umi membujukku untuk duduk bersama mereka.
Pembicaraan pun berlangsung cukup lama sampai azan ashar dan mereka pun berhenti untuk sholat, Farhan putra tertua keluarga Om Seno menjadi imam, kebetulan ia sedang libur dari pondoknya di gontor, setelah sholat kami makan.

“Rafi, istrimu ini masakannya enak sekali” puji teman ayahku
“ya tentulah, tapi kali ini kamu salah perhitungan Seno, ini yang masak Ara” ucap Abi membenarkan
“wah benarkah, kamu hebat ndok, paslah pokoknya” ucap istri om Seno
Aku hanya tersenyum dan sedikit bingung dengan ucapan Tante Sofi, diam-diam aku kagum akan Kak Farhan anak sulung Om Seno dia seorang hafis Qur’an, dan setelah lulus nanti ia telah mendapat bea siswa ke Universitas Al-Ahzar, masyaalloh. Astaghfirulloh kenapa aku jadi memikirkan Kak Farhan, ini tidak boleh aku takut jadi zina fikiran, kugelengkan kepalaku untuk membuyarkan pikiran itu. Saat om Seno hendak pulang aku memberikan boneka kepada Salwa adik Kak Farhan, sebab ia bilang ia menyukainya untungnya boneka itu belum aku buka dari plastiknya jadinya kan gak malu-maluin kalo mau ngasih,
“ayo bilang apa sama kakaknya”, ucap Kak Farhan kepada adiknya
“makasih kakak” ucap Salwa lembut sambil memelukku
“Rafi jangan lupa ya jangan bilang siapa-siapa ok” ucap Om Seno kepada Abi
“insyaalloh, semoga tidak salah ya” balas Abi
“rahasia apa?” tanya ku dan Kak Farhan berbarengan kepada orangtua kami masing-masing
Umi hanya tersenyum, begitu pun istri Om Seno entah apa yang mereka bicarakan saat ini, apa sebenarnya yang mereka diskusikan saat aku, Salwa dan Farhan pergi bermain di taman belakang?.

Cerpen Karangan: Husnul Khotimah
Facebook: Husnul Khotimah

Cerpen Rahasia Apa? merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Waiting for Autumn

Oleh:
Bukankah akan muncul pucuk pucuk baru setelah dedaunan kering menggugurkan dirinya? Lalu bertunaslah dia hingga berkembang menjadi pepohonan indah. Bagiku tidak ada yang lebih indah dari pesona Autumn meski

Menunggumu Menghalalkanku

Oleh:
Di kegelapan malam aku duduk seorang diri di teras depan rumahku sambil melihat bintang yang menyinari malam yang gelap gulita. Entah angin mana yang membuatku ingat dengan perkataan ini

LDR Untuk Bahagia

Oleh:
Tujuh tahun lalu disaat aku dan maulana berkenalan lewat handphone secara tidak sengaja, saat itu aku duduk di kelas 3 smp dan dia di kelas 2 madrasah aliyah di

Komet

Oleh:
Alissa tercenung saat matanya tak sengaja melihat sebuah foto yang muncul di beranda akun facebooknya. Seorang lelaki berwajah semi-oriental, berkulit kuning langsat dengan penampilannya yang ‘keren’. Alissa tersenyum, mengamatinya.

Islam Membuat Hidupku Berwarna

Oleh:
Pagi ini cahaya matahari hangat menyilaukan seberkas titik embun di atas dedaunan. Rumput basah menguapkan hawa segar di udara. Biru langit tampak sedemikian cerahnya hingga awan tak terlihat setipis

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *