Ya Muasyiqo Qolbiy
Cerpen Karangan: Astri ApriliaKategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 27 January 2017
Aku terkadang mematikan lampu kamarku, sesuatu yang kusebut rindu telah bercahaya lebih dari lampu. Berterimakasihlah pada jarak dan waktu, karena dari situ kita belajar dan mengerti indahnya rasa rindu.
Rindu? Ya.. kadang rindu akan menghancurkan segalanya jika disampaikan dengan cara yang salah. Kadang itu menjadi pertanyaan besar buatku, harus dengan cara apakah kusampaikan? Mungkin diam adalah pilihan saat kata tak lagi bermakna. Karena ada saatnya kita bicara dan ada saatnya kita untuk diam.
Aku adalah sosok wanita yang sebenarnya tak mau mengungkapkan perasaan atau biasa disebut mengungkapkan cinta. Tidak mau lho ya, bukan tak berani. Prinsipku adalah jomblo sampai halal. Awalnya sulit bagiku untuk menumbuhkan prinsip semacam ini. Selain karena virus cintrong remaja yang terus saja menggerogoti hati ini, juga karena godaan teman-teman sekitarku yang menggoyahkan imanku. Alhamdulillah aku sanggup mengendalikanya, sungguh nikmat iman yang tak pernah aku syukuri Ya Allah. Astaghfirullah hal’azim.
Prinsip yang langka di dunia remaja mungkin, atau bahkan aku orang pertama yang berprinsip semacam ini, haha entahlah. Yang jelas aku sekarang sudah menikmati status jomblo dan prinsipku yang orang-orang bilang prinsip religius. Haha. Jadi sampai saat ini alhamdulillah aku belum pernah merasakan yang namanya patah hati karena cinta. Di balik ejekan remaja lain di luar sana, ternyata ada hikmah besar disini. Selain tak pernah merasakan sakit hati, aku juga terhindar dari yang namanya dosa zina atau semacamnya. Alhamdulillah Ya Rabb.
Perbedaan itu adalah sesuatu yang bisa menjadi sebuah keindahan jika kita mampu untuk menyikapi dan menghargai dengan baik. Dan aku bahagia dengan perbedaanku. Berani beda is amazing. Amazing is me. Haha.
Setelah sekian lama aku stay, bertahan dengan prinsipku tanpa rintangan yang berarti, kini ada sesuatu yang menyerang relung qolbuku yang paling dalam, lebih dalam dari dalamnya sumur belakang rumahku. Aku terjangkit virus “CDD” Cinta Dalam Diam. Mencintai dalam diam, tanpa takut kehilangan. Karena Allah telah menciptakan bagi hambanya yang sabar dalam mencintai. Kekagumanku pada sosok akhwan yang satu ini, membuatku melayang-layang bak sedang terbang di luar angkasa seperti astronout di antara planet-planet dan bintang-bintang nan indah. Dia adalah santri di forum remaja islami yang sama denganku.
Hidup adalah cerita tentang mencintai dalam sabar yang tidak pernah usai dan ikhlas tanpa ada ujung. Tanpa sabar dan ikhlas, hancurlah hidup. Kuceritakan kegalauanku pada sahabatku Aisyah.
“Ais, aku mau minta pendapat kamu nih, boleh?” tanyaku dengan sedikit keraguan.
“Boleh, Rin. Tentang apa?”
“Gini lho Is, anu, itu lho. Aduh gimanaya ngomongnya.” Dengan mukaku yang terus memerah saking gugupnya.
“Kamu ini lho, mau tanya apa sih? Kok gugup banget gitu?”
“A, a, aku … suka sama Mas Raihan. Menurutmu gimana? Aku salah nggak?”
“Ya enggak lah, itu kan perasaan dari Allah. Asal kamu bisa tetep di jalan yang lurus aja Arin.”
Berharap mendapat yang terbaik itu pasti keinginan semua orang. Aku, hampir saja lupa. Allah yang mengatur dengan siapa kita berjodoh. Tapi dalam setiap doaku, aku selalu menyebut namamu, selebihnya biar Allah yang menuliskan cerita tentang kita. Entah di naskah yang sama ataupun tidak. Bukankah dunia ini panggung sandiwara? Dan kitalah pemainya. Ya, mungkin virus CDD memang telah berevolusi di tubuh ini.
Di hari yang cerah ini, kembali hatiku di getarkan entah oleh apa? Sesuatu yang belum terdeteksi. Virus apa lagi ini Ya Rabb, setelah virus CDD yang belum mampu aku sembuhkan. Kali ini aku, dan sosok akhwan ciptaan Tuhan yang begitu indah ini dipertemukan. Ya Allah, izinkan aku tuk mengenalnya, beradu kata denganya, dan jika aku tidak ada dalam naskah cerita-Mu untuknya, maka adakanlah Ya Allah. Sedikit memaksa, hehe.
Di pertemuan forum remaja islami kali ini dia terpilih untuk membacakan Al-Qur’an. Subhanallah, sungguh merdu suara hambamu ini Ya Rabb. Suara yang kurindukan. Rindu yang bukan rekayasa. Rinduku seperti dahaga di padang pasir tandus tanpa hujan dan mata air.
Awalnya aku nikmati saja prinsipku dengan indah bersama kekaguman-kekagumanku pada sosok hamba Allah ini. Tapi di usiaku yang semakin matang, aku mulai berfikir sampai kapan aku seperti ini? Kapan prinsipku akanku akhiri dan kapan akan berakhir? Sudah 3 tahun aku mengagumi tanpa kepastian. Usiaku sudah 22 tahun. Sepertinya sudah menjadi tradisi keluargaku untuk menikah muda. Kedua kakak perempuanku juga demikian, bahkan mereka berdua menikah di usia 20 tahun. Sebenernya aku juga pengen seperti kedua kakak-kakak perempuanku, tapi ya gimana? Calon aja belum ada, gimana mau merried.
Kehidupan ini hanya sekali. Aku harus menentukan pilihan sekali saja untuk meraih ridha Allah Swt. Aku yakin Allah telah merencanakan sesuatu yang indah untukku. Amin Ya Allah.
“Arin, kapan nak kamu mau menikah?” kata ayah di suatu malam.
“Belum tau Yah, Arin belum ketemu yang cocok.”
“Besok malam, akan ada seseorang yang datang kesini, dia anak karib ayah. Kamu tidak harus menerimanya, yang penting ketemu dulu.”
“Baik Yah.”
“Bingkai cinta dalam Islam adalah pernikahan nak, yang menjadikanya Insya Allah istiqomah.”
Ya Allah, jika memang dia sosok imam rumah tanggaku yang kau pilihkan untukku, maka mudahkanlah jalanku dan jalanya menuju hubungan yang engkau ridhai Ya Allah. Hanya kepadamu kupasrahkan hatiku.
Hati dan perasaanku kini berdebar-debar, jika dadaku di bermicrofon dengan volume suara full, mungkin akan bergemuruh lebih dari dasyatnya petir yang menyambar di lautan lepas. Ini adalah kali pertamaku dipertemukan dengan sosok calon imamku. Pukul 20.00 WIB, 3 hamba Allah memasuki istana kecil keluargaku. Aku belum tau siapa yang datang, tapi sudah bisa kutebak. Di ruangan yang sengaja dibuat untuk para tamu yang singgah ke istana kecil ini, ada Ayah dan Ibuku yang menyambut. Dan aku? Aku akan keluar saat ibuku memanggil nanti.
Tet tet tet… dorrr…!!! Ternyata? Hal yang tidak pernah aku sangka dan aku kira sebelumnya. Aku kira aku sudah tidak akan bisa mengagumi akhwan ciptaan tuhan ini lagi. Subhanallah, ya muasyiqo qolbiy, kerinduan hatiku.
“Mas Raihan?” kataku tak percaya.
“Iya dek, dek Arin kan?”
Seketika perasaanku menjadi berbunga-bunga. Entah kapan kuncupnya sekarang udah maen mekar aja. Dan entah bunga sepatu, bunga sandal, atau bunga kaos kaki. Yang jelas aku senang bukan kepalang. Senyumku terus saja mengembang. Nggak dikasih pengembang aja bisa ngembang, apa lagi kalau dikasih obat pengembang, pasti tambah melar. Hahaha.
“Jadi, kalian sudah saling mengenal?” Tanya Ayah.
“Iya Om, kami berdua satu forum di Forum Remaja Islami.” Jawab Mas Raihan.
“Terjawab sudah janji Allah. Lelaki yang sholeh pasti untuk wanita yang sholihah dan wanita yang sholihah pasti juga untuk lelaki yang sholeh.”
Pertemuan pertama ini adalah awal yang baik menurutku. Dan pertemuan kami pun berlanjut sampai proses ta’aruf. Ta’aruf? Ya ta’aruf. Keluargaku dan keluarga Mas Raihan sudah setuju, sudah memberikan lampu hijau untukku dan Mas Raihan. Itu tandanya perjalanan cinta kami harus dilanjutkan, kalau lampu kuning harus berhati-hati, kalau lampu merah ya harus berhenti. Ya itulah perjalan cinta plus-plus dengan rambu-rambunya. Haduh, pokoknya jangan sampai merah deh. Dan semenjak kejadian ini, kedua kakak-kakaku jadi sering mampir ke rumah untuk sekedar membuat pipiku memerah. Bukan pake blash on lho ya.
“Cie adikku yang paling cantik ini mau menikah.” kata kakak pertamaku.
“Iyah ni, bentar lagi kita punya ponakan.” tambah kakak keduaku.
“Kak, kalian ini apa to. Arin malu kak.”
“Hahaha.”
Untung saja pembicaraan ini cepat berakhir saat ada azan Asar berkumandang. Terimakasih Ya Allah, Engkau maha penolong. Kau telah menolongku dari gurauan kakak-kakakku yang membuatku salting setengah mati.
Ya Allah, berilah aku rasa cinta kepada-Mu dan mencintai orang yang mendatangkan rasa cinta kepada-Mu. Yang kucari dari setiap cinta adalah ridha Allah, aku mencintai dia Insya Allah dengan cara yang Allah ridha. Sehingga ridha Allah pula yang mempersatukan kita.
Setelah proses ta’aruf yang kami jalani, keluarga kami menentukan untuk 3 bulan kedepan kami akan menikah. Menurut pihak keluarga, kami sudah memenuhi syarat untuk menikah, allhamdulillah. Udah kaya lamaran pekerjaan aja pake syarat segala, haha. Tapi ya nikah tu emang ada syaratnya si. Syarat ekonomi juga udah allhamdulillah. Mas Raihan bekerja di salah satu Bank di kota Jogya ini. Tapi pekerjaan atau jabatan saja bukan merupakan ukuran sukses bagi seorang muslim. Ukuran sukses bagi seorang muslim adalah agamanya. Jabatan, pendidikan, keluarga, dsb. Jika belum sesuai ketentuan Islam, maka belum disebut sukses.
Katanya Om Mario Teguh, “Jodoh itu kita yang memilih, Tuhan yang merestui. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya. Dan kini aku dan Mas Raihan telah dipersatukan dalam bingkai rumah tangga yang sebenarnya. Muasyiqo Qolbiyku telah datang.
Cerpen Karangan: Astri Aprilia
Facebook: Astrid Astri Aprillya
Cerpen Ya Muasyiqo Qolbiy merupakan cerita pendek karangan Astri Aprilia, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Kau, Aku, Dan Seuntai Kata Ridha (Part 3)
Oleh: Anisyah RitongaPacaran? Siapa bilang tidak ada sisi positifnya? “bawakan ini untuk teman-temanmu Is.” Ujar Mak Ais sambil menyodorkan kue lebaran yang ia bungkus rapi. “kok banyak kali? Berat nanti bawanya
Kupu-Kupu Kertas
Oleh: Eka SulistiyowatiTujuh tahun telah berlalu namun aku masih mengingatnya. Wanita yang tampak begitu sederhana di mataku. Wanita yang sering mengiringi langkahku dengan semangat juangnya yang tinggi. Wanita itu menganggap hidup
Kisah Cinta Rahmatan Lil ‘Alamin
Oleh: Fikri RamadhaniPada sore hari yang sunyi, Dani meratapi dan merenungi nasib yang terjadi padanya. Sesuatu yang direnungkannya tidak lain dan tidak bukan adalah Lia. Lia adalah anak yang baik hati,
Kita Yang Berbeda
Oleh: Anida SyarifahAlula Shahin Lashira adalah seorang gadis dengan wajah kearab-araban dengan senyuman imut yang memperlihatkan gigi kelincinya. kerudung yang selalu membalut kepalanya sejak kecil tak pernah lepas dari kepalanya. Lula
Ikhwan Dalam Mimpi (Part 1)
Oleh: Diah Ksuma NalaratihMimpi. Baik dan buruk. Semua orang pasti pernah bermimpi dalam tidurnya. Apakah itu tidur siang ataupun malam, dan mimpi selalu menghiasi saat-saat tidurmu. Apalagi jika mimpi itu adalah mimpi
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply