Satu Jam

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Pertama
Lolos moderasi pada: 9 April 2016

“Sebuah cinta itu berasal dari mata turun ke hati, mata itu membuat kita tak bisa menipu tentang sebuah perasaan,” sebuah kata yang menginspirasiku.

Ketika sang surya memunculkan sinarnya di saat itulah hal yang paling aku sukai. Karena, aku akan memakai seragam putih abu-abuku. Berangkat ke sekolah dan berharap bertemu seorang Aga. Bukan Aga tapi tatapan matanya. “Demi malam yang ku lalui ku mohon tuhan izinkanku menatap matanya sejenak,” gumamku dalam hati. Hari ini aku melihatnya bermain gitar begitu lihai di ruang musik. Perasaanku tak bisa terbendung, hingga diam-diam aku mengintipnya dari jendela ruangan itu. Sungguh sebuah ritme yang indah. Tiba tiba.. Ada yang mengacaukan konsentrasiku, yups! Ternyata adalah Via sahabatku. Aku tak akan malu jika Via memergokiku, karena dia tahu aku menyukai saudaranya yang begitu manis itu. Malam ini, ku goreskan tintaku ke lembar demi lembar kertas putih. Aku mulai menulis tentang Aga dan semua permintaan permintaan bodohku. Mungkin aku lebih suka menuangkan perasaanku kepada sebuah kertas putih yang pudar tetapi penuh makna.

“Dear diary, jika aku boleh memilih satu di antara seribu pohon, aku akan memilih pohon yang pa..ling kecil dan membiarkannya tumbuh hingga ke langit yang tinggi, sama seperti perasaanku yang semakin lama semakin tumbuh untuk Aga,” gurauku dalam buku kecilku. Pagi ini mentari begitu cerah, mengantarku sampai di sekolah penuh kehangatan. Tiba-tiba.. Selintas bayangan tak memberiku celah untuk menghentikannya. Dia berjalan begitu cepat, membuatku berkata-kata dalam hati, “Bodoh! Menatapnya sejenak saja aku tak bisa,” sebuah lonceng berbunyi begitu nyaring, seakan membuatku berlomba lari untuk cepat cepat sampai ke kelas.

Hari ini adalah pelajaran seni musik. Aku begitu melayang saat pak Wondo menyuruh kami menuju ruang musik ups! Bukan itu yang membuatku melayang-layang di udara tetapi pak Wondo akan menyuruh Aga bermain musik di antara kami semua, seakan tanganku mengajak sepuluh jariku serempak menyoraki Aga. Tapi, teman-teman tak mengizinkanku mengaguminya. Karena tak ku lihat satu tepuk tangan pun dari teman-teman hingga membuatku malu untuk berdiri. Hari demi hari terus berganti, hingga tak kuasa aku menolaknya. Ya! Menolak takdir bahwa aku harus bertemu dengannya, menyusuri hari yang tak pernah bisa aku taklukkan. Satu jam saja cukup aku berbicara 3 kata, menatap matanya dan memeluknya.

“Ku mohon Tuhan kali ini saja,” Harapku dalam pikir panjang. Tiba-tiba seseorang memanggilku dari kejauhan dengan begitu keras. Ternyata, adalah Via yang coba membubarkan lamunan indahku. Via mengatakan padaku beberapa kata, “Apa setiap hari kamu akan begini? Cobalah dekati Aga, apa kamu perlu bantuanku?”
“Tidak,” standar jawabku kepada Via.

Bukannya aku tak mau, hanya saja aku ingin aga mendekat padaku dengan adanya aku begini, bukan karena orang lain. Untuk yang pertama kalinya hadir dalam hatiku. Malam ini hujan turun begitu deras, aku hanya bisa melakukan hal yang biasa aku lakukan, menulis diary. Karena hujan tak memberiku celah untuk berkunjung ke rumah Via. Semua cerita sedih dan duka, tawa, dan canda, sebongkah air mata dan ketulusan aku tuangkan dalam buku kecilku ini. Tiba-tiba.. Ada yang mengetuk pintu rumahku, segera aku buka dan ternyata adalah Via.

“Kamu Nin, ada apa?” tanyaku kepada Via.
“Cuma pengen maen ke rumah kamu aja Nin hehehe,” jawab Via.
“Ya udah ayo masuk ke kamarku aja, aku buatin kamu minum dulu,” ucapku.
“Oke deh, jeruk hangat ya,” kata Via. Aku langsung ke dapur dan membuatkan minum untuk Via dan kembali ke kamar.
“Nih Vi, buat kamu,” sambil aku menyodorkan gelas minuman berisi jeruk hangat, seketika Via langsung meneguknya dan pulang terburu-buru.
“Aku pulang dulu ya Nin, ada urusan sama mama,”

Aku bingung tapi ya sudahlah, setelah Via pulang ku lanjutkan menulis diary tetapi, tak ku lihat diary mungil di kasurku. Entah hilang ke mana, mungkin aku lupa meletakkannya. Hingga akhirnya ku cari-cari di seluruh sudut kamarku dan aku tak menemukannya. Tiba-tiba aku teringat dengan tingkah Via yang pulang terburu-buru tadi. Segera aku meneleponnya dan menanyakan apakah dia mengambil buku diaryku, dengan nada manja dia berkata padaku di telepon.

“Hehe iya Nin, besok aku balikin deh,”
“Kamu Vi, selalu begitu enggak pernah bilang bilang kalau pinjam sesuatu lagian diaryku itu kan penting banget,” ucapku dengan nada kesal.
“Iya maaf deh, aku pengen tahu sejauh mana sih diary Nina bercerita tentang Aga hehe,” Via langsung menutup teleponnya. Esok hari aku berniat mengambil buku itu. Tapi, Via berkata padaku bahwa dia akan mengembalikan buku itu senja hari. Hingga malam tiba Via tak kunjung datang ke rumahku. Saat itu hujan turun begitu deras. Hingga aku terlelap dalam tidurku. Terdengar ketukan pintu dan cahaya putih lurus di sudut kamarku, aku mencoba membukanya dan ternyata adalah Aga, dia berkata lirih padaku.

“Nin, aku menyayangimu,” dia menatap mataku begitu lama dan memberiku sebuah kotak musik.
“Jika aku merindukanmu. Kotak musik ini akan berbunyi setiap malam,” dan Aga pun pergi meninggalkanku bersama debu-debu kabut putih.
“Cuma mimpi,” ucapku saat terbangun dari tidurku. Saat ku mengusap keningku, ku lihat tanganku memegang kotak musik itu begitu erat. Kring!! Telepon rumahku pun berbunyi. Via mengabariku bahwa aga telah tiada, dia kecelakaan saat akan menuju rumahku mengembalikan buku itu. “Bagaimana mungkin? Dia baru saja menemuiku tadi,” hiburku dalam hati. Perasaanku begitu kalut dan tak kuasa aku menahan semua tangis.

ADVERTISEMENT

Pagi yang penuh duka pun. Aku menuju makam yang penuh dengan derai tangis. Mataku sembab karena menangis semalaman. Via mencoba menghiburku dan menceritakan yang terjadi sebelumnya. Sekarang aku mengerti Via mengambil diaryku diam-diam agar Aga bisa tahu semua isi hatiku, dan saat Aga membawa cinta untukku dia harus menjumpai mautnya. Di depan makamnya pun aku berkata, “Tadi malam adalah 1 jam yang paling mengharukan, tadi malam adalah satu jam ketika aku bisa menyayangimu begitu dekat, tadi malam adalah 1 jam saat pertama dan terakhir dalam hidupku untuk menatapmu, seorang Aga yang begitu manis.”

Akhirnya aku benar-benar bisa menatap matanya dan merasakan kehadiran cinta pertamaku. Walau hanya satu jam dan walau hanya aku tak bisa memilikinya di dunia. Masih terasa sulit buatku menerima kenyataan, aku berjalan menjauhi makam dan seseorang dari kejauhan tersenyum melihatku dengan penuh cahaya putih. Sepulang dari makam aku pun memandangi kotak musik itu, aku ingat dan masih begitu ingat dalam benakku ucapan terakhirnya untukku. Tiba-tiba kotak itu berbunyi tepat di hadapanku. Mungkinkah dia di sana merindukanku, aku berharap dia datang dengan sosoknya yang berwajah terang.

Cerpen Karangan: Tika Sulistiorini
Facebook: Tika Sulis (Tiksul)
Nama: Tika Sulistiorini
TTL: 21 April 1998
Sekolah: SMKN 1 Boyolangu
Jurusan: Multimedia

Cerpen Satu Jam merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Wedding Dress

Oleh:
Cinta Pertama, adalah cinta spesial yang Allah hadirkan untukmu. Lewat cinta pertama, kamu dapat mengerti betapa berharganya waktu yang kita punya untuk selalu menjaga cinta itu, karena cinta pertama

Aku dan Dia

Oleh:
Ini hari pertama aku masuk SMA Islamic School setelah berpindah ke sekolah aku yang elite. Banyak alasan sulit aku jelaskan tentang mengapa aku berpindah setelah kelas dua? Kelas masih

Kakak Kelas Menyebalkan

Oleh:
Sayup sayup terdengar suara adzan subuh. Aku pun menghentikan kegiatanku berkutat dengan angka angka. Jadwal pertama UAS yang sangat menakjubkan ini membuatku tak bisa tidur semalaman. Entahlah apa yang

Sebelah Hati dan Dia (Part 2)

Oleh:
Aku tak tahu Bang Ilham akan pergi ke mana. Yang pasti, petang itu aku melihat Bang Ilham mengemas semua pakaiannya. Wajahnya amat mendung, kusut. Aku tahu betul apa yang

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *