2 Days

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 20 April 2015

Di sebuah kamar, seseorang sedang melamun di atas tempat tidurnya sambil memegangi ponselnya.
Suara orang itu terdengar “Aku belum tahu persis perasaanku, 7 bulan ini kau memberikan perhatian yang sungguh tulus padaku. Tapi, saat berada di sampingmu aku akan merasa senang, aku tidak tahu ini rasa senang dalam bentuk apa tapi aku benar-benar merasa senang.”
Prilia yang semula berbaring di atas tempat tidurnya kemudian merubah posisinya menjadi duduk. “Kemarin.. kau bertanya padaku, seberapa besar aku mencintaimu, tapi.. aku belum bisa menjawab, dan berkata dengan ceria itu rahasia.” Prilia tersenyum. “Aku kekanak-kanakan.”
Prilia berjalan menuju jendela kamarnya dan melihat keluar jendela. “7 Bulan yang lalu.. saat kau menyatakan cinta padaku, aku sempat bingung untuk menjawab jadi aku putuskan untuk menjawab pada hari besok. Dan besoknya aku menjawab ‘Ya’ untuk tawarannya itu. Tapi, aku menerimanya bukan karena cinta, melainkan ada maksud yang lain. Kau si cerdas, rangking satu umum dan menyatakan cinta pada siswi yang tidak ada pintarnya sama sekali? Itu benar-benar menggemparkan masyarakat sekolah.”
Prilia membuka raportnya yang terdapat pada meja belajarnya. “Yang lebih menggemparkannya lagi, aku mendapatkan rangking 2 umum bulan lalu. Tentu saja itu karena si cerdas pacarku yang mengajariku. Sebenarnya.. alasanku menerimanya waktu itu karena aku berfikir, bila aku berpacaran dengan si cerdas ini mungkin aku bisa menjadi baik dan kemudian menjadi lebih baik, dan benar itu terjadi.”

Di sekolah.
“Harry, kenapa rangkingmu susah sekali terkalahkan?” Tanya Prilia saat berada di kantin bersama Harry.
“Bukan susah, kalian yang ingin mengalahkanku hanya perlu berusaha yang lebih giat lagi.” Jawab Harry sambil tersenyum memandangi pacarnya.
“Mereka semua sudah berusaha, tapi ini benar-benar rumit, dan kau tahu? Karena kau mengajariku dengan baik posisi mereka yang ingin mengalahkanmu harus tertahan dulu karena aku yang mendapatkan rangking 2 umum itu.”
“Karena kau sudah berusaha dengan keras.”
“Benarkah?” Prilia tersenyum senang mendengar itu. Lalu ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah.
Harry menyadari itu. “Ada apa denganmu?”
Prilia memandang Harry. “Harry, aku ingin meminta sesuatu darimu.”
Harry tersenyum. “Apa?”
Dengan ragu, Prilia mengutarakan yang selama ini ia ingin lakukan. “Harry, bisakah kita selama 2 hari ini tidak bertemu? Kalaupun bertemu di sekolah, bisakah kau pura-pura tidak mengenalku?”
Harry terkejut lalu meletakkan sendoknya. “Kenapa?”
“Kau kemarin bertanya kan? Kalau seberapa besar aku mencintaimu? Aku ingin memastikan.”
“Memastikan? Apa selama ini kau masih ragu dengan perasaanmu?” Tanya Harry terlihat kecewa. “Aku mau kembali ke kelas.” Kata Harry lalu berlalu pergi meninggalkan Prilia. Prilia mengejar.
“Kalau kau tidak mau, juga tidak apa-apa. Aku senang berada di dekatmu.” Kata Prilia tersenyum sambil mengejar Harry yang jalannya cepat sekali. Tiba-tiba Harry menghentikan langkahnya yang membuat Prilia harus menabrak punggung Pacarnya sendiri.
“Auu..” Prilia memegangi kepalanya. Harry terlihat khawatir. “Apa kau mengejarku dengan menundukkan kepalamu?”
“Tidak.” Prilia menunjukkan sebuah batu. “Aku hampir terjatuh karena itu tapi untungnya kau berhenti di waktu yang sangat tepat, Terimakasih. Kau selalu melindungiku.”
“Aku tidak melindungimu, aku hanya kebetulan berhenti.” Kata Harry dingin lalu kemudian pergi.
Prilia memandang Harry dengan tatapan sedih. “Ini pertama kalinya kau bersikap marah padaku. Tapi ini membantu, aku ingin tahu.. apakah aku menyukaimu apa tidak?”

Harry duduk di tepi lapangan basket sambil memperhatikan mereka-mereka yang bermain.
“Hey, mana pacarmu?” Tanya seseorang dan duduk di samping Harry.
“Mungkin di kelasnya.” Jawab Harry sedikit cuek.
“Ini pertama kalinya aku tidak melihatmu bersamanya.” Kata Orang itu lagi.
Harry tidak menanggapi melainkan mengganti topik pembicaraan. “Oh iya Wahyu, aku juga ingin masuk tim basket.”
“Apa masuk? Apa aku tidak salah dengar?”
“Kenapa mesti salah dengar?”
“Kau tidak takut prestasimu menurun?”
“Kenapa mesti takut? Kau pikir siswa yang mendapatkan rangking tertinggi hanya tahu belajar?”
“Itu memang yang kupikirkan.” Kata Wahyu.
“Bagaimana? Apa masih bisa?”
“Tentu saja, besok kau tunggu aku di lapangan bola saja.”
“Baiklah.” Kata Harry dan langsung pergi yang membuat Wahyu sedikit kesal.

Besok di sekolah.
Prilia mencari-cari sosok Harry, ia ingin meminta maaf dan tidak ingin membahas 2 hari itu lagi.
“Harry kau di mana?” Prilia menunggu di pintu gerbang sekolah saat pulang sekolah.
“Di mana dia?” Prilia tidak menemukan Aidil di antara ratusan siswa yang akan keluar dari sekolah.

“Ternyata bermain basket itu seru.” Kata Harry.
“Itu memang benar.” Tanggap Wahyu. Tiba-tiba langkah Wahyu terhenti. “Astaga, aku lupa! Ponselku tertinggal, kau pulanglah dulu.” Kata Wahyu lalu berlari pergi.

Harry akhirnya jalan sendirian. Saat ingin berjalan keluar sekolah, langkah Aidil terhenti dan menyadari ada Prilia yang sedang duduk dan.. “Tertidur?” Harry bingung. Harry merasa kasihan, tapi kenapa ia tertidur di situ?
Harry berjalan menuju satpam yang sedang memakan gorengan.
“Pak, ada siswi yang ketiduran di sana, kau harus membangunkannya.” Kata Harry.
“Kau saja yang membangunkannya.” Kata Satpam kesal.
“Tidak bisa, kau yang harus membangunkannya. Aku mau pulang.” Kata Harry lalu berjalan pergi.
Satpam itu pun dengan enggan meninggalkan gorengannya dan menuju Prilia.
“Hey, apa kau mau tidur di sini?” Tanya Satpam kesal.
Prlila terkejut lalu terbangun. “Ou maaf, ini sudah jam berapa?”
“Ini sudah jam 4 sore.” Jawab satpam.
“Ou, dia pasti sudah pulang. Kalau begitu aku pulang dulu.” Kata Prila lalu berjalan pergi dengan mukanya yang lesu.
Harry yang ternyata tadinya bersembunyi langsung keluar saat melihat Prilia sudah pergi. “Apa dia menungguku? Aku minta maaf.” Katanya sedih.

Di rumahnya
Prilia sedang murung, dalam hati Prilia berkata “Apa kau berusaha menghindariku? Atau kau menyetujui apa yang kukatakan? Atau yang lebih buruknya lagi.. Kau… Ah tidak mungkin.” Prilia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Harry bukan orang seperti itu, aku sangat mengenalnya.”
Prilia menghubungi Harry namun usahanya sia-sia karena Aidil tidak mengangkat teleponnya. “Harry kau sangat berubah saat setelah aku mengatakan itu, dan kau tahu? Aku sangat merindukanmu.”

Di rumahnya, Harry memandangi ponselnya. “Kau menelponku beberapa kali, apa kau sudah tahu perasaanmu padaku? Sungguh, aku sangat kecewa saat mengetahui kalau kau masih ragu akan hal ini. Walau kau tidak pernah memberi tahuku secara langsung tapi.. aku mengerti dari raut wajah dan cara bicaramu.”

Besoknya di sekolah.
“Aku tidak mengerti maksudmu untuk ini, tapi aku minta penjelasan.. kau kemarin ada di mana? aku mencarimu.” Kata Prilia kesal saat bertemu dengan Harry di taman dengan Erphonenya.
Harry, entah ia mendengar apa yang dikatakan Tifa atau tidak karena ia memakai erphonenya. “Apa aku bicara sia-sia? Kau bahkan tidak mendengarnya.” Kata Prilia dan langsung mengambil erphone Harry dengan kesal.
“Apa yang kau lakukan?” Bentak Harry.
Prilia diam terpaku mendengar bentakan yang ia dapat dari kekasihnya sendiri. “Baiklah, aku pikir.. karena aku sendiri kau berubah.” Kata Prilia dan berbalik pergi.
Harry merasa bersalah dan memandang kepergian Prilia itu dengan sedih.

ADVERTISEMENT

“Aku tahu ini salahku, tapi.. bisakah kau tidak membentakku? Bisakah kau tidak bersikap seperti itu? Apa kau tidak tahu perasaanku? Aku sangat merindukanmu.. aku merasa aneh karena satu harian kemarin aku tidak melihatmu. Kau yang selama ini berada di sampingku kemudian menghilang. Aku sangat sedih, aku menyadari.. kalau 2 hari ini begitu menyakitkan. 2 hari ini kau tidak ada di sampingku..” Kata Prilia sambil beberapa kali meneteskan air matanya. “Dan aku menyadari 2 hari itu telah menyadarkanku kalau aku benar-benar mencintaimu, maaf aku baru sadar sekarang.” Kata Prilia lirih. Ia menangis sejadi-jadinya pada jam 03.00 subuh.

Besok paginya. Prilia berangkat sekolah dengan sepedanya. Wajahnya terlihat kusut dan matanya masih kelihatan sembab. Benar-benar kacau.
Harry yang sedang bermain basket melihat Prilia yang bena-benar kacau. Harry memasukkan bola ke ring, membuat para siswi bertepuk tangan dan memujui-muji Harry yang jago bermain basket.
“Aku izin sebentar.” Kata Harry.
Prilia memarkir sepedanya, namun sepedanya terus-terusan jatuh. Prilia benar-benar kesal lalu memperbaiki posisi sepedanya tapi tetap saja jatuh. Tiba-tiba ada yang membantunya, dan sepedanya pun tidak jatuh lagi.
Tanpa melihat siapa orang itu, Prilia berterimakasih. “Kau sangat baik.” Kata Prilia lalu berjalan pergi. Tapi tangannya ditahan oleh orang itu. Masih dengan menunduk, Prilia membiarkan orang yang menahan tangannya itu menariknya entah ke mana. Prilia benar-benar belum menyadari siapa orang yang mentariknya.
Orang itu menghentikan langkahnya saat berada di taman lalu membiarkan Prilia duduk dan ia juga ikut duduk di samping Prilia.
“Ada apa denganmu?” Tanya orang itu. Prilia merasa familiar dengan suara orang itu. Prilia dengan segera berbalik. “Harry?”
“Kau tidak menyadari kalau ini aku?” Tanya Harry bingung.
Prilia tidak menjawab. ia bersandar pada bangku yang ia duduki, lalu menutup matanya.
“Apa kau sakit?” Tanya Harry sambil menyentu dahi Prilia. “Kau sedikit demam.” Prilia masih tidak berbicara.
“Apa kau sudah menangis?” Tanya Harry khawatir, tapi Prilia tidak menjawab.
“Ada apa denganmu?” Tanya Harry makin khawatir. “Apa karena aku?” Prilia belum juga menjawab. Harry memegang tangan Prilia.
“Prilia, aku minta maaf.” Kata Harry lirih.
Tanpa membuka matanya Prilia berkata dengan lirih. “Kau tidak salah, dan tidak pernah salah. Aku yang salah. Aku dulu menerimamu bukan karena aku menyukaimu, tapi aku menerimamu hanya untuk memanfaatkanmu. Tapi.. saat kau tidak ada di sampingku, kau mau tahu rasanya? Itu aneh, aku bilang aku tidak menyukaimu tapi kenapa aku harus merindukanmu? Kenapa aku begitu sakit saat kau membentakku dan aku tersadar kalau sebenarnya aku menyukaimu, dan mencintaimu. Aku benar benar bodohh..” Kata-kata Prilia terhenti oleh Harry yang menutup mulut Prilia. Prilia meneteskan air matanya.
Harry menarik nafasnya lalu tersenyum. “Aku senang kau sudah menyadarinya.” Harry menghapus air mata Prilia dengan lembut.
“2 Hari tidak bersamamu, aku benar-benar tersiksa.” Kata Prilia. Harry tersenyum lalu memeluk Prilia. “Aku sangat bahagia sekarang.”

Cerpen Karangan: Latifah Ramadhani
Lahir pada tanggal 16 Juni 1999
Berharap bisa diterbitkan, hoho

Cerpen 2 Days merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Mungkin Aku…

Oleh:
Belakangan ini dia sering terlihat murung, tak bersemangat seperti biasanya. Bola basket yang selalu dimainkannya dengan lincah, sekarang hanya ia pantulkan lemah sambil duduk di pinggir lapangan. Aku memang

Gadis Putih Abu-Abu

Oleh:
Di taman rumput yang hijau ini kubaringkan tubuhku seraya memandang cerahnya langit biru. Yang seakan menghipnotisku dan membuatku tak kuasa menahan kantuk. Sejuk berada di tempat ini, hingga tak

Ann

Oleh:
Pistol di genggaman Theo jatuh seketika. Sosok wanita impiannya mati karena peluru yang ia lepaskan 2 detik yang lalu. Sedangkan, Andrea terdiam. Mata perempuan di hadapannya sudah tak bercahaya

Impian Si Bocah Polos

Oleh:
Setiap orang pastinya memiliki sebuah impian, entah itu impian yang besar maupun kecil. Seperti halnya impian yang dimiliki oleh seorang bocah kecil yang bernama Ringgo. Dia memiliki banyak sekali

Cinta Tinta Biru

Oleh:
Hay gussy…!!! Nama aku Losy aku baru kelas 2 sma program SAINS. Di sekolah aku dikenal sebagai anak yang paling pintar or smart biasalah kan selalu dapat juara umum.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

3 responses to “2 Days”

  1. arlinda zee says:

    Bgus ceritanya.ajarin aku donk aku jga ska nlis si tpi gk tau bgus ap gk critanya

  2. Latifah Ramadhani says:

    Gua perasan ngirim ini pas smp, dan skrg gua udah lulus sma. Gua pen muntah bacanya wkwkwkwkkw

    • moderator says:

      Bukan kamu aja kok fah… yang lain juga banyak yang suka gitu ketika ngeliat karya karya lama yg dibuat, termasuk kakak ^_^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *