Oedipus Complex (Part 2)
Cerpen Karangan: NinaKategori: Cerpen Cinta Romantis
Lolos moderasi pada: 3 November 2016
Jadwal pertemuanku dengan Kean diatur seminggu dua kali itu berarti aku memiliki waktu 5 minggu untuk mengenalnya lebih dalam. Konsultasi pertama berlangsung buruk, Kean terus protes dengan pertanyaan yang kuberikan bahkan dia tak segan untuk membentakku huh sepertinya aku harus banyak-banyak membeli cadangan kesabaran. Pertemuan kedua masih tak berlangsung baik hingga akhirnya kuputuskan merubah taktik, daripada berkonsultasi di ruanganku yang menguras emosi yah kuputuskan untuk berjalan-jalan di luar yah sejenis kencan. Dan yah perlahan Kean mulai mau bicara padaku menceritakan apa yang telah dia lalui di tempat-tempat yang kami datangi. Aku memang sengaja mendatangi tempat-tempat yang pernah Kean datangi sebelumnya agar perlahan dia bercerita sehingga aku bisa mengenalnya sedikit demi sedikit.
Pertemuan-pertemuan kami berlangsung sukses dan menyenangkan hingga di pertemuan ke tujuh Kean baru mau cerita tentang pertemuannya dengan bu Sarah dan yah seperti dugaanku Kean menganggap bu Sarah seperti ibu pengganti baginya, dia mencintai ibu Sarah karena sifat keibuannya yang mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Tante Ria karena kesibukannya. Yah ibu Sarah seperti oasis di padang pasir untuk Kean yang mengobati hausnya kasih sayang yang ada dalam hati Kean.
Pertemuan ke delapan kami lewatkan di bioskop, dia bercerita jika dia tak pernah kencan di bioskop dengan ibu Sarah karena dia kesal dianggap ibu anak oleh penjaga tiket. Kami menonton film komedi romantis dan entah terbawa suasana film atau apa tiba-tiba saja Kean menciumku dan sialnya jantungku bereaksi berlebihan menghadapinya ah entahlah apa mungkin aku jatuh cinta padanya atau sejenis reaksi kaget biasa. Karena kejadian tak terduga itu kami menjadi canggung dan kecanggungan itu semakin menjadi saat Kean melihat ayah kandungnya sedang asyik berkencan di restoran yang kami datangi. ‘Aku benci wanita muda’ itulah kalimat umpatan yang dia ucapkan sebelum akhirnya dia benar-benar pergi meninggalkanku mematung sendiri di pintu restoran sendirian.
Setelah pertemuan ke delapan yang berakhir buruk Kean tak bisa kuhubungi padahal biasanya dia yang menghubungiku terlebih dahulu untuk menanyakan tempat pertemuan kami tapi sekarang sudah waktunya pertemuan ke sembilan dia belum bisa dihubungi. Aku memutuskan untuk mendatangi kantornya dan melakukan pertemuan di sana berharap dia mau berbagi cerita lebih banyak denganku meskipun aku tak yakin mengingat pertemuan ke delapan kami yang berakhir kacau. Aku mendatangi kantornya dan ternyata dia sedang asyik bermesraan dengan bu Sarah di ruangannya. Aku bersembunyi di balik tembok untuk mencuri dengar apa yang mereka bicarakan mengingat aku belum pernah melihat interaksi mereka secara langsung.
Mereka sedang berpangutan mesra lalu bu Sarah bersandar ke dada Kean sambil memeluk pria itu.
“Bagaimana kabar tunanganmu?” tanya bu Sarah dengan suara lembutnya.
“aish tunangan apaan dia hanya dokter kejiwaan yang dibayar ibuku dan yah seperti wanita muda lainnya dia juga sama murahannya. Berkedok konsultasi dia malah mengajakku kencan kesana kemari tidakkah dia terlalu murahan mengajak seorang pria yang jelas-jelas memiliki kekasih berkencan apalagi nonton film romantis di bioskop” ucap Kean terdengar jelas nada meremehkan dari setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Aku mematung mendengar semua itu, tak kusangka dia menilaiku seperti itu, apa selama ini dia mempermainkan aku? apa semua yang dikatakan padaku juga sebuah kebohongan? jadi semua kesimpulan yang kuambil tentangnya salah? bagaimana mungkin aku tak bisa mendeteksi semua kebohongan yang dia ucapkan? Aku berjalan menjauh dari tempat itu dengan air mata yang mungkin akan segera tumpah. Aku gagal menjadi seorang psikiater bahkan aku dengan mudahnya dikelabui oleh pasienku sendiri.
Sepanjang perjalanan aku menangis, menangisi segala kegagalanku atau entahlah yang pasti saat ini dadaku sangat sesak dan berharap tangisku akan melunturkan rasa sesak di hatiku. Aku pulang dalam keadaan yang mengenaskan hingga membuat ibuku kaget tapi aku sedang tak mood untuk meladeni pertanyaan yang terus merepet seperti petasan yang keluar dari mulutnya hingga aku hanya melewatinya saja tanpa berkata apapun. Aku masuk ke kamarku dan membuka semuw buku-bukuku aku tak terima dengan semua ini jadi kuputuskan untuk membaca semua bukuku agar kesalahanku tidak kembali terulang. Aku serius membaca buku masalah kejiwaan sepanjang malam hingga paginya kepalaku pening dan tak sanggup bangun dari tempat tidur.
Setelah meminta izin dari rumah sakit kuputuskan untuk tidur berharap pening kepalaku segera sembuh saat bangun nanti. Entah berapa lama aku tidur hingga suara ponsel membangunkanku, dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna aku mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa si penelepon.
“Hallo…” sapaku dengan suara parau khas bangun tidur.
“Hana?? kau kenapa?” tanya si penelepon
“Aku tidak apa-apa, maaf ini siapa dan ada perlu apa?”
“Aku Kean aku ingin menanyakan dimana kita akan bertemu untuk pertemuan ke 9?”
Kean mendengar nama itu membuat kepalaku sakit, teringat jelas kata yang dia ucapkan kemarin membuatku sebal setengah mati.
“Hallo… Hana kau masih disitu?”
“Oh yah maaf pertemuan itu sudah berakhir tak ada lagi pertemuan yang ke 9, aku akan segera memberitahukan hasilnya pada ibumu jadi jangan khawatir aku akan berusaha meyakinkan ibumu sesuai janjiku diawal” ucapku seprofesional mungkin.
“loh bukannya masih kurang dua pertemuan lagi?”
“tidak 8 pertemuan saja sudah cukup, terima kasih atas kesediaan anda berpartisipasi dalam konseling ini.”
Kean diam tak bicara tapi deru nafasnya masih terdengar di telepon.
“Oh saya baru ingat masalah pertunangan kita, itu juga telah berakhir jadi jangan khawatir setelah ini tidak ada urusan apapun lagi di antara kita. Semoga hari anda menyenangkan” ucapku sambil menutup telepon.
Aku menghela nafas panjang ah entahlah rasanya hatiku sesak setelah melalui semua ini. Aku berusaha memejamkan mataku lagi mengusir segala pikiran buruk dan juga menyiapkan mental menghadapi dua ibu-ibu yang pasti membuat drama sedih mendengar keputusanku.
Sesuai apa yang aku janjikan setelah menyuap kedua ibu itu dengan hal-hal yang menyenangkan seperti belanja dan ke salon kini tiba saatnya memberikan kabar buruk untuk mereka. Aku menghela nafas berat dan menatap serius ke arah mereka ketika mereka mulai membicarakan masalah pernikahan.
“Maafkan saya…” ucapku menarik perhatian mereka.
“kenapa minta maaf sayang?” tanya ibuku heran.
“Saya gagal membuat Kean menyukai wanita muda dan saya juga gagal mengembalikan Kean pada tante” ucapku serius.
Air mata sudah menggenang di pelupuk mata tante Ria.
“jadi maksudmu Kean masih berhubungan dengan wanita itu dan tetap akan menikahinya” tanyanya mulai terisak.
Tante Ria kembali terisak dan menangis sedih diikuti oleh ibuku yang berkaca-kaca sambil menenangkannya. Aku merasa tidak enak dengan pemandangan ini tapi aku juga tak bisa berbuat banyak, bukankah lebih baik mengungkap fakta daripada membiarkan mereka terlarut dengan angan-angan yang tak pasti. Aku hanya menunduk menyaksikan kedua ibu itu menangis di hadapanku. Sebuah tangan mengenggam tanganku, aku mendongak dan mendapati wajah tante Ria yang sudah basah air mata.
“Ini bukan salahmu sayang, ini salah tante yang tak pernah benar-benar memperhatikan Kean” ucapnya sambil beruraian air mata.
“Tante jangan berkata seperti itu, semua akan baik-baik saja tante hanya saja mungkin kita harus lebih sabar lagi memaksa Kean bukanlah hal yang baik. Biarkan Kean mencari jalannya sendiri jadi tante jangan menyalahkan diri sendiri, semua akan berlalu dengan sendirinya tante jadi jangan siksa diri tante dengan rasa bersalah yang tak berguna ini. Semua ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya begitupun tante sudah melakukan yang terbaik untuk Kean hanya saja kadang situasi tidak mendukung untuk itu jadi sudahlah mari kita lewati saja tante kan punya mamah dan aku yang akan selalu menemani tante” ucapku menyemangati tante Ria
Tante Ria dan ibuku seragam menangis mendengar ucapanku membuatku bingung.
“Mamah tidak menyangka Hana kecil mamah sudah tumbuh besar dan sebijak ini” ucap ibuku sambil terus terisak.
Aku memutar bola mataku malas melihat drama mereka berlanjut tentang masa kecilku. Yah setidaknya masalah ini selesai meskipun tidak berakhir happy ending tapi setidaknya tidak akan ada lagi tamu yang menangis bombai lagi ke ruangan praktikku.
Ibuku dan tante Ria sudah kembali ke jati diri mereka, dan melupakan masalah pembatalan pertunangan dan tak pernah membicarakan tentang pernikahan lagi. Sedangkan aku tentu saja kembali ke pekerjaanku, kegagalanku menangani masalah Kean aku jadikan pelajaran agar aku lebih jeli lagi menangani pasienku. Hari ini pasien lumayan banyak hingga lepas magrib pun masih ada yang mau berkonsultasi. Sebelum makan malam aku putuskan untuk menerima pasien terakhir.
Seorang pria muda masuk ke ruanganku, aku mendongak melihat ke arah pasien itu dan aku kaget karena pasien itu ternyata Kean.
“kurasa aku mulai gila sekarang” ucapnya lalu duduk di hadapanku.
“Jadi apa yang bisa saya bantu tuan?” tanyaku profesional
“sudah kubilang aku mulai gila sekarang” ucapnya masih sesinis beberapa waktu lalu.
“Baiklah jadi apa masalahnya? apa anda merasa cemas, berhalusinasi atau apa?”
“Keduanya kadang aku berhalusinasi terkadang aku juga cemas dan ini semua gara-gara kamu”
Aku menaikan alis tak mengerti, Kean menatap ke arahku lalu mengacak-acak rambutnya.
“Apakah ada yang mengganggu pikiran anda akhir-akhir ini?” tanyaku akhirnya
“Iya sangat-sangat mengganggu, kau tahu ada seorang wanita muda yang tiba-tiba masuk ke hidupku setelah sekian lama dia pergi dan tak pernah kutemui. Dia mengusik hidup damaiku dengan berbagai cara hingga aku menerima dia di hidupku tapi apa setelah dia masuk ke hidupku dan membangkitkan perasaan yang telah terkubur lama dia seenaknya pergi dariku membawa semuanya. Yah semuanya bahkan orang yang biasa mencemaskanku tiap waktu dan menentang keinginanku sekarang ikut pergi digantikan oleh orang pasrah yang menerima saja keputusanku. Kau tahu betapa mengesalkannya wanita itu dan semakin membuatku kesal wajah wanita itu selalu terbayang di otakku bahkan di semua tempat yang pernah dia singgahi parahnya bahkan dia sekarang bersikap bagai orang asing padaku”
“Kau tahu karena wanita itu selalu berputar di kepalaku aku merelakan seseorang yang pernah kuperjuangkan selama ini. Dan apa kau tahu betapa cemasnya aku ketika dia sama sekali tak mau menerima panggilan dariku dan dari kabar yang aku dengar dia hidup baik-baik saja di luar sana setelah memporak-porandakan hatiku bagaimana aku tak kesal apalagi mereka selalu membicarakan jika dia akan dikenalkan dengan pria baik untuk jadi pasangan hidupnya. Bayangkan betapa frustasinya aku”
“Baiklah jadi maksud anda, anda terkena penyakit cinta, anda menyukai seorang gadis ah maksudku anda menyukai seorang perempuan tapi perempuan itu tak ada lagi dalam jangkauan anda”
“Apakah kau tahu siapa wanita itu?”
Aku menggeleng sebagai jawaban dan dia langsung mendesis, sebenarnya aku tidak sepenuhnya tidak tahu tapi kembali aku tak ingin berharap sesuatu yang tak pasti.
“kau lah orangnya… Kau yang membuatku benar-benar gila sekarang dan kaulah yang menbuatku membuka mataku dengan benar dan kau pula yang membuatku menjatuhkan harga diriku” ucapnya sambil berdiri lalu berlutut di hadapanku.
Aku hanya menatap bengong melihat dia melakukan semua itu dan baru sadar ketika dia kembali menyelipkan cincin pertunangan yang sempat kukenakan kembali ke jari manisku. Dia menggenggam tanganku dan menciuminya.
“Jangan pergi lagi dariku dan jangan pernah mengabaikanku lagi” ucapnya.
Aku hanya diam menatapnya entahlah aku masih bingung terhadap situasi ini. Aku hendak bicara tapi Kean menutup mulutku dengan tangannya.
“Jangan katakan apapun, aku tahu kau akan mengatakan ini gila tapi yah terimalah kegilaan ini seperti nasihatmu pada ibuku semua akan baik-baik saja begitupun dirimu, kau akan tetap baik-baik saja. Jangan katakan kalau kau tidak mencintaiku karena sepertimu yang merebut kembali cintaku dengan 10 pertemuan yang bahkan masih berhutang 2 pertemuan padaku, aku juga akan kembali membuatmu mencintaiku dengan pertemuan kita setiap hari. Aku juga akan mengobati luka yang kusebabkan karena kata kasar yang telah keluarkan saat kau berada di balik pintu ruang kerjaku”
Aku hanya menatap tak percaya mendengar ucapannya ternyata orang gila ini tahu segalanya tapi kenapa dia masih juga melakukannya jika dia tahu itu akan menyakitiku.
“Jangan menatapku seperti itu, kalau kau tahu seberapa aku tahu tentang dirimu kau akan pingsan. Bahkan 10 tahun lalu aku tahu jelas jika cinta pertama Hana adalah kak Kean yang keren” ucapnya sambil tertawa.
Aku melotot tak percaya dan Kean hanya terkekeh geli melihatku lalu menarikku untuk ke luar makan malam bersama orangtua kami dan meresmikan hubungan kami yang bahkan dia tak menanyakan aku setuju atau tidak.
Dan sekarang disinilah kami di tengah tawa keluarga kami, hah ini akhir yang manis tapi bagaimana setelah hari ini akankah tawa bahagia itu masih ada? Siapa yang tahu tapi yah jika kita sudah hidup sebaik mungkin dan usaha semaksimal mungkin biarlah takdir yang menjawabnya.
THE END
Cerpen Karangan: Nina
Facebook: Min Hyu Na
Cerpen Oedipus Complex (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Nina, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Hujan dan Mie instan (Part 2)
Oleh: Tri Adhi YudhaDiiringi angin yang makin menusuk, suap demi suap mie kumakan, dan kuuyup kuahnya. Kehangatannya mengalahkan dinginnya angin yang berhembus. benar katamu, mie instan kuah, rasa ayam bawang kesukaanmu, ternyata
30 Last Days
Oleh: Vanda Deosar“Kamu divonis mengidap penyakit Kanker Otak stadium akhir, waktumu tersisa 30 hari lagi dan maafkan kami. Selesaikan urusanmu yang ada disini”. Kata-kata itu menghantam jantungku, bagaimana mungkin aku bisa
Popeye For Naura
Oleh: Ambiwwa Novita“Tangannya yang halus dengan hati-hati membelai tubuhku, aku terhanyut bersama senandung merdunya, statusnya tak membuatku tenggelam akan jalannya, dia terus memberitahuku betapa pentingnya arti menghargai, aku pun meninggalkannya dengan
Koma
Oleh: Nur Hidayah“Ahh..” Aku melenguh pelan, berusaha menutupi cahaya yang menyilaukan mataku dengan telapak tangan. Pandanganku kabur, namun terlihat bahwa ada sesosok di sana. Seseorang yang tampak heboh melihatku, seperti baru
Oh My Vampire, Because You Are My Sun (Part 4)
Oleh: Riski AndiEpisode 7 “Bukankah itu kak Ken..!!” Ken terhenti ketika melihat Nana yang tengah dipeluk oleh pria berbaju hitam. “Apa yang telah terjadi..?” Tanya Ken, kemudian ia berjalan mendekati Nana.
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Suka banget cerita nya, bagus
Keannya mendadak lucu
keren bngtt … alur nya bagus bngtt . daebak!!!!