Semu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis
Lolos moderasi pada: 24 February 2016

20 juni 2010
Masih membekas jelas sosok bayangmu, saat kau tinggalkan aku yang terpaku mengantarmu di depan gate check in di bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bayangmu, saat kau lambaikan tanganmu di detik terakhir hingga lenyap dan hilang dari pandangan mataku. Suaramu, saat kau ucapkan kata, “Sampai jumpa,” sebelum kau melangkah masuk dan menghilang. Belaian tanganmu, mengelus rambutku sebelum akhirnya panggilan tertuju padamu agar segera memasuki pesawat yang akan membawamu pergi jauh dari kehidupanku. Dan semenjak saat itu kita berteman akrab dengan segala macam media sosial yang bisa menyalurkan rasa kangen antara kita berdua, mulai dari Skype, Facebook, Line, dan lain sebagainya. Bahkan, semua aplikasi yang mempunyai teknologi video call telah kita coba untuk berkomunikasi.

Terkadang di saat aku benar-benar kangen kepadamu, aku menjelajahi semua tempat yang pernah kita datangi berdua, memutar kembali memori indah tentang kita berdua. Akankah kamu juga merasakan hal yang sama denganku? Menahan perih kerinduan yang tak kunjung jua terobati karena terpisahkan benua dan samudra yang membentang luas di antara kita. Akankah kamu selalu mengingatku di setiap waktumu? Kadang aku hampir tidak bisa berpikir secara jernih karena bayangmu selalu menelisip dan berhasil merampas konsentrasiku.

Semua rasa telah ku curahkan di setiap lipatan kertas berbentuk hati yang ku gantung di jendela kamarku, untuk mengingatkanku betapa aku sangat menyayangimu, Bintang. Hingga aku lupa kertas mana yang tertulis namamu karena saking banyaknya aku mencurahkan semua rasa rinduku kepadamu dan hanya terlampiaskan dengan lipatan kertas origami yang berbentuk hati. Tahukah kamu Bintang kemarin aku berkenalan dengan seorang perempuan di halte saat perjalanan pulang dari kampus. Dia bertanya kepadaku kenapa aku terlihat begitu sedih dan ku jawab bahwa aku merindukanmu Bintang.

“Mengapa kamu tidak menyusulnya?”
“Terlalu jauh untukku, mungkin hingga rindu ini benar-benar tak tertahankan aku akan menyusulnya,” jawabku seraya menerawang ke langit.
“Siapa namanya?”
“Bintang Val Dendra,”

“Hmm.. Bintang dan Bulan, sangat cocok. Semoga kalian berjodoh ya,” ucapnya seraya berpamitan kepadaku karena bus yang dia nantikan sudah datang.
Aku hanya bisa mengucapkan kata mujarab, “Amin,” seraya menengadahkan wajahku ke langit agar kau bisa mendengar betapa gembiranya aku mendengar kata-kata yang menjadi penyemangatku sampai hari ini. Banyak yang iri dengan hubungan kita Bintang, dan mencoba membuat pertahananku terhadapmu kadang tergoyahkan. Namun, saat ku lihat bagaimana senyum teduhmu lewat foto selalu membuatku yakin bahwa kamu tidak akan berpaling dan tetap menjaga perasaan suci ini.

13 pebruari 2010
Masih ingatkah Bintang sekarang hari apa? Ku harap kamu tidak melupakannya. Melupakan hari dimana semua memori indah itu dimulai, memori tentang kita, dalam keadaan duka maupun suka. Namun, hati ini luluh lantah tatkala harus ku terima kenyataan pahit yang harus ku telan.
“Halo, Bintang.” Panggilku saat panggilan telah tersambung ke nomor internasional milikmu.
“Iya halo Bulan sayang..” jawabmu. Mendengar suara syahdumu membuatku melayang tinggi di atas awan, setelah sekian lama aku merindukan suara khasmu setelah 2 minggu lamanya aku harus menahan diri untuk tidak meneleponmu karena alasanmu yang sibuk dengan tugas yang tak kunjung kelar itu.

“Masih ingat sekarang hari apa?” tanyaku.
“Hari kamis Bulan sayang,”
“Bukan, maksudku kamu ingat ini hari apa?”
“Hmm.. memang sekarang hari apa?” jawabmu tanpa rasa bersalah.
“Kamu benar-benar lupa sekarang hari apa?” ucapku menahan bulir air mata yang akan jatuh dari pelupuk mata.
“Biar ku tebak.. sekarang hari ulang tahunmu ya,”
“Bukan!” jawabku tegas yang diiringi bulir air mata mengalir deras setelah bersusah payah ku menahannya.
“Aku menyerah,”

“Sekarang hari anniv kita yang keempat, apa kamu lupa?” ucapku seraya terisak lirih.
“Maaf ya Bulan sayang… aku benar-benar lupa, aku kebanyakan pikiran, maaf ya kamu mau kan memaafkanku?”
“Apa perasaanmu telah berpaling dariku?”
“Apa yang kamu bicarakan? Tidak ada yang bisa mengubah perasaanku. Bahwa kamu yang adalah satu-satunya wanita terhebat yang aku miliki, jangan pernah berpikir tentang hal konyol Bulan, kita kan sudah berkomitmen untuk tetap percaya dan menjaga komunikasi, kamu sendiri bilang karena cinta kamu percaya kepadaku,” jawabmu dengan tegas dan meyakinkanku agar selalu berada di sisimu.

Kata-katamu membubuhkan rasa percaya atas perasaanmu padaku meskipun sedikit tergoyahkan. Apakah benar aku masih wanita pertamamu? Apakah benar aku satu-satunya wanita terhebatmu? Beribu pertanyaan memenuhi pikiranku. Pernah terbesit bagaimana jika kamu benar-benar berselingkuh dan menyembunyikannya dariku, mengingat betapa banyaknya wanita cantik selalu mengelilingimu setiap waktu. Namun semua keraguanku terhapuskan ketika hari dimana ulang tahunku kamu membuat kejutan yang sangat tidak bisa ku bayangkan bahkan tidak pernah terbesit dalam pikiranku layaknya seorang Santa Clause yang membagikan hadiah tak terduga di malam natal. Tepat jam 00.00 dimana detik memulai hari baru saja ingin berganti kamu meneleponku dan membangunkanku di tengah malam nan dingin.

“Ada apa?” setelah ku angkat teleponmu dengan suara serak.
“Happy birthday for my little moon,” ucapmu yang sontak membuat mataku terbelalak kaget dan langsung terbuka 100%. “Hari ini hari ulang tahunku?” Tanyaku dengan konyolnya.
“Aduh.. makan apa Bulanku ini sampai lupa ulang tahunnya sendiri?” ucapmu terkekeh mendengar pertanyaan yang bagimu sangat amat konyol.
“Hehe maaf aku begitu sibuk merindukanmu hingga aku lupa kalau sekarang adalah hari ulang tahunku,”
“Oh ya?” ucapmu seakan tak percaya denga jawabanku yang ternyata berhasil membuatmu terbungkam seribu kata. “coba kamu ke luar untuk melihat Bintangmu ini Bulan, ku lihat malam ini ada sebuah bintang berada di dekat bulan purnama,” tambahmu.

ADVERTISEMENT

Dengan malas ku coba melangkah dengan berat ke arah jendela yang sebenarnya berada tepat di samping tempat tidurku. Ku coba mengucek mataku sekali lagi ketika melihat sesosok yang tengah berdiri di luar gerbang, siapakah gerangan yang tengah menatapku malam-malam begini dari luar pagar rumahku? pikiran negatif pun langsung memenuhi pikiranku. Sosok itu tampak tak asing bagiku, seperti seseorang yang telah lama ku kenal namun lenyap tertelan masa.

“Kok bengong?” katamu di telepon yang berhasil membuyarkan lamunanku akan kehadiranmu di hari ulang tahun yang langsung tertepiskan mengingat jauhnya jarak yang memisahkan kita.
“Kamu gak mau menemui Bintangmu yang telah lama menunggumu di bawah ini?” ucapmu yang semakin membuatku tidak bisa berpikir jernih. Apakah kamu Bintangku? Apakah kamu Bintang yang selama ini kurindukan sosok teduhmu? Apakah kamu Bintangku yang berada jauh diluar sana? Beribu pertanyaan yang semakin membuat pikiranku layaknya tak terkontrol.

Degh… sosok itu tersenyum. Senyum yang telah lama ku rindukan, senyum yang selalu berhasil menyita perhatian akan dunia yang berada di sekelilingku. Dengan tergesa ku turuni anak tangga yang menimbulkan derap langkah yang sangat keras, tak sabar aku ingin memelukmu Bintang. Dan kini aku telah berada di pelukan hangatmu, melampiaskan rasa rindu yang terkurung dan menyiksa batin selama 4 tahun. Rasa rindu yang berhasil membuatku gila akan keadaan semu yang tak kunjung jua berakhir dan tak pasti. Dan kini aku percaya nothing impossible. Karena cinta aku percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

THE END

Cerpen Karangan: Syahrina Novia
Blog: sayahriena.blogspot.co.id

Cerpen Semu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Benci Jadi Cinta (Part 2)

Oleh:
Aku lalu bergegas pulang dari Cafe itu. Cafe Rainbow Day. Aku menemui mama yang sedang duduk santai bersama papa di taman depan rumah. Mereka lalu menyuruhku untuk berganti pakaian

Arini

Oleh:
Semilir angin berhembus menyebabkan daun-daun kering berjatuhan. Di kursi taman ini aku menikmati sejuknya. Di sini pula aku pertama kali berjumpa dengannya 8 tahun lalu. Masih ku ingat senyuman

Jodohku Sahabat Terbaikku

Oleh:
“Raa. Rara. Banguuunnn..” aku merasakan tubuhku diguncang-guncang dengan kuat. Aku mencoba membuka mataku yang seperti dilem dengan kuat. Dengan samar aku melihat sosok yang sangat aku kenal. Karin. Sahabatku.

An Edelweiss from Neptune

Oleh:
“Wah gue mau lihat!” “Gue dulu!” “Gue lahh!!” Segerombol murid menyerbu papan pengumuman. Mencari nama mereka di antara ratusan nama terpampang. Berharap-harap lalu mengeluarkan beragam ekspresi. Beberapa dari mereka

Hujan dan Mie instan (Part 1)

Oleh:
Banyak orang bilang, menyantap mie instan di malam hari apalagi dalam kondisi cuaca yang dingin, merupakan sebuah kenikmatan sederhana yang tak bisa dijelaskan, dan aku tahu hal itu, sudah

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *