Take A Piece of My Heart

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis
Lolos moderasi pada: 30 October 2017

Sudah tak bisa terhitung berapa kali gadis itu menginjakkan kaki di cafe bernama Kepo ini setiap hari jumat dan sabtu hanya untuk sebuah alasan, melihatnya bernyanyi dari jauh. Kursi paling pojok dekat vas yang menghadap ke pintu cafe menjadi tempat favoritnya duduk, selain bisa melihat pemandangan luar cafe dari sini juga dia bisa melihat dari sisi samping lelaki pujaannya itu tampil tanpa diketahui oleh lelaki itu sendiri bahwa dia sedang diperhatikan.

“Mbak Miza mau pesan apa?”, kata seorang pelayan wanita berseragam putih dengan celemek hitam di pinggangnya dan membawa daftar menu, bahkan pelayan di cafe itu sudah cukup akrab dengannya. “Saya pesan cheese cake sama ice cappucino ya”, katanya sembari kembali melihat lelaki itu. Kemudian pelayan itu menulis pesanannya dan kembali melihat ke arah Miza, “Mbak rajin banget ngeliat Mas Riki tampil, mbak suka ya?”, tanya pelayan itu, ada nada sedikit menggodanya. “Ah bukan begitu, saya suka melihatnya bernyanyi dan bermain gitar, dia satu SMA dengan saya”, jawab Miza sambil terkekeh pelan, “Suka orangnya juga ya?”, tanyanya lagi, “Mungkin.”, jawab Miza sambil menahan senyum. “Gak apa-apa kali mbak, dia single sepertinya dan banyak fans cewek yang gak dipedulikannya, dia terlalu cuek, mungkin mbak bisa mencoba menarik perhatiannya.”, itu kalimat terakhir yang diucap pelayan itu lalu dia permisi pergi untuk menyiapkan pesanan. Kening Miza berkerut, memikirkan sesuatu. Menarik perhatian? Bagimana caranya? Melempar sepatu padanya? Atau memakai dress ketat diatas lutut?, batinnya. Bahkan Miza bisa gila saat memikirkan cara menarik perhatian Riki sambil senyum-senyum sendiri.

Miza Driantria Fahma, seorang gadis pemalu yang memiliki cinta diam-diam pada seorang pengamen cafe bernuansa romantis bernama caffe Kepo. Namanya Riki Fernando, lelaki dingin, tinggi jangkung, sipit, putih, rambutnya agak ikal dan dipotong rapi serta tentunya hitz dengan suara merdunya yang diiringi petikan gitarnya yang terkenal seantero SMA Bhineka Karya.

Miza tidak berani mendekati atau mengganggu Riki karena dia tau Riki tidak suka diganggu, sudah banyak korban perasaan yang rela menjatuhkan harga dirinya sebagai perempuan demi memikat hati Riki, tapi sayang, Riki type yang dingin dan tidak suka bermain perasaan. Miza tidak mau harga dirinya jatuh hanya karena mengejar seseorang yang tidak ingin dikejar, maka dia hanya bisa melihat Riki dari jauh, mengagumi setiap hal yang dilakukan Riki dalam diam, tapi terkadang dia juga bertanya pada dirinya, apakah caraku ini sudah benar?
Lagipula Papanya bilang dia akan dijodohkan dengan seseorang yang sampai saat ini dia juga tidak tahu siapa orangnya. Miza sempat frustasi dengan keputusan Papanya, tapi setelah mendengar Riki menyanyikan lagu Shawn Mendes berjudul ‘Believe’, dia kembali memiliki harapan. Keputusan mungkin bisa dipaksa, tapi takdir gak bisa dilawan.

“Mau sampai kapan sih lo diam-diam nonton dia konser terus?”, kata seorang cewek yang tiba-tiba muncul dan duduk di kursi sebelahnya. Farida Andiralaw atau Rida adalah sahabatnya dari kecil, katanya jika kalian telah bersahabat selama 7 tahun maka persahabatan kalian adalah persahabatan sejati. Dari sekian banyak teman yang dekat dengannya, hanya Rida yang mampu memahami segala keadaannya, mereka memang terkadang berbeda pendapat dan bertengkar, tapi tidak pernah lebih dari 3 hari. Rida pernah meneriakinya dengan kata-kata kotor yang sangat keterlaluan karena Miza tidak sengaja memecahkan guci kesayangannya pemberian almarhumah neneknya, tapi akhirnya mereka bermaaf-maafan sebelum datang hari raya idul fitri karena memang mereka tidak betah berlama-lama kalut dalam pertengkaran. Toh bukankah definisi sahabat adalah yang mencaci makimu di depan tapi memelukmu dari belakang. Dan dia juga yang pertama kali akan memeluknya disaat Miza rapuh dan sebaliknya.

“Sampai gue gak bisa lihat dia konser lagi”, katanya, Miza dapat mendengar Rida menghela nafas pelan. “Jujur itu baik kok Za”, katanya sambil menepuk pundak Miza, “Tapi aku belum siap, belum siap jatuh lagi”, jawab Miza dengan tersenyum kecil.

Miza bukannya tidak berani, dia hanya tidak ingin merasa disakiti oleh orang yang amat ia cintai, lagipula sudah jelas Riki tidak tertarik padanya. Saat MOS saja dia meninggalkan Miza yang jatuh tersandung di depannya. Itu hanya sekedar jatuh, bukan jatuh hati, tapi ternyata mulai saat itu juga dia jatuh hati pada Riki.

2 tahun sudah dia memendam perasaannya, sudah beratus-ratus hari ia hanya bisa menonton Riki dari jauh, berharap suatu saat Riki akan menyanyikan sebuah lagu untuk Miza sambil menatap matanya. Itu hanya khayalan sampai kini.

“Ehmm.. minta perhatiannya sebentar”, Riki berdehem, tiba-tiba ia berbicara di mikrofon meminta perhatian penonton, “Gue pengen nyanyiin sebuah lagu untuk orang spesial-“, Riki berhenti sejenak dan menghela nafas pelan, lalu dia tersenyum kecil, namun deg.. nafas Miza saat itu menjadi sesak, dia kaget karena mendengar Riki menyebut orang spesial, apa Riki sebenarnya mempunyai orang spesial?, batinnya. Pertanyaan itu malah membuat nafasnya tambah sesak, “-dan gue mau bilang makasih buat dia karena selalu menyisihkan waktunya untuk selalu menonton gue tampil, gue gak tahu dia menganggap gue spesial atau tidak tapi dia, seseorang berbaju putih yang duduk di kursi paling pojok dekat vas yang menghadap ke pintu cafe, elo spesial.”, lanjutnya lagi, Miza dan Rida kaget dengan pernyataan Riki barusan dan mampu membuat pipi Miza merona merah, tidak ada orang lain yang duduk di sini kecuali dia dan Rida serta 3 orang bapak-bapak yang duduk berjarak 2 kursi di sebelahnya, kebanyakan penonton menonton menghadap ke Riki, dan Rida memakai baju warna navy. Jadi yang dimaksud Riki itu dia? Dia sangat terkejut bahkan ia tak percaya, ini mimpi atau bukan?, tanyanya dalam hati.

Lalu terdengar petikan gitar, dan dilihatnya Riki tersenyum dengan posisi sudah menghadap ke samping tepat menatap ke arah Miza.

ADVERTISEMENT

I promise that one day I’ll be around
I’ll keep you safe
I’ll keep you sound
Right now its pretty crazy
And I don’t know how to stop or slow it down
And heyI know there are some things we need to talk about
And I can’t stay
So let me hold you for a little longer now, yeah
And take a piece of my heart
And make it all your own
So when we are apart
You’ll never be alone

You’ll never be alone
When you miss me close your eyes
I may be far but never gone
When you fall sleep tonight just remember that we lay under the same stars
And hey
I know there are some things we need to talk about
And I can’t stay
Just let me hold you for a little longer now
And take a piece of my heart
And make it all your own
So when we are apart
You’ll never be alone

And take a piece of my heart
And make it all your own
So when we are apart
You’ll never be alone
Never be alone

Lagu selesai dan Miza terharu, air mata telah menumpuk di pelupuk matanya selama Riki bernyanyi untuknya tadi. Riki lalu menghampiri Miza yang hanya bisa terdiam di tempat, “Apa gue spesial buat lo? Dan lo spesial buat gue”, ucapnya lalu memeluk Miza, Miza tak mampu lagi memendam, tangisnya pecah di dalam pelukan Riki. Tangis kebahagiaan. Mereka yang melihat ada yang bertepuk tangan dan sebagian ada yang terharu. Kamu hanya perlu menunggu dan cinta akan datang padamu, pada orang yang mau menunggu dengan sabar dan tulus. Kata Riki dalam hati.
“Kenapa gue spesial?”, tanya Miza dengan sesenggukakan. “Karena cuma lo yang tulus tanpa menuntut balasan, gue gak buta hati Za”, jawabnya. Sedangkan Rida tidak menyinyiakan moment ini, dia memotret bahkan meng-video setiap kejadiannya.

Setelah Miza tenang, Riki mengantar Rida pulang lalu mengajak Miza ke suatu tempat. “Kita mau ke mana?”, tanya Miza sambil memandangi wajah Riki. Ternyata dari dekat, wajah Riki semakin tampan, hidung mancung, dan dagunya tegap. Miza bahkan berulang kali meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi. “Ke suatu tempat, kamu udah izin sama orangtua kamu kalau pulang malam?”, ucap Riki yang hanya melirik sekilas pada Miza dan kembali fokus pada jalanan. “Udah tadi”, ucapnya singkat lalu hening sampai Riki melihat Miza ketiduran. Riki membuka flanelnya lalu menyelimuti untuk Miza, gadis ini terlihat ketulusannya bahkan saat dia tidur, sudah cukup lelahmu menantiku, aku akan berada di sisimu selagi aku mampu, gumamnya dalam hati. Bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum.

Sekitar 20 menitan mereka telah sampai di tempat yang Riki maksud, dataran tinggi. Riki mengambil tikar dan box makanan dari dalam bagasi, dia menggelar tikar di atas rerumputan tipis samping mobilnya lalu duduk menghadap ke pemandangan indah. Miza merasa mobil sudah berhenti dan dilihatnya Riki tidak ada di mobil, dia lalu turun dan melihat ke arah Riki duduk. “Udah bangun?”, ucap Riki sambil tersenyum tipis. “Ini di mana? Wah, indah banget”, mata Miza berbinar-binar melihat pemandangan di depannya, langit hitam yang ditaburi bintang-bintang dan bulan purnama menemani gelapnya malam, seakan malam tak akan sedih sendirian, sementara di bawah, lampu-lampu kota terlihat seperti bintang bertaburan juga, indah dan romantis.
Dilihatnya kiri dan kanan, beberapa mobil terparkir dan dilhatnya tidak jauh dari mereka duduk juga ada pasangan lain yang menikmati pemandangan indah ini. Ah ini memang tempat untuk berpacaran, batin Miza.

“Sini duduk”, kata Riki sembari menepuk karpet mempersilahkan Miza duduk. Miza menoleh lalu duduk di sebelahnya, Riki menyodorkan minuman kaleng yang sudah ia buka dan diterima oleh Miza, “Makasih yaa”, ucapnya, bibirnya terangkat menyunggingkan senyum yang tulus, “Buat?”, tanya Riki dengan mengangkat sebelah alisnya, “Pertama tempat ini, lalu minum ini juga”, jawab Miza masih tersenyum.

Beberapa menit mereka hening menikmati pemandangan dari atas perbukitan. Udara sangat dingin, Riki mengambil flannelnya lalu menyampirkannya di pundak Miza. “Makasih lagi”, ucap Miza. Riki hanya terkekeh lalu duduk kembali disebelah Miza.
“Kamu gak mau tanya sesuatu?”, kata Riki membuka suara.”Sebenarnya banyak, boleh? Kamu gak capek ntar jawabnya?”, ucap Miza sambil menatap Riki. “Silahkan”, kata Riki lagi.
“Oke, pertama, dari mana kamu tahu aku selalu datang untuk lihat kamu konser?”, tanya Miza yang pertama, “Aku gak buta Za, aku selalu melihatmu di parkiran saat aku datang ke cafe itu, ruang aku-kan menghadap ke parkiran, dan pelayan di situ juga ada yang bilang kalau kamu selalu memperhatikan aku saat aku konser, aku gak ge-er kan?”, jawabnya sambil menatap Miza, lalu Miza terkekeh, “Kamu gak ge-er kok, kedua, kenapa kamu bilang aku spesial?”, tanya Miza lagi dengan jidat berkerut. “Karena kamu juga menganggap aku spesial.”, jawabnya sambil tersenyum. Dia menghela nafas sejenak, “Waktu itu aku gak sengaja dengar Rida teleponan sama kamu, tentang kamu yang pengen banget nonton aku konser padahal kamu gak masuk sekolah karena sakit, gini ceritanya”

Flashback ON
Riki berjalan kearah lobi ingin kembali kekelas setelah selesai dari kamar mandi, dia melihat seorang cewek sedang berdiri dan teleponan di kursi yang ada di sisi kanan lobi, “Siapa lagi itu, jam pelajaran malah teleponan”, katanya dengan nada bergumam. Sebenarnya Riki tidak ingin mempedulikannya jika ia tidak mendengar cewek itu menyebut namanya, dia penasaran lalu Riki bersembunyi di balik tiang yang lumayan besar hanya untuk menguping.

“What? Ngapain lo nonton konser Riki lagi?”, kata cewek itu, lalu, “Ya tapi kan lo lagi sakit Za”, katanya lagi. Awalnya dia hanya mengira mungkin Riki yang diamksud itu orang lain, “Spesial? Selalu bilangnya dia spesial? Sampai kapan, di sekolah aja gak berani nyapa”, kata cewek itu lagi, di sekolah? Berarti Riki yang dia maksud itu gue?, batin Riki. Tidak ada nama Riki lain di sekolah ini, dan berhubungan dengan konser, itu pasti dia. Tapi ‘Za’ itu siapa? Setaunya tidak ada perempuan dengan bernama ‘Za’ yang mendekatinya. Nama cewek yang mendekatinya itu hanya Dini, Rahma, Fara, Vindi, Binca, Nora, tidak ada yang namanya Za.
“Iya iya ntar gue jemput, udah lo boking? Anak gila”, katanya sambil menekan kata gila. Ini anak emang gak mau masuk kelas apa? Telponan mulu, batin Riki. “Segitu niatnya sampai boking tempat dipojokan vas gitu, terserah deh, ntar gue tinggal jemput, bye”, katanya lagi dengan nada sebal, tapi setelah itu dia malah terkekeh. “Orang yang lagi jatuh cinta selalu tau caranya buat sembuh.”, itu kalimatnya yang terakhir lalu dia memasukkan ponsel ke saku baju dan berjalan ke kelasnya.
Kata kuncinya adalah nama ‘Za’, kursi pojok dekat vas. Lalu dia kembali kekelas dengan sejuta pikiran tentang nama ‘Za’ itu.
Flashback OFF

“nah jadi gitu, dan aku terkesan setiap kali kamu datang, setiap kali kamu meluangkan waktu untuk aku tanpa aku harus tau siapa kamu”, kata Riki setelah menjelaskan kejadiannya pada Miza. Miza lalu terkekeh dan menerawang ke depan, “Aku percaya Tuhan gak tidur, aku tulus, awalnya aku benci saat kamu meniinggalkanku yang jatuh lalu aku tidak sengaja melihatmu di cafe itu, aku memilih tempat itu dulu karena aku tidak ingin melihatmu, tapi aku malah terhibur sama permainan gitar dan nyanyian kamu, lama-lama aku tertarik lalu menyukaimu, tempat itu malah menjadi penolong karena aku bisa melihatmu dari jauh, aku cari tahu tentang kamu dan aku ngerasa udah jatuh hati sama kamu.”, jelasnya dengan mata berbinar-binar. “Oke ketiga, kenapa kamu bawa aku ketempat ini?”, tanyanya, “Biar romantis, seromantis pemandangannya, pertamanya aku Cuma iseng lihat-lihat di instagram eh ketemu ini”, lalu keduanya tertawa riang.
“Pertanyaan tambahan, kenapa kita pakai aku-kamu sekarang?”, tanyanya lagi sambil telunjuknya dihadapkan di depan wajah Riki, “Biar romantis juga, kalau aku-kamu kan bisa jadi ‘kita’”, dia berhenti sejenak mengehela nafas pelan, “kamu mau gak aku sama kamu jadi ‘kita’?, lanjutnya Riki sambil terkekeh, dan pertanyaan itu membuat pipi Miza merona untuk kedua kalinya, “Gimana Za?”, tanyanya kini dengan wajah serius. Sebenarnya Miza sangat ingin menerimanya tapi tiba-tiba dia teringat oleh Papanya yang akan menjodohkannya dengan anak temannya. Miza belum menjawab, dia masih menerawang, sedangkan Riki berusaha menghilangkan rasa gugupnya dengan bernyanyi.

I love it when you don’t take no
I love it when you do what you want cause you just said so
Let them all go home, we out late
We don’t care what them people say.
Lagu Life of The Party milik Shawn Mendes ini seperti memberikan jawaban atas kebingungan yang baru saja dia rasakan.

Miza menoleh menatap Riki, sekarang dia percaya apa yang dia inginkan. Sekarang dia berani mengambil keputusannya karena memang itu yang ia inginkan, dia tidak peduli Papanya akan marah, dia juga tidak tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya. Selagi Riki ada di sampingnya, selagi dia sanggup bersama Riki, dia yakin dia berani.
Miza hanya mengangguk lalu tersenyum melihat Riki, mereka lalu berpelukan di bawah taburan bintang sebelum akhirnya memakan burger yang telah disiapkan Riki sebelum pergi ke perbukitan. Bulan pun seakan ikut bahagia melihat pasangan ini, kisah cinta itu butuh ketulusan dan kesabaran.

Setelah itu mereka pulang, tangan kiri Riki menggenggap tangan Miza seakan dia mengklaim bahwa Miza hanya miliknya, dan satu lagi memegang setir. Matanya fokus kejalanan namun sekali-sekali menoleh ke arah Miza. Miza sudah ketiduran, dia kembali menyelimuti Miza dengan flanelnya dan mengantar Miza sampai rumah. Setiba di rumah Miza, Riki membangunkan Miza, “Sayang, udah sampai”, katanya sambil menepuk gemas pipi Miza. “Ehhmm, kamu mampir dulu?”, kata Miza sembari mengucek matanya. “Aku mau nemenin kamu masuk sekalian pamit sama orangtua kamu”, kata Riki. Awalnya Miza takut jika nanti Papanya marah ia berpacaran karena akan dijodohkan, tapi setelah melihat keberanian Riki, ia menutup matanya dan percaya semua harus dihadapi.

Lalu Riki menemani Miza masuk sekaligus ingin berpamitan pada orangtua Miza. “Assalamualaikum om”, Ucapnya saat Papa Miza membukakan pintu. “Walaikumsalam, loh kamu Riki kan? Anaknya Zaki?”, kata Papanya. Riki mengangguk mengiyakan pertanyaan Papa Miza dengan sopan. “Masuk dulu, kita ngobrol-ngobrol”, kata Papanya lagi. Miza yang sedari tadi hanya melongo membuka suara, “Eh, Pa, Papa kenal sama Riki?”, tanyanya. “Ya kenallah, dia ini anaknya Om Zaki yang akan dijodohkan dengan kamu”, kata Papanya. “Haa?”, sontak Riki dan Miza ternganga oleh jawaban Papanya Miza. “Kalian pacaran?”, tanya Papanya Miza. “I-iya om”, jawab Riki. “Bagus dong, berarti insting Papa benar kalau kalian cocok”, kata Papanya sambil terkekeh. “Oh ya, masuk dulu Ki?”, katanya lagi. “Oh terimakasih om, saya langsung pulang saja sudah malam”, kata Riki menolak permintaan Papanya Miza dengan sopan. “Ya sudah, saya pulang dulu om, aku pulang ya”, katanya lagi lalu dia mencium punggung tangan Papanya Miza dan melihat Miza yang sedari tadi tersenyum.

Lalu setelah mobil Riki pergi, Miza dan Papanya masuk dengan senyum Miza yang tidak pernah lepas dari wajahnya. “Kamu kenapa senyum-senyum gitu?”, tanya Mamanya. “Biasa remaja jatuh cinta”, ucap Papanya, Mamanya hanya mengerutkan kening melihat Miza dan suaminya itu. Sedangkan Miza menaiki tangga menuju ke kamarnya dengan masih tersenyum, seakan dia ingin menari semalaman akibat saking bahagianya. Lalu dia membuka ponsel dan menulis di pesan,

MizaFahma: Makasih Cinta :*
Riki Fernando: Sama-sama, luvyu:*

Miza lalu bersih-bersih, dia masih tidak menyangka dengan hari ini. Dia memejamkan mata dan berharap saat dia terbangun nanti ini semua memang nyata.

Ini semua memang nyata, tanggal 03 maret 2017, sebuah kisah cinta klasik dimulai.
Cinta selalu saja misterius, jangan diburu-buru atau kamu akan merusak jalan ceritanya sendiri. Cinta tahu jalannya sendiri untuk datang dan menetapkan hati. – Miza Driantria Fahma
Karena aku tidak ingin jika hanya berkata, maka pelan-pelan akan kubuktikan. – Riki Fernando

Cerpen Karangan: Novia Ika Savitri
Facebook: Novia Ika Savitri
Novia Ika Savitri
SMKN 9 Surakarta
Menulis adalah hasil dari hobiku mengkhayal, jadi mungkin bukan bakat.
Menulis juga sekedar iseng dan bagian dari cita-cita.

Cerpen Take A Piece of My Heart merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Tulang Rusuk ku

Oleh:
lagu “Aishiteru dari zivilia”, mengalun di kamar tiga kali 5 meter. suara burung di pagi ini bernyanyi bergoyang di atas dahan dekat jendela kamar, Wulandari duduk di pinggir jendela,

Permainan Cinta

Oleh:
Ketika mereka menghabiskan kopi berdua di bawah sinar bulan purnama, mata pun terkunci pada sesama. Namun itu dulu, ya dulu, kini yang bisa Beni lakukan hanyalah mengunci tatapannya pada

Bukan FTV Cinta

Oleh:
“Sas.” Cinta menyikut lengan Saski yang tengah asyik melahap bekalnya. Mulutnya penuh dengan roti isi selai kacang kesukaannya. “kemarin aku lihat si Diana diantar pacarnya pergi ke butik, loh.”

Menggapaimu

Oleh:
Malam hari. Lari masih memikirkan tindakan Reno tadi di sekolah. Sambil menatap langit dari balkon kamarnya ditemani secangkir susu cokelat. Bagi Lari susu cokelat adalah teman terbaiknya saat malam

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *