Tulisan Tangan Itu Yang Membuat Ku Jatuh Hati

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis
Lolos moderasi pada: 17 September 2013

Senja di langit mulai menunjukan perawakannya. Dengan berwarna buah jeruk berbalut dengan kekuningan dia menyeruakan seisi dunia yang fana ini. Kesendirian ku ini menjadi alasan mengapa aku sering ke tempat yang nyaman ini. Entah karena suasana, atau bahkan memang setengah nyawaku ada di sini.

Andaikan ada sosok pria yang menemani aku di dalam kesendirian ini. “Aaaaah!” Aku menepisnya. “Tidak mungkin, Na! Mana ada yang mau sama kamu seperti ini? Hanya modal kepintaran dalam pelajaran bahasa Indonesia,” batinku berteriak meyadarkan akan hal sesuatu.

Iya, aku memang suka sekali dengan pelajaran bahasa Indonesia. Apalagi dalam pelajaran mengarang. Tanpa pikir panjang, aku dengan leluasa mengkhayalkan sesuatu agar cukup bagus untuk dijadikan ke dalam sebuah cerita. Ya, sama seperti aku sedang menulis ini.

Ku buka jejaring sosial yang tentu sudah kalian tahu. Blogger. Banyak peminat yang ingin mencobanya, seperti aku yang awalnya hanya iseng membuat akun tersebut. Lantas aku malah ketagihan untuk memainkannya. Karena hobiku dalam mengkhayalkan sesuatu. Terlebih untuk cerita-cerita yang berkaldu romantis.

Aku menemukan sosok asing dalam blog itu. Tulisan indahnya. Setiap kata-kata yang ia rangkai sedemikian rupa untuk menjadi sebuah cerita yang berlatar belakang kehidupan. Aku menyukainya. Dalam pandangan pertama. Dalam goresan di setiap karya ciptaanya tersebut.

Ku teliti lebih dalam di setiap karyanya tersebut. Dan ternyata bukan hanya bercerita tentang kehidupan, ia juga bercerita tentang indahnya islam dalam goresan-goresan jemari indahnya.

Telah ku ketahui. Dia mempunyai nama Dimas Pradipta Al-Khudry. Nama yang indah. Seindah tulisannya. Akankah wajahnya begitu indah seperti tulisannya ini? Aku juga belum tahu, karena dia tidak memasang foto dengan paras wajahnya.

Ku baca sembari ku cermati setiap alunan tulisan nya. Lama ku berfikir, akhirnya ku baru mengerti maksud dari tulisan tersebut. Ya, sosok pria rela menunggu demi wanitanya yang nyatanya menyiakan si pria, hingga bus terpelosok ke bantaran jalan yang sedang diduduki pria tersebut. Kreatif! Membuat orang penasaran. Dan itu termasuk sebuah cerita baru yang ku dengar.

Setelah seminggu ku cari-cari nama facebook dalam setiap deret ceritanya, akhirnya ku temukan username Dimas. Ya beda tipis ternyata. Hanya saja tidak memakai nama Dimas dalam username tersebut. Takjub! Pria ini sudah beberapa kali membuat aku penasaran.
Ku login sosial media tersebut dan ku tambahkan dia sebagai temanku ke facebook nya. Dan hanya menunggu beberapa menit. Dia langsung mengconfrim facebookku.

Sedikit kecewa, ku kira ia akan mengirimkan kata-kata karena telah menambahkan sebagai teman, ternyata sama sekali tidak. Ah! Pupus sudah harapanku. Dia ternyata sangat cuek dengen seorang perempuan. Iya, aku mengetahui dari setiap status yang dibuatnya.

ADVERTISEMENT

Tapi, tunggu dulu. Kulihat lingkaran hijau dalam profile nya. Ia sedang online, sama sepertiku. Iseng-iseng, aku menge-chat-nya.

“Hai :)” kusapa dia dengan sopan sembari kuberi emoticon agar terkesan akrab.
“Iya” dia menjawab sapaanku. Aih! Senangnya diriku.

Sampai terus aku mengobrol dengan nya sampai kami kehabisan kata-kata. Dan ternyata dia meminta nomor telepon ku. Segera ku ketikan deretan angka kepadanya.

“Oke, lanjut lewat sms aja ya. Mau off nih :)” katanya dan ku iyakan saja. Tak berapa lama kemudian ada nomor baru masuk dalam kotak masuk ku. Ku tahu, ini pasti dia. Dan ku lihat, ternyata kekecewaan yang ku dapat. Itu nomor baru yang menyatakan aku harus menghapus nomor lama Jeje -temanku-.

Ya, sudah berhari-hari aku menunggu janji pesan singkat yang akan diudara kan kepadaku. Hampir 4 hari sudah terlewati. “Ah! Lupain aja, dia berarti bukan pria terbaik buat kamu. Pria terbaik enggak akan biarkan wanita menunggu..” kata Jeje setelah acara curhat-curhatan kami berlangsung. “Lagian.. Lo juga, lu kan kagum sama tulisan nya. Bukan orangnya kan? Tulisannya kan setiap hari berkoar tuh di status fbnya. Kenapa masih nungguin?” tanya Jeje. Ucapan nya tersebut memang ada benarnya juga. Untuk apa sih, Na. Ditungguin… Batinku berbicara.

Setelah hampir sebulan. Tiba-tiba ada nomor baru yang menyeruakan untuk segera diangkat, karena seseorang memanggilnya.
“Assalamualikum..” kataku sopan.
“Walaikumsalam, ini Denna?” tanyanya sangat sopan. Suaranya itu lho yang membuat aku terbuai dalam kelembutan setiap kata-katanya.
“Iya, ini siapa? Tau no ku dari mana?” tanya ku kembali.
“Ini aku dimas, Na. Temen fb, maaf baru menelepon. Karena kemarin-kemarin sibuk ngurusin kerjaan di kantor,” Ungkapnya demikian. Pantas saja, ternyata dia sibuk toh…

Dia bekerja di salah satu penerbit buku terpopuler di kalangan remaja. Sebut saja editor novel. Karena itu, aku mengaguminya. Karena aku suka novel.

Akhirnya, setelah telepon pertamanya tersebut, dia cerita banyak tentang kerjaanya. Bahkan tentang pribadinya. Umurnya yang lumayan semakin menipis tersebut yang ia sesali. Karna kesibukan sebagai editor yang sering kali menganggap sepele masalah asmaranya. Diumur yang sudah 27 tahun ini dia masih sendiri. Beda 4 tahun dari ku lah. Ya, dia selalu dipaksa oleh Bundanya yang ingin menimang cucu darinya. Hal itu yang sering resah kan dikala mengingat umurnya yang semakin bertambah tua.

Waktu terus berjalan, sudah hampir 1 tahun kami berkelana melalui telepon. Aku yang kemarin telah lulus dari kuliah ku yang sedikit menghabiskan seluruh khayalanku untuk membuat seni dalam setiap kata-kata yang ku khayalan itu. Sederet ucapan selamat telah mengalir lewat apapun yang ku punya. Entah itu sms, telepon bahkan teman dunia maya ku. Tapi ucapan darinya belum juga ada. Hanya dari dia ucapan yang saat ini ku tunggu.

“Hallo, Na. Selamat ya atas kelulusan mu kemarin. Maaf, aku baru ngucapin. Sibuk banget nih.” katanya dengan segenggam alasan yang sering diucapkan.
“Iya, tidak apa-apa.” kataku agak jutek.
“Nanti malam aku jemput ya. Kita dinner, tapi berdua aja..” tawarnya. Sejak pertemuan pertama kita disalah satu pusat perbelanjaan di pusat Ibukota aku dan dia bercengkrama. Bahkan Jeje pun demikian. Karena sewaktu itu aku mengajaknya. Pertemuan kedua, ketiga, keempat. Dan berarti ini pertemuan kami yang kelima. Tanpa Jeje, hanya berdua. Mengapa?
“Oke. Jemput aku jam 7 ya.” kataku dan mengakhiri kata dengan menutup salam.

Karena malam ini kami hanya berduaan saja. Aku harus berdandan cukup menarik. Agar dia tak malu membawaku dalam acaranya. Tepat sudah pukul 7 malam. Tin..tin..tin.. Terdengar suara klakson mobil menggema hingga kucing kesayanganku yang sedari tadi sedang tertidur jadi bangun dibuatnya. Terakhir, kusemprotkan minyak wangi secukupnya. Cus! Aku langsung keluar menemuinya.

Dengan memakai dress sedikit di atas lutut berwarna biru jeans ku berdiri tegap di hadapan nya yang sedari tadi melihat ku tak kedipan mata. “Cantik kamu, Na.” katanya memujiku. “Terima kasih,” langsung saja aku dituntun olehnya menuju mobil yang telah membawaku ke dalam sebuah tempat yang menawan. Di atap gedung tinggi.

“Katanya mau dinner, kok malah kesini sih. Aku kan sudah lapar,” kataku cerewet. Yang benar saja, di saat aku menahan nafsuku untuk makan malah tempat seperti ini yang ku dapat. “Jangan sedih dong, Na. Ada saatnya kita makan. Tapi nanti ya,” jawabnya manis. “Terus mau ngapain sekarang? Jangan bilang mau bunuh diri lagi gara-gara terus dipaksa bunda untuk cepat menik..” mulut ku diadukan dengan jari telunjuknya. “Kamu cerewet banget sih. Iya aku mau bunuh diri, kalo kamu enggak terima aku nancep di hati kamu!” Serunya sembari memberi kode kepada seseorang. Dan cling! Romantisnya. “Apa-apaan sih, Mas? Maksud?” aku menaikan bahuku menanyakan semua yang sedang terjadi.

“Iya, aku berdiri disini. Dengan seluruh alam saksinya. Dengan keteguhan hatiku, aku mencintaimu, Na. Pertama bertemu, jam ini, menit ini, hingga detik ini. Maukah kamu menjadi seorang Ibu dari anak-anak ku nanti?”

Pertanyaan itu membelenggu relung jiwaku. Mata ini mulai panas kembali. Aku tak kuat. Dengan seadaanya keberanian, aku menangis dipelukan nya.”Kenapa, Na? Kamu tak mau?” tanyanya khawatir. “Bukan itu, Mas. Tapi ini terlalu romantis buat aku. Aku menangis penuh kebahagian. Aku mau jadi calon pendampingmu, Mas.” Dengan sekuat tenaga, dia menggendongku dan memutari tubuhku seperti bak anak kecil. Dia mengecup keningku dan melingkarkan sebuah cincin di jemari termanisku. Dan kami mengatakan janji bahwa kami saling mencintai. Dan akan kami jaga cinta ini.

Cerpen Karangan: Ratna Susantyningsih
Blog: refresh-hati.blogspot.com
Facebook: Ratna Susantyningsih
Seorang yang tak mempunyai wajah bak sosok bidadari hanyalah wanita pemimpi yang memimpikan sesuatu impian terbesar dalam sebuah kehidupan. Kenaliaku ditwitter ya; @k4rat

Cerpen Tulisan Tangan Itu Yang Membuat Ku Jatuh Hati merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Waiting For You (Part 1)

Oleh:
Bayangmu hingga kini selalu menyelimuti pikiranku, mengapa aku tidak pernah bosan untuk hal semacam itu. Terkadang aku suka membayangkan bagaimana matamu yang selalu terlihat bersinar, rambutmu yang tergerai indah,

Besok Adalah Kesempatan

Oleh:
Hidup ini indah kalau dinikmatin baik-baik. Hehehe itulah semboyan hidupku, mungkin yang akan kubawah sampai aku mati nantinya. Belajar itu kewajiban, main itu hobby dan sukses itu tujuan hidupku.

Di Antara Daun Gugur

Oleh:
Ndoro Arum, Wonosobo. 28 November 2017 “Pa-ra-ra-ra-ra-ra-ra … pa-ra-ra-ra-ra-ra-ra … pa-ra-ra-ra-ra-ra-ra-ra.” Aku sedikit bernyanyi, atau sebut saja bergumam, saat menulis catatan setelah melewati jalur naga—gunung Sindoro. Petang ini aku

Oedipus Complex (Part 1)

Oleh:
Hujan di minggu pagi dimana orang-orang asyik bergulung dengan selimut mereka tapi tidak denganku yah seandainya aku menjadi salah satu dari mereka tentu lebih menyenangkan. Disinilah aku di ruangan

First Love with Rain Drops

Oleh:
Hujan turun dengan derasnya. Mungkin sekarang memang musim hujan, karena hampir setiap hari turun hujan. Sial bagiku hari ini. Karena aku tidak membawa payung, sehingga tak bisa pulang ke

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *