Bintang Terindah

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 25 April 2016

Taman bintang. Begitulah kami menyebutnya. Taman indah yang menjadi saksi setiap detik kebersamaanku bersama dia. Seperti melihat bintang di langit malam. Satu hal yang tak pernah bisa kami lupakan.

“Dee, nanti malam aku tunggu di taman ya..”
“Taman?”
“Iya. Take care.”

Waktu itu tepat pukul 20.00 aku tiba di taman. Aku pikir kami akan menghabiskan malam seperti sebelumnya. Mendengarkan dia memetik gitar, menghitung bintang, bercanda gurau seperti biasa. Tapi ada yang berbeda dari itu. Taman Bintang berhasil ia sulap menjadi taman terindah di dunia. Dia menghampiriku, sebelum kemudian membawaku ke sebuah tempat. Ada sedikit penasaran dan ingin sekali aku bertanya, tapi dia tidak memberiku waktu untuk itu. Dia segera menuntunku begitu selesai mengikatkan kain penutup di mataku. Kejutan seperti apa yang sudah dia siapkan, aku hanya bisa menebaknya di angan.

Dengan perlahan dia masih menuntunku. Sebelum akhirnya kami sampai dan dia lepaskan penutup itu. Perlahan aku mencoba membuka mataku. Dengan samar terlihat pantulan cahaya remang di depanku. Mataku kembali ku kedipkan, dan terlihatlah ribuan lilin berjajar memutar mengikuti bentuk hati tepat di depanku. Perlahan dia menarik lenganku. Membawa aku tepat berada di dalam lingkaran hati bersama dia. Perlahan tapi pasti, lantunan lagu awake dari secondhand serenade mulai terdengar. Saat itu juga jantungku benar-benar dibuat berdetak lebih kencang dari biasanya. Saat dia berdiri di depanku, menggenggam jemariku dan berkata, ‘Izinkan aku menjadi bagian terindah di hidupmu.’

Say my name i just want to hear you
Say my name so i know it’s true
You’re changing me you’re changing me
You showed me how to live
So just say so just say

Lagu itu terdengar semakin jelas dengan keheningan yang kami buat. 10 menit, 20 menit, 30 menit, Waktu terus berjalan. Tapi kami masih terdiam dalam keheningan yang kami ciptakan. Hanya mata kami yang mungkin mencoba menyampaikan segala bentuk rasa yang ada. Termasuk rasa cinta yang aku miliki untuknya.

Semenjak hari itu, kami lebih sering menghabiskan waktu bersama. Termasuk saat malam tahun baru. Ada senyum geli saat aku mengingat kejadian itu. Entah dulu bagaimana ide itu bisa ada pada dia, yang jelas aku ikut menyetujuinya. Di tengah keramaian pusat kota Surabaya, kami berdua berjalan kaki, melewati kerumunan demi kerumunan orang yang menanti kembang api tahun baru dengan memakai baju pengantin. Kali ini jelas bukan pengantin yang tampak rapi seperti adanya, melainkan dandanan sedikit acakan dan make up pucat. Dia memakai setelan jas putih sedang aku memakai gaun putih yang dimana gaun kami sama-sama berlumuran darah. Lebih tepatnya kami seperti pengantin yang tewas di hari H nya. Entah bagaimana pendapat orang tentang kami, yang aku tahu banyak ekspresi yang mereka tunjukkan.

Tidak berhenti di situ. Lagi-lagi dia kembali memberiku kejutan yang tak terduga untuk kesekian kalinya. Di hari dimana kami menghabiskan liburan di kota Gudeg Yogyakarta. Hampir seharian penuh kami menghabiskan waktu di sana. Seharian penuh dia membawaku berkeliling dengan delman yang ia sewa. Kali ini dia sendiri yang menjadi kusirnya. Sampai matahari terbenam dan kami menyaksikannya dengan mata telanjang. Di tengah desiran ombak pantai parangtriris, ku nikmati sunset terindah dari atas delman di dalam pelukannya. Dari sana kami kembali ke rumah Pak Dhe dari mama yang masih mempunyai darah asli Jogja. Waktu itu jarum jam menunjuk angka 9 malam. Ingin rasanya aku segera turun dan langsung mandi menyegarkan diri. Menghilangkan bau masam yang mungkin sudah menempel di badanku.

“Sweetheart, malam ini bintang indah ya?” dia menatap langit yang kemudian membuatku mengikutinya.
“Iya Bee, bintang selalu menjadi yang terindah. Seperti kamu,” Pandanganku terarah menatapnya. Dia membalas tatapan itu. Dengan senyum aku mulai meninggalkannya.
“Sweetheart,” lagi-lagi dia membuatku menoleh ke arahnya.
“Kemarilah,” dengan senyum aku kembali mendekat. Lama dia menatapku dengan tatapan yang selalu membawa arti.
“Bee, udah gerah nih! bau asem!”

Aku kembali melangkahkan kaki, tapi kali ini dia menahanku. Menggenggam erat tanganku, membuatku kembali menatapnya. Sementara satu tangan menggenggamku, satu tangannya lagi sibuk mencari sesuatu di dalam sakunya. Aku mencoba menunggu, sebelum akhirnya dia keluarkan tangannya dari saku bebarengan dia turun dari delman. Kali ini dia sudah jongkok di depanku. “Dea Arinta, would you marry me?”

ADVERTISEMENT

Tidak jauh dari hari itu, acara lamaran pun berlangsung. Dengan musik jazz dan masih di bawah langit kota Jogja serangkaian pesta pun berjalan dengan lancar. Kali ini hanya tinggal menunggu hitungan bulan, pernikahan kami pun berlangsung. Sesuai dengan rencana, setelah acara pemotretan selesai, kami, aku dan Bintang kembali mengunjungi taman bintang. Tentu tanpa Lintang, saudara kembar Bintang yang seharian sudah berjasa sebagai fotografer kami. Begitu turun dari mobil sampai tiba di bangku taman, tiada sejenak pun dia melepaskan genggamannya. Bahkan sampai bintang jatuh dan kami membuat permohonan, tanganku masih tetap berada di genggamannya.

Will you stay awake for me
I don’t wanna miss anything
I don’t wanna miss anything
I will share the air I breath
I give you my heart on a string
I just don’t wanna miss anything

Masih dari lagu yang sama. Masih dengan tatapan yang sama. Tanpa ku sadari air mataku jatuh di pipiku.
“Kenapa sweetheart?” dengan ibu jarinya dia menghapus air mataku. Aku masih terdiam. Dalam angan berharap jika aku akan tetap terjaga untuknya.
“Sweetheart, setelah menikah, kamu ingin aku membawamu ke mana? masihkah Venice?”
“Tentu Bee. Apalagi rumah Juliet. Aku selalu ingin ke sana.”
“Ke mana pun kamu ingin pergi, aku akan menemanimu, Sweetheart.”

Malam itu, tanpa pernah aku duga, menjadi malam terakhir kalinya kami mengunjungi taman bintang. Tepat di hari itu, setelah dia mengantarku pulang, mobil dia hilang kendali yang membuatnya jatuh terperosok ke dalam jurang. Hancur. Iya, betapa hancurnya hatiku. Betapa kacaunya pikiranku saat itu. Betapa banyaknya air mata yang harus jatuh di hari itu. Orang yang selama ini selalu ada di sampingku, selalu membuatku tersenyum dan begitu aku kagumi. Orang yang sangat sempurna di mataku yang sangat aku cintai. Dia pergi dan tak akan pernah bisa kembali. Tinggal hitungan bulan kami menikah. Semua persiapan sudah dirancang. Tapi harapan itu bak hilang diterjang badai.

Kenapa Tuhan tidak adil padaku. Tidak pantaskah aku untuk bahagia. Jika Tuhan tahu kebahagiaanku ada bersama dia, kenapa Tuhan memanggilnya? Kenapa.. Kenapa… Kenapa Tuhan? Di sisi lain aku masih harus bersyukur. Jasad orang yang begitu aku cintai kembali dengan keadaan utuh. Aku masih bisa mengenalinya, aku masih bisa menatapnya, sebelum ia dikebumikan. 24 April 2014. Tanggal di mana akan menjadi hari yang paling dinanti. Berlalu begitu saja. Bagai angin berhembus tanpa hasrat. Kini hanya tinggal kenangan. Saat aku kembali mengunjungi taman bintang. Tempat terindah yang menjadi bukti setiap detik kebersamaanku bersamanya.

“Bunda, apakah bintang itu Paman Bintang? kata Bunda, bintang yang paling bersinar adalah wujud dari Paman Bintang, bintang itu bersinar paling terang, Bunda.”
Hari ini malaikat kecil bersamaku. Bersama menengadahkan kepala menatap langit malam. Bersama menunjuk bintang paling terang malam ini.
“Tentu sayang. Tentu bintang itu Paman Bintang. Iya kan, Bunda?”
Aku mengangguk. Dengan kecupan mesra, Lintang berbisik di telingaku, ‘Aku mencintaimu, bunda.’
Aku menatapnya, tersenyum untuk orang yang kembali memberiku warna di hidupku.

Bintang. Tidak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku. Begitu juga Lintang. Kalian berdua ibarat puzzle buatku. Yang mempunyai tempat tersendiri jauh di dalam lubuk hatiku. Aku mencintaimu Bintang… Aku mencintaimu Lintang. Tuhan, Engkau selalu mempunyai rencana yang indah untuk makhluk-Mu.

Cerpen Karangan: Desi Widya
Facebook: Desidee
Desidee, begitu nama yang tertera pada akunku. Mencoba mengisi waktu dengan menulis. Walaupun masih dalam tahap belajar.

Cerpen Bintang Terindah merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Menjadi Pelampiasan Sementara

Oleh:
Ini cerita waktu menjelang akhir semester 1 kelas xii, tak kusangka akhir-akhir ini pertemana kami semakin dekat meskipun kami beda sekolah aku dan mira 1 sekolah tapi kalau dengan

Aku Rindu Ingin Ketemu

Oleh:
Wajahnya yang dulu sendu ditinggalkan kekasih hati yang menemukan wanita barunya yaitu sahabatnya sendiri. Remuk redam tak berbentuk, hancur benar-benar hancur puing-puing hatinya seperti puzzle yang terberai. Dua tahun

Pacar Impian

Oleh:
Indah melirik ke arah seorang cowok yang sedang bermain basket di lapangan sekolah. dini yang sejak tadi memperhatikan itu menyenggol bahu indah sembari berkata “ciee.. yang lagi merhatiin pujaan

Second Chance

Oleh:
Dia pergi saat sudah membawa hatiku bersamanya. Dia meninggalkanku saat aku sudah jatuh cinta. Dia melambungkan perasaanku lalu dihempaskan saat itu juga. Kini saat aku rela melepaskannya.. Dia datang

Kumbangnya Dimana?

Oleh:
Siang ini tak begitu terik, hanya banyak awan kapas hitam menggulung di setiap sisi kelam langit begitu pula sudut hatiku tat kala aku melihat seorang wanita cantik berperawakan mungil

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *