Chika Dan Dilla

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Perpisahan
Lolos moderasi pada: 5 January 2016

Bagiku kehidupan adalah penderitaan. Begitulah ucap Chika saat ditanya tentang kehidupan. Mengepel lantai, mencuci piring, mengelap meja, dan hal yang terberat mendengar makian dari majikannya. Itulah dunia Chika. Seorang wanita yang terlihat tegar di luar namun sangat rapuh di dalam. Dia selalu tersenyum dan tertawa kepada pembeli padahal hatinya menangis. Dicucinya piring kotor yang sudah menumpuk di dapur kantin tempat ia bekerja, air matanya mengalir dari matanya yang sayu membasahi pipi tirusnya. Ia menangis bisu untuk melepas rasa sakit di hatinya.

“Chika itu ada pembeli cepat ambilkan” teriak majikannya mengejutkan, cepat-cepat di sapu air matanya dan berlari ke pembeli. “Chika cuci piringnya nanti saja, kamu kan jualan makanan bukan jualan piring” bentak majikannya.
“Baik Bu” jawab Chika parau sembari membungkus makanan untuk pembeli.
“Sabar ya Chika” sebuah tepukan mendarat halus di bahu Chika. Tepukan yang seolah memberi kekuatan untuknya dari tangan yang selalu merangkulnya saat ia terjatuh. Tangan yang selalu membantunya saat hal berat menimpanya, “terima kasih Kak Dilla” Chika tersenyum tegar pada Dilla pria yang diam-diam dikaguminya. Dilla adalah teman kerja Chika yang selalu memberi perhatian pada Chika.

Keesokkan harinya. Saat di rumah Chika bangun pagi-pagi sekali, memasak dan membersihkan rumah. Dilihatnya adik-adik dari ayah tirinya yang mulai sibuk bersiap untuk sekolah. Terselip rasa pilu di hatinya saat mengingat dia harus putus sekolah karena keegoisan orangtuanya, “Ayah andaikan engkau masih ada, mungkin hidupku tak akan seperti ini.” Chika menggumam lirih hingga tanpa sadar menitikkan air mata.

“Pagi jelek” sapa Dilla sesampainya di tempat kerja.
“Pagi juga Kak Dilla” Chika tersenyum dan membalas sapaan Dilla.
Chika merasa ada sesuatu yang berbeda di hatinya, ia sadar bahwa ia mencintai Dilla. Chika benar-benar sangat risih tentang perasaannya, hingga ia berniat mengutarakan perasaannya pada Dilla. Dikumpulkannya keberaniannya dan melangkah perlahan ke arah Dilla. Tapi hanya beberapa langkah ia berjalan langkahnya terhenti. Dilihatnya Dilla sedang berbicara serius dengan majikannya, karena penasaran Chika menguping pembicaraan mereka.

“Saya mengundurkan diri Bu, saya akan pindah ke luar kota dan bekerja di sana” ucap Dilla pasti pada majikannya.
Sontak saja perkataan itu menghacurkan perasaan Chika dadanya terasa amat sesak, tak mampu ia menahan air matanya. Kakinya terasa lemas hingga tubuhnya terduduk di lantai. Tiba-tiba sebuah tangan yang sudah tidak asing lagi memapah tubuh Chika untuk berdiri. Chika tahu itu adalah Dilla orang yang sangat ia sayangi dan orang yang juga akan meninggalkannya.

“Jangan menangis Chika” ucap Dilla sembari menghapus air mata Chika.
“Apakah kamu akan meninggalkanku?” ucap Chika parau.
“Iya” jawab Dilla ringan.
“Kamu jahat!” Chika kembali menangis. Dilla menjangkau tubuh Chika, dan memeluk erat tubuh mungil Chika pada tubuh tegapnya.

“Aku akan pergi dan kembali untuk membawamu bersamaku, bertahanlah tanpaku di sini sebentar saja, sampai aku kembali dan menikahimu.”
Chika melepas pelukan Dilla dan menatap sayu mata Dilla. “Benarkah itu?”
“Atas izin Allah aku akan membahagiakanmu” Dilla mengeluarkan sebuah cincin dari kantongnya dan melingkarkannya di jari manis Chika.
“Aku akan menunggumu” Ucap Chika bahagia.

Cerpen Karangan: Nurul

Cerpen Chika Dan Dilla merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Patah

Oleh: ,
Malam itu Ibu menelepon dan memberitahu aku, tiga hari lagi mbak Fira kakakku yang paling tua mau pindah ke rumah barunya. Kebetulan aku memang lagi cuti kerja, Ibu memintaku

Tentang Jen

Oleh:
Pagi ini awan berarak hitam pekat, sesekali turun gerimis yang sesaat berhenti memberi jeda, lalu turun kembali secara beraturan. Hal itu membuatku enggan ke luar dari selimut yang kurasa

Gadis Putih Abu-Abu

Oleh:
Di taman rumput yang hijau ini kubaringkan tubuhku seraya memandang cerahnya langit biru. Yang seakan menghipnotisku dan membuatku tak kuasa menahan kantuk. Sejuk berada di tempat ini, hingga tak

Ada Harap di Pagi Hitam

Oleh:
Sinar jingga masih begitu malu menampakkan dirinya, seakan tak sanggup menghilangkan sajian malam dengan taburan kelap-kelip bintang di langit. Sementara kaki-kaki Devin telah begitu cepatnya menaiki deretan anak tangga

Agape (Egoisme Cinta Bagas dan Dita)

Oleh:
“Sampai kapan kamu akan terus merasa sedih atas apa yang sebenarnya tidak merugikan atau menyakitimu?” “Bagaimana? Apapun yang merugikannya, pasti menyakitiku juga.” “Dia menyakiti dirinya sendiri dengan mabuk.” “Maka

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *