L.O.V.E

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 29 March 2016

Marc tengah duduk di bangku taman yang sepi ini. Awan mendung menghiasi langit seolah mengerti perasaan Marc yang dilanda rasa cemas. Seorang wanita yang ia cintai terbaring di Rumah Sakit, melawan penyakit ganas yang menggerogoti sel-sel dalam tubuhnya. Wanita yang diketahui sebagai kekasih Marc, Cassandra. Marc begitu mencintainya, ia tidak cukup tegar untuk melihat kondisi kekasihnya tersebut. Padahal, ia sudah menyiapkan sebuket bunga mawar putih favorit Cassandra. Cassandra menganggap bunga mawar putih sebagai lambang cinta suci. Tiba-tiba seseorang memanggil Marc. Rupanya itu Cassandra! Bersamaan dengan itu, hujan turun dengan derasnya.

“Hai Marc! Mengapa kau nampak sedih?”
“Cassandra! Sedang apa kau di sini? Bukankah kau sedang sakit? Seharusnya kau tetap berada di Rumah Sakit. Mari aku antar kau ke sana.”ucap Marc sangat khawatir. Ia tak menyangka Cassandra berada di taman ini.
“Tak usah Marc. Aku ingin menghabiskan waktu beberapa menit bersamamu.” balas Cassandra dengan gemetar. Wajahnya tampak pucat pasi.

“Oh ayolah Cass, kau sedang sakit dan ini hujan. Bagaimana jika penyakitmu bertambah parah?”
“Terlambat, dokter sudah angkat tangan untuk menyembuhkan penyakitku. Ini sudah terlalu ganas. Aku sudah bilang, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu!”
“Baiklah, sebaiknya kita berteduh di bawah pohon itu.” Marc menunjuk pohon yang ia maksud. Lalu keduanya berlari menuju ke sana.
“Marc, ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan padamu.” ucap Cassandra.

“Ada apa gerangan, Cassandra? Katakan saja padaku.”
“Sebenarnya, aku sangat iri. SANGAT IRI, dengan teman-temanmu. Mereka dapat membuatmu tertawa. Tapi, saat bersamaku kau hanya dapat bersedih. Aku sangat ingin membuatmu tertawa. Tapi ini semua sudah terlambat, aku hanyalah sebuah benalu yang menyulitkan hidupmu. Sungguh, aku meminta maaf.” Cassandra mengatakannya dengan tangis sesenggukan. Sepertinya, ia sedang merasakan hal yang amat sangat pedih.

“Ayolah, Cass. Kau sudah dewasa, buang jauh-jauh rasa iri itu. Ya memang, teman-temanku dapat membuatku tertawa, tapi hal itu tidak lebih membuatku bahagia dibandingkan saat bersama dirimu. Karena apa? Karena kaulah satu-satunya cintaku. Cinta sejatiku, sungguh aku sangat mencintaimu Cassandra. Tak ada hal yang lebih membuatku bahagia selain bersamamu. Apa perlu aku buktikan?” jawab Marc penjang lebar seraya memeluk Cassandra erat. Cassandra mengangguk, tanda Marc harus membuktikan cintanya pada Cassandra. “Baiklah, akan aku ambilkan sebuket bunga mawar putih favoritmu di sana. Tunggu sebentar saja, tetap di sini Cassandra.” sambung Marc.

Lalu ia meninggalkan Cassandra untuk mengambil bunga. Saat hendak kembali menemui Cassandra, Marc mendapat telepon dari Sam. Yang tak lain adalah adik Cassandra. Marc menggeser layar handphone-nya untuk menjawab panggilan dari Sam.

“Hallo Sam. Ada apa kau meneleponku?” tanya Marc.
“Marc, aku harap kau dapat menerima kenyataan ini. Aku tahu kau adalah pria yang tegar.” jawab Sam.
“Hey ayolah, kau jangan membuang-buang waktu. Memangnya hal apa yang ingin kau sampaikan?”
“Kak Cassandra. Kak Cassandra. Di-dia ss-sud-dah meninggal.” ucap Sam terbata-bata.
“Apa!?! Hey kau jangan bercanda Sam. Aku sedang berada di taman, dan tadi aku bersama Cassandra di sini. Oh tidak, aku sudah membuatnya menunggu terlalu lama. Sekali lagi jangan katakan padaku bahwa Cassandra sudah tiada. Candaanmu sangat tidak lucu Sam!!” balas Marc dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia bingung apakah ia harus emosi, atau sedih.

Ia pun menutup teleponnya secara sepihak. Setelah itu, ia menghampiri tempat Cassandra tadi berada. Namun, tak ada siapa pun di sana. Cassandra yang tadi berada di bawah pohon tersebut tidak nampak batang hidungnya. Marc tidak percaya akan hal ini. Ia masih dalam keadaan kaget, sedih, dan bingung. Berdiri tegak, dengan wajah pucat pasi. Sungguh, dengan keadaan seperti itu ia nampak seperti mayat hidup. Lama ia bertahan dalam posisi tersebut. Hingga akhirnya tubuh tegaknya limbun, terjatuh ke tanah dan pingsan seketika.

Marc diam terpaku. Di depannya terdapat makam dengan nisan yang bertuliskan nama kekasihnya, Cassandra. Jujur, ia masih belum bisa melepaskan Cassandra sepenuhnya. Namun takdir berkata lain. Pasca kejadian di taman tadi, Sam datang menjemput Marc. Namun, Marc yang tak kunjung sadar melewatkan prosesi pemakaman Cassandra. Ketika terbangun, ia sudah berada di pemakaman Cassandra. “Hai Cassandra. Bagaimana keadaan dirimu? Sudah cukup baik bukan? Kau sudah tidak merasakan rasa sakit yang kau derita bukan? Jika keadaan seperti ini lebih baik untuk dirimu daripada melawan rasa sakit yang pernah kamu derita, maka aku akan turut senang mendengarnya. Namun, mengapa kau meninggalkanku secepat ini? Bahkan aku belum membahagiakanmu sepenuhnya, aku masih ingin melihat wajah ceriamu.”

ADVERTISEMENT

“Aku belum memberikan bunga mawar putih yang akan aku berikan untukmu. Oh iya? Mengapa kau tadi menghilang begitu saja saat di taman? Kau tega meninggalkanku begitu saja? Aku merasa sia-sia saat ini, untuk apa aku hidup jika tak ada dirimu sebagai alasan untuk hidup? Tak ada lagi alasan, karena hidupku sepenuhnya untuk dirimu. Sekali pun aku masih hidup, namun ini semua tak lagi berwarna dan berarti tanpa adanya sosok dirimu. Dan tak ada pengganti dirimu di hatiku. Kau tetap yang istimewa, Cassandra. Kau menempati tahta tertinggi dalam hatiku ini dan tak ada orang lain yang dapat menggeser posisimu sedikit pun.”

“Cassandra, aku harap kau tenang di alam sana. Setialah menungguku untuk menyusul dirimu.” ucap Marc seraya menaruh sebuket bunga mawar putih di atas makam Cassandra. Kalimat perpisahan yang dia ucapkan cukup membuat hatinya teriris. Ia memeluk nisan kekasihnya dengan penuh kasih sayang. Lalu, ia beranjak dari makam Cassandra dengan hati yang masih enggan untuk pergi. Namun, ia bertekad untuk bangkit dari segala keterpurukan yang menghampirinya. Karena ia masih mempunyai jalan yang panjang untuk ditempuh.

“Bagaimana bisa aku terbang ke lain hati? Sayap-sayapku telah ku patahkan ketika memperjuangkan dirimu.” –Marc
“Alam yang berbeda tidak menjadi alasan untuk tetap saling menjaga hati.” –Cassandra

Cerpen Karangan: Afifa Kirana Nurraida
Facebook: Afifa Kirana Nurraida

Cerpen L.O.V.E merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Rapuh (Part 2)

Oleh:
Andre menggotong Tita menuju mobilnya kemudian ia membawa Tita ke rumah sakit yang sering dikunjungi Tita untuk berobat. Sesampainya di rumah sakit Andre langsung menghubungi Papa dan Mama Tita.

The Poor Jane

Oleh:
Ini sudah larut malam, tapi Harold belum datang juga. Aku sampai lelah menunggunya. Sejak dua jam yang lalu, aku sudah duduk di bangku yang terletak di taman kota ini,

5 Hari Untuk Rania

Oleh:
Sudah 5 tahun aku mengembara di negara yang sebesar ini untuk mengejar sebuah mimpi besar yang sangat aku impikan. Ingin sekali rasanya aku pulang, tapi mimpi yang memaksaku untuk

Terima kasih Cinta

Oleh:
Waktu sudah menunjukkan tepat pukul 12 siang. Siswa–siswa pun segera berlarian dan memenuhi kantin sekolah dengan cepatnya demi mengisi perut–perut yang lapar. Demikian juga aku, aku segera pergi ke

Patah Hati Terhebat (Part 2)

Oleh:
Setibanya di kamar, tangisnya tak terbendung. Dia mengubur wajahnya di bantal dan berteriak sekencang-kencangnya, seakan-akan pita suaranya hampir keluar dari lehernya. Air mata membanjiri bantal kepalanya. Di titik ini

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *