Soledad

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 13 February 2016

Pria dengan kemeja putih yang amat rapi itu masih melangkah, menyusuri jalanan lengang sebuah kota yang hangus. Pria itu tak henti-hentinya mengingat kenangan. Melihat bangunan perumahan dan gedung-gedung yang terbakar menjadikan hatinya yang lemah itu begidik ketakutan. Ia semacam tak mampu menampung kesedihan. Ia berada di saat yang tidak tepat di kota itu: saat kota kesayangannya dirundung kisah paling sedih dalam sejarah bangsa.

Sungguh momen yang tak tepat. Sungguh momen mengenaskan. Ia masih meramu kenangan yang pernah dialaminya dulu. Hingga ia merasa hanyut dan ragu untuk kembali melangkah. Dalam pikirannya tetiba saja kosong, barangkali amat pedih untuk melanjutkan diri demi mengingat kenangan, juga langkahnya terasa berat, sungguh kedua matanya juga tak bisa menahan air mata. “Bukankah selalu kisah kesedihan yang dapat menjadikan manusia menjatuhkan air mata?” Tanya pria itu begitu saja.

Entah pada siapa. Sebab kota itu telah ditinggalkan penduduknya, kota itu kini kosong. Perlahan mengikuti abu-abu asap bekas bangunan yang terbakar, kota itu menjelma kenangan. Mengudara, menguap, lalu hilang, menyisakan puing-puing yang hangus. Pria itu sebenarnya juga telah tahu bahwa kebahagiaan juga dapat menjadikan manusia menjatuhkan air mata, namun pikirannya telah diselimuti kesedihan yang teramat. Membutakan perasaannya sendiri, rasa-rasanya tak akan ada kebahagiaan lagi yang akan ia temukan sepanjang akhir hayatnya.

Selalu ada kisah kesedihan dalam percintaan. Dan naasnya, pria itu akan selalu bersedih terkait masa silamnya tentang seorang wanita yang begitu ia cintai. Wanita bak sosok malaikat, dengan kulit yang memancarkan cahaya serta tatapan mata yang tajam memikat. Pantas saja, pria itu begitu tergila-gila pada daya tarik wanita itu. Dan tampaknya wanita itu juga membalas kasih dari sang pria. Saban malam tiba dua sejoli itu akan menelusuri jalanan kota -yang kini hangus- itu entah sekedar memandangi bola lampu kekuningan sepanjang jalan, entah hanya berjalan-jalan di malam hari, entah hanya melihat-lihat bangunan dan gedung kota itu, entah. Hanya mereka berdua yang tahu.

Sayangnya oh sayangnya. Orangtua dari sang pria tak pernah merestui hubungan pasangan yang sedang dimabuk asmara itu. Beda kasta keluarga, katanya. Maka suatu saat dipindahlah dengan paksa sang pria ke kota seberang. Sudah saya bilang tadi, hati pria itu lemah. Ia tak berani sedikit pun memberontak orangtuanya, ia tak berani memperjuangkan cintanya. Cinta mereka pupus, bukankah selalu akan ada kisah kesedihan dalam percintaan? Kandas begitu saja.

Beberapa bulan setelah itu terjadilah berita geger menimpa kota itu. Pembakaran, penjarahan, pembantaian massal, pemerk*saan, dan segala bentuk kekejian dilakukan orang-orang yang telah murka hatinya terhadap pemerintah. Kekesalan mereka lampiaskan dengan membakar segala bentuk bangunan yang terlihat megah. Maka pria itu akan ditimpa kekecewaan yang luar biasa sebab ia tak akan dapat melihat gedung yang indah-indah itu lagi. Beberapa lampu temaram juga telah mati, tanpa cahaya.

Segera setelah mendengar berita itu sang pria kembali mengunjungi kota itu, kota yang kini telah hangus. Sepi. Semua anggota keluarga yang lain telah dibantai. Namun ini tak terlalu menyedihkan sejak ia masih belum mengetahui keberadaan wanita pujaan hatinya. Ia segera mencari ke segala sudut kota yang hangus itu, pada setiap jalanan yang gelap, bau darah begitu menyengat hidung. Ia tak hentinya berfirasat hal buruk tentang kekasihnya. Kenangan yang pernah terjadi menyelinap bagai rol film yang berganti-ganti kisah. Saat hatinya bergetar pertama kali mengenal nama wanitanya. Saat keduanya mengarungi jalanan kota itu. Saat keduanya mengucap janji setia pada lampu-lampu temaram. Saat tetiba orangtuanya melarang keduanya bersama lagi. Segalanya. Segala bentuk kenangan menjadikan ia sedih tak terkira.

Ia berharap Tuhan mengabulkan doanya yang terakhir kali: ia hanya ingin menemui wanitanya. Lalu ia akan berbicara lebar tentang banyak hal, tentang betapa ia mencintainya, tentang permintaan maaf, tentang penyesalan-penyesalan keputusannya, juga tentang tidak keberaniannya. Barangkali jika Tuhan memberikan kesempatan kedua untuknya ia akan menentang kedua orangtuanya, memilih hidup menderita bersama wanitanya, lalu jika krisis kota ini terjadi maka mereka akan hanyut dan mungkin juga mati bersama.

Seteleh ia lelah mencari dan mencari ia yakin satu hal bahwa Tuhan sedang tidak ingin mengabulkan doanya. “Kenangan tentangmu akan tetap hidup dalam jiwa saya. Waktu tak akan mampu merubah betapa mencintainya saya padamu. Mengapa kamu meninggalkan saya?” Batinnya baru saja. Dari kejauhan aku memandangi pria itu, sibuk menerka-nerka. Bukankah pria itu yang sebenarnya telah meninggalkan wanitanya terlebih dahulu? Hingga aku yakin wanitanya telah pergi dengan membawa kebencian teramat dalam terhadap pria itu. Tangis pria itu telah mereda baru saja. Ia memejamkan mata, membayangkan wanitanya tetiba hadir di hadapannya.

Cerpen Karangan: Zen A. Ikram

ADVERTISEMENT

Cerpen Soledad merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Keabadian Cinta

Oleh:
“Aku sayang sama kamu,” ucap Kak Vincent perlahan dengan tatapan penuh kesungguhan. “A..a..akuu,” perkataanku dihentikan oleh jari telunjuk Kak Vincent yang menempel di bibirku. “Kamu nggak perlu jawab apapun,

Lembayung Perindu Mentari

Oleh:
Hari yang cerah, cukup untuk membuatku melupakan berbagai masalah percintaan dan kehidupan. Saat ini, aku hanya ingin berdua dengan-Nya. Menikmati hidup dan menceritakan semua keluhan yang aku rasakan. Cukup

Tentang kita

Oleh:
Dewasa adalah ketika kamu mampu menghargai apapun yang menjadi milikmu saat ini Dewasa adalah ketika kamu mampu memahami mana yang benar dan mana yang salah Dewasa adalah ketika kamu

Bahagia dalam Kesendirian

Oleh:
Aku ingin bahagia. Bahkan ketika aku sendirian. Corat-coret wanita itu di balik selembar kertas bon yang dia temukan dalam clutch-nya. Kedua bola mata hitamnya bergerak kesana kemari, membaca tulisannya

Cinta Yang Tertinggal (Part 2)

Oleh:
Akhirnya dokter pun sampai di ruangan Dimas. “maaf bu, biar saya cek dulu keadaan Dimas”. “iya dok”. “keadaan Dimas sudah membaik, tolong jaga pola makan dan istirahat Dimas” “iya

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *