Terseret Gelombang

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 28 May 2023

Dani berusaha melawan hempasan gelombang laut yang menggulung tubuhnya. Tapi dia tetap tak kuasa berkelahi dengan gulungan ombak yang secara beruntun berdatangan, walaupun dia bisa berenang. Dia mulai kesulitan bernapas, karena air laut sudah mulai memenuhi rongga napas dan paru-parunya. Tangannya menggapai-gapai, dia berusaha mencari sesuatu yang bisa dipegang. Namun apalah daya, posisi Dani bukanlah di tepi sungai atau danau, sehingga tak ada kayu dan batu ataupun sesuatu yang bisa diraihnya untuk menyelamatkan diri. Akhirnya Dani menghembuskan nafas terakhir tertelan gelombang. Jasadnya mengapung di atas permukaan laut saat ditemukan oleh tim SAR keesokan harinya.
Kejadian itu sudah terjadi dua tahun yang lalu.

Narti duduk di sebuah pondok di tepi Pantai Matras, pandangannya tertuju ke arah laut di mana dia melihat kekasihnya terakhir kali. Angin pantai menerpa ujung jilbabnya yang berwarna merah muda, sehingga riap-riap di sekitar baju dan wajahnya yang berbentuk opal.

Pondok-pondok terbuat dari kayu dan atap rumbia berjejer di sepanjang pantai yang berpasir putih. Pondok-pondok itu dibuat agar para wisatawan bisa bersantai dengan suasana alami. Dengan mengeluarkan uang lima puluh ribu wisatawan sudah bisa duduk bersantai di pondok sambil menikmati indahnya panorama laut.

Pada hari Minggu seperti saat ini suasana pantai riuh, karena banyak pengunjung yang datang. Anak-anak maupun orang dewasa banyak yang bermain dan berendam di air laut dekat bibir pantai. Sebagian besar dari mereka adalah wisatawan lokal yang ingin mengisi liburan di akhir pekan. Namun keriuhan suasana pantai itu tak mampu menepis ingatan Narti atas apa yang telah terjadi dengan Dani dua tahun yang lalu.

Baginya ingatan kematian Dani adalah sesuatu yang sudah terpahat kuat dalam hati dan memori di kepalanya. Jika yang mati terseret gelombang laut itu bukanlah Dani tentu urusannya akan lain. Mungkin bagi Narti itu hanyalah hal biasa, karena setiap orang cepat atau lambat pasti mengalaminya dengan jalan yang berbeda-beda, tak terkecuali juga dengan dirinya. Walaupun saat ini jazadnya masih bercokol di atas bumi, tapi dia merasa dirinya sudah mati. Semangat dan harapannya untuk melangkah ke masa depan perlahan-lahan memudar. Cita-citanya ingin membangun mahligai rumah tangga mawadah warahmah bersama Dani kandas di tengah jalan.
Kini semua cita-cita itu hanya jadi kenangan yang hingga kini masih terpahat dalam memorinya.

Sosok Dani yang sederhana serta rajin beribadah dan gemar mengenakan baju koko dengan celana tinggi sejengkal di atas mata kaki itu berhasil mengikat hati Narti. Bagi Narti sosok lelaki seperti Dani adalah tipe lelaki yang bisa menjadi imam bagi dirinya agar selamat di dunia maupun akhirat.

Sebenarnya banyak lelaki yang ingin mendekati Narti dengan harapan bisa menikahinya. Rata-rata dari mereka memiliki status sosial ekonomi di atas Dani. Namun Narti menolak, karena Narti yakin kebahagian tidak selamanya bisa dibeli dengan materi serta status sosial yang tinggi. Dalam menentukan calon suami Narti hanya berpegang dengan fatwa-fatwa dan dalil-dalil agama. Dia yakin dengan cara itulah kebahagian hidup yang hakiki bisa dicapai. Karena baginya dalil-dalil yang ada di kitab suci tidak mungkin berbohong.

Narti merubah posisi duduknya dengan cara meluruskan kedua kakinya di atas lantai pondok yang terbuat dari rakitan kayu bulat. Dia menghela napas, menghirup angin yang membawa aroma laut. Pandengannya menatap jauh ke arah sekelompok burung camar yang menukik menyambar ikan di tengah laut.

Perkenalan Narti dengan Dani terjadi ketika Mereka sama-sama menjadi guru. TPA di sebuah masjid di Kampung Suka Damai. Dani bukanlah penduduk asli Kampung Suka Damai, namun dia pendatang dari daerah di ujung Pulau Sumatera. Karena seringnya bertemu dan berbincang di tempat anak-anak TPA, Narti dan Dani bisa saling mengenal watak masing-masing, sehingga tumbuhlah rasa cinta di hati mereka berdua.

ADVERTISEMENT

Ketika hubungan mereka semakin dekat, Dani pun mengajak orangtua dan keluarganya yang ada di ujung Sumatra untuk melamar Narti di Kampung Suka Damai yang terletak di pulau Bangka—pulau kaya akan logam timah. Lamaran Dani diterima dengan senang hati oleh keluarga Narti. Rencana acara pernikahan dan resepsinya pun diatur, yaitu tiga bulan lagi, terhitung dari hari lamaran.

Dua hari menjelang keluarganya pulang ke ujung Sumatera, Dani mengajak mereka untuk berekreasi ke Pantai Matras. Dani ingin melepaskan rasa rindunya kepada keluarganya lantaran sudah lebih dari lima tahun dia tidak melihat rupa serta wajah orangtua serta saudara-saudaranya. Sedangkan bagi orangtua dan saudaranya, mereka sambil berekreasi sebelum pulang ke daerahnya.

Narti dan Dani duduk santai di lantai pondok sambil menikmati hembusan angin dan indahnya panorama Pantai Matras. Pembicaraan mereka masih pada seputar rencana pernikahan yang akan digelar tiga bulan ke depan.

“Tolong… tolong… tolong…!” Tiba-tiba salah seorang keponakan Dani berlari tergopoh-gopoh minta tolong.
“Ada apa, Did?” tanya Dani kepada keponakannya
“Andri hilang tenggelam, Om,” jawab Adit dengan napas ngos-ngosan karena habis berlari.

Dengan bergegas Dani melepaskan bajunya, sehingga dia hanya mengenakan celana pendek. “Aku pergi dulu,” katanya kepada Narti.
“Jangan Dan, suruh orang lain aja menolongnya, aku khawatir terjadi apa-apa dengan kamu. Kalau terjadi apa-apa gimana nanti, Dan, bisa berantakan rencana pernikahan kita,” kata Narti
“Tidak bisa, Narti aku harus menolong keponakanku, dia masih kecil. Mereka datang ke Pantai ini disebabkan karena kita juga.”
“Tapi, Dan, keponakanmu sudah tenggelam. Kamu tak bakal sempat lagi menolongnya,” balas Narti penuh khawatir.

Tanpa mengindahkan kata-kata Narti lagi, Dani pun bergegas menuju ke arah tempat keponakannya yang bernama Andri tadi mandi-mandi.

Ternyata itu adalah hari terakhir Narti melihat dan berbincang-bincang dengan kekasihnya. Hari-hari berikutnya dia hanya berteman dengan kenangan yang membuat hatinya dilanda kepiluan tanpa batas. Dia sendiri tidak tahu kapan rasa pilu dan sedih itu akan meninggalkan dirinya. Hingga kini, Narti masih menutup diri dari laki-laki manapun, karena kenangannya bersama Dani masih terpatri dengan kuat di hatinya.

Narti baru menyadari dia sudah berjam-jam duduk melamun di pondok dekat pinggir pantai, setelah mentari mulai melemah menebar sinarnya di seputaran pantai. Angin pantai tak lagi bertiup kencang membelai kulit wajahnya yang putih. Orang-Orang yang dia lihat ada di pinggir pantai siang tadi, sekarang sudah berganti dengan orang lain yang ingin menikmati keindahan matahari terbenam. Burung-burung camar yang tadi riuh memangsa ikan sekarang sudah pulang ke sangkarnya. Narti meninggalkan pondok di tepi pantai itu dengan membawa butiran air mata yang dia rasakan masih menempel di ujung pipinya. Dia masih merasakan kejadian yang menimpa kekasihnya dua tahun yang lalu bagaikan baru terjadi kemarin***

Cerpen Karangan: Al Arudi
Blog / Facebook: Al Arudi

Cerpen Terseret Gelombang merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Tuhan, Mengapa?

Oleh:
Tangis ini dimulai di pagi hari yang indah. Saat pacarku Zarry dikabarkan terlibat kecelakaan mobil. Kini mobil yang ia kendarai hancur tak berbentuk, bahkan kini ia kritis. Karena ini

Cinta Terdalam

Oleh:
Ketika polisi tiba di tempat itu, mereka hanya menemukan 2 jasad yang telah mati. Dua-duanya dengan luka tusuk tepat di jantung. Darah menggenang di sekitarnya. Keduanya terbaring berdampingan, dengan

Sebuah Lagu Adalah Perasaanku Untukmu

Oleh:
Malam itu, felly diam memandang foto seorang cowok yang sangat dia cintai. Dia adalah awan, cowok yang dia kenal beberapa bulan yang lalu. Mereka menjalin hubungan yang serius tapi

Dua Jam Yang Lalu

Oleh:
Pada jam istirahat tampak ramai sekali di depan kantor SMA Tunas Bangsa, Jakarta Timur, terlihat para Siswa dan Siswi tengah berebut untuk melihat suatu pengumuman yang tercantum di mading

Thank You For Your Love

Oleh:
Maybe yes… Maybe no. Itu hanya sebuah jawaban singkat yang selalu terlontar dari mulutku untuk menjawab segala pertanyaan Nia. Bagaimana bisa ku berikan satu jawaban yang pasti atas pertanyaan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *