Wanita Berkerudung Hitam

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 20 January 2016

Jam menunjukkan pukul empat sore, seorang wanita yang telah menyandang status seorang istri dari pria yang bekerja sebagai pemburu berita kini sedang sibuk menyediakan hidangan makan malam untuk sang suami. Terpancar senyum nan penuh penantian di wajahnya, hari ini dia memasak menu khas betawi salah satu makanan favorit pria yang menjadi imamnya mulai terhitung sebulan yang lalu tersebut.

Dan tak hanya menyiapkan hidangan makan malam wanita yang kesehariannya dipanggil None ini juga membersihkan seluruh sisi rumahnya sehingga bersih tanpa ada debu dikarenakan alergi suaminya terhadap debu. None sangat menikmati peranya sebagai seorang istri, terlihat jelas dari sikapnya yang selalu berusaha menjadi yang terbaik di kehidupan rumah tangga yang baru dibangunnya.

Karena hanya satu harapannya semua ini akan berjalan baik dari awal sampai akhir yang memisahkan mereka, tidak hanya None semua pasangan mengharapkan yang sama. Setelah semua pekerjaan rumahnya beres None pun bergegas membersihkan diri dan segera menuju halte yang berada di persimpangan yang tak jauh dari rumahnya. Di perjalanan menuju halte para tetangga pun menyapa hangat dan None pun membalas dengan senyuman yang penuh kebahagiaan itu.

Kegiatan ini dilakukannya setiap hari dan para tetangga serta pedagang sekitar sudah terbiasa dengan keromantisan pasangan baru tersebut. Sesampai di halte None duduk di sudut halte dan memesan sepiring rujak buah langganannya yang nangkring di area halte, “ini Non rujak dengan mangga muda doublenya.” ujar si akang rujak, None pun menyantap rujak yang dia pesan setiap menunggu kepulangan sang suami.

Waktu pun berjalan sepiring rujak yang disantap pun sudah habis tak bersisa, bus pun sudah terhitung enam kali berhenti di halte tersebut namun sang suami tak kunjung terlihat. None tak henti melihat jam berwarna merah yang terpasang cantik di tangannya yang merupakan hadiah atas calon buah hati yang dikandungnya, akang rujak pun menghampiri None menjeput piring rujaknya dan menerima bayaran sepiring rujak yang dimakan None.

“udah gelap gini si Mas belum pulang juga ya?” tanya akang rujak.
“iya ni Kang, nggak biasanya begini.” jawab None dengan wajah khawatir. Tak lama pun petir pun bergemuruh yang menandakan akan hujan, None pun bergesas pulang dan memutuskan menunggu suaminya di rumah.

Sesampai di rumah None pun dikejutkan dengan sebuah pesan suara dari telepon rumahnya yang mengabarkan kabar duka kepadanya, kakinya yang terbiasa berjalan setiap hari menuju halte menanti kepulangan suaminya ini tak mampu menopang tubuhnya yang lemas tak berdaya. Tak lama kemudian sang ibu dan mertuanya pun sampai di rumah mungil yang dihuninya tersebut memeluk erat tubuh None yang kaku tanpa irama. Mulutnya tak mampu berkata dan matanya pun seolah tak dapat berkedip. Suatu kenyataan pahit yang harus diterimanya, tepat sebulan pernikahannya dia harus kehilangan suaminya akibat kecelakaan pada saat bekerja.

Kini None hanya tinggal berdua dengan calon buah hati yang dikandungnya, sesekali ibu dan mertuanya pun menghampiri namun tak diperbolehkan tinggal bersamanya. Sang ibu harus menerima keputusan putrinya untuk tinggal sendiri dengan pilu hati yang sangat dalam, karena sang ibu percaya putrinya akan bangkit dengan caranya sendiri dan tak akan menyia-nyiakan apa yang berharga bagi dirinya.

Semenjak kematian suaminya None pun tetap melakukan kegiatan kesehariannya seperti saat masih ada keberadaan suaminya, mulai memasak, membersihkan rumah dan menunggu di halte setiap sorenya. Penduduk sekitar pun memahami kondisi None dan memberi dukungan moril kepadanya, para tetangga pun memperhatikan None dengan baik dan sang ibu pun selalu menjalin komunikasi dengan para tetangga untuk mengetahui kabar putri malangnya.

Namun tak seperti biasanya hari ini None sudah duduk di halte pada pagi hari, jam pun baru menunjukkan pukul lima pagi, matahari pun masih enggan memancarkan sinarnya. Noni hanya duduk terdiam membisu di sudut kursi halte. Tak lama kemudian jalanan pun sudah dilewati oleh penduduk sekitar yang akan memulai aktivitas, hanya bingung dan terdiam yang mereka lakukan dengan melihat keberadaan None di halte tersebut tak satu pun berani mendekati sang calon ibu yang malang. Namun tak lama kemudian kondisi bisu ini pun bersuara ketika ada seorang pria yang sedang melakukan lari pagi melewati halte mendekati None.

ADVERTISEMENT

“Tumben hari ini pagi-pagi sudah di halte?” dengan wajah iba pria ini bertanya.

None pun hanya diam seolah tak mendengarkan pertanyaan pria yang ternyata teman satu sekolahnya ketika duduk di bangku SMA. Sang pria hanya duduk di sebelah None menantikan sepatah kata yang mungkin dilontarkan dan mencoba merasakan kepedihan yang dirasakan wanita cinta pertamanya. Tak lama kemudian bibir None pun bergetar dan kepalanya pun mulai terangkat kokoh yang semulanya menunduk dan menatap pria tersebut dan berkata.

“Selama ini aku hanya menanti kepulangan suamiku namun hari ini aku akan mengantarkan kepergiannya.” kalimat ini pun diucapkan dengan deraian air mata.

Cerpen Karangan: Amellya Aldem
Facebook: amellya_aldem[-at-]yahoo.com

Cerpen Wanita Berkerudung Hitam merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Antara Cinta dan Benci

Oleh:
Malam itu terasa begitu sunyi, hanya ditemani bintang-bintang yang tersenyum memancarkan sinarnya, aku duduk di sebuah kursi yang berada di taman, terdiam meratapi cerita kehidupan yang telah merenggut semangat

Perasaan Terpendam

Oleh:
Persahabatan itu indah, hari-hari Chelly menjadi penuh warna dengan adanya para sahabat-sahabatnya. Hari itu tepatnya sedang libur sekolah dan Chelly berlibur di Kota Makasaar. Disana Chelly memiliki banyak sahabat

Definisi Cinta

Oleh:
“Pagi Sayang” sapa Zuhair pada kekasih tercinta nya melalui SMS. “pagi juga sayang, sudah sarapan apa belum” jawab kekasih zuhair yang tidak lain adalah Tata. Mereka berdua telah menjalin

Kegagalan

Oleh:
Perlahan ku buka sampul binder dari dalam tumpukan baju dalam lemari ku. Di lembar pertama terlihat jelas tulisan lamaku, sebuah kisah luka dengan gambar “Teddy Bear” di pojok kanan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *