Dilema; Tentang Kesatuan Yang Rumit (Part 1)
Cerpen Karangan: KiranaKategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Cinta Segitiga
Lolos moderasi pada: 9 July 2023
Aku disini, di kamar seorang gadis yang sejak tadi mengerutu sebal saat kedua orangtuanya membicarakan tentang perjodohannya. Sementara aku ditugaskan untuk membujuk gadis itu agar mau menerima jodoh pilihan orangtuanya. Sulit memang, namun aku harus tetap melakukanya. “Gila gak sih Nay? Masa aku mau dijodohin sama cowok yang gak aku kenal, siapa tadi namanya? Ah Hendra” ucap Erina kembali menggerutu.
“Emang gak masuk akal sih, tapi saranku kenapa gak kamu temui dulu orangnya, kan siapa tau kamu jadi suka” jawabku memberi saran. Erina mulai berfikir. “Kalau aku tetap gak suka gimana?” protesnya. “Nanti aku bantu kamu biar perjodohan ini dibatalkan” jawabku yakin, meski dalam hati aku begitu ragu. Erina mengangguk menyetujui usulanku.
Terdengar bunyi notifikasi dari ponselku. Aku meraih ponselku, membuka pesan yang membuat aku tak kuasa menahan senyuman. “Cieee.. pasti dari Eka” ucap Erina berkomentar. Aku mengangguk. “Eka ngirim kamu puisi lagi?” tanya Erina, ia sudah tau jika Eka tak pernah absen mengirimku puisi indah setiap malam minggu. “Beruntung banget sih kamu Nay, kapan kamu mau mengenalkan Eka padaku?” tanyanya.
Aku memang belum pernah mengenalkan Eka pada Erina dan keluarganya, bahkan menunjukan fotonya pun belum pernah karena Eka tidak suka difoto. “Kalau sekarang sekarang belum bisa kak, Eka sibuk menyusun skripsinya, aku saja jarang bertemu denganya” jawabku. Erina mengangguk paham.
Sejak pagi semua orang dalam rumah besar keluarga Prasetyo sibuk mempersiapkan kedatangan keluaraga Hardinata untuk membicarakan perjodohan Erina dan Hendra. Tak terkecuali aku. Membuat kue, membersihkan rumah, memasak, sampai mendandani Erina telah aku lakukan. “Nay aku gugup sekali” ucap Erina.
Aku menuntun Erina menuruni tangga menuju sekumpulan orang yang berbincang akrab di ruang tamu. Mataku tak sengaja menangkap sesosok pria yang sangat aku kenali. Pria itu tak kalah terkejut menatap keberadaanku disana. Namun ia hanya diam. “Nah Erina, ini Mahendra Eka Hardinata, calon suamimu” ucap pak Prasetyo, ayah Erina. Aku tak kuasa menahan air yang membendung di pelupuk mataku. Dia memang Eka. Dari sekian banyak pria di dunia ini kenapa harus Eka. Tak kusangka pria yang aku cintai malah mengkhianatiku.
Aku mengunci diriku di dalam kamar. Menangis dan menahan isakanku agar tidak terdengar orang lain. Menumpahkan segala rasa kecewa. Kenyataan ini begitu menyesakan untuk aku terima.
Aku menjalani aktifitas di Cafe seperti biasa. Ya aku memang berkerja di Cafe setiap hari Senin sampai hari Jumat. Namun semangatku hilang seiring kedatangan Eka menemuiku. Selama tiga hari terakhir aku selalu menolak semua panggilanya, mengabaikan pesan pesannya dan kini ia malah datang ke tempatku.
“Tidak ada yang perlu dijelaskan” ucapku ketus tak seperti biasanya. Kedatanganya kini malah membawa luka bukan bahagia. “Maaf Nayra, itu semua bukan keinginanku, orangtuaku memaksaku, tapi aku akan berusaha untuk meyakinkan mereka bahwa aku hanya mencintai kamu” jelasnya dan itu berhasil membuatku sedikit lega.
Seperti biasa aku dan Erina berada di kamar balkon, membicarakan banyak hal. “Nayra, waktu itu kamu pernah menyarankan aku untuk menemui dia dulu dan kalau aku tidak suka kamu akan membantuku membatalkan perjodohan ini kan?” ucap Erina memulai pembicaraan. “Sepertinya itu tidak perlu” lanjutnya. Aku mengerutkan dahiku “Kenapa?” tanyaku. “Aku menyukai dia Nay, aku tidak pernah menyukai seseorang sedalam ini selain pada Hendra, mungkin aku jatuh cinta padanya” ucap Erina girang dengan wajah yang berbinar. Belum pernah aku melihatnya sebahagia itu sebelumnya.
“Nay kenapa kamu diam, apa ada masalah?” tanyanya saat melihat reaksiku. “Tidak apa apa” jawabku memaksakan senyuman. “Nayra, kamu kan sudah mengenal Hendra, lalu kapan kamu akan mengenalkan Eka kepadaku?” tanya Erina, ia tidak tau saja jika Hendra dan Eka adalah orang yang sama. “Mungkin lain kali kak, Eka masih sibuk dengan skripsinya” jawabku mengarang.
Tiga puluh menit aku dan Eka duduk di tepi dermaga tanpa ada percakapan diantara kita. Aku yang sengaja mengundangnya sore sore begini, ada yang ingin aku bicarakan dengan dia. “Aku…” ucap kami berbarengan, entah kenapa bisa seperti itu. Aku membiarkannya bicara terlebih dahulu “Aku telah berbicara pada orangtuaku mengenai kita, mereka tidak masalah aku menikah dengan siapapun” ucapnya. “Mereka ingin bertemu denganmu Nay” lanjutnya.
“Sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita” ucapku. Terlihat raut terkejut diwajahnya. “Kenapa?” tanyanya. “Erina menyukaimu, aku tidak pernah melihat dia sebahagia itu saat membicarakan tentangmu, bagiku kebahagiaanya lebih penting” jawabku. “Meski kamu harus mengorbankan kebahagiaan kamu?” tanyanya. Aku mengangguk.
“Kamu egois Nay, kamu hanya memikirkan kebahagiaanya saja, kamu tidak memikirkan kebahagiaan kita, sadarkah kamu bahwa disini aku juga terluka” ucapnya setengah membentak menahan emosi. “Kamu lebih egois Ka, kamu hanya memikirkan kebahagiaan kamu dan aku saja, kamu tidak memikirkan kebahagiaan Erina dan keluarganya, bahkan kamu tidak memikirkan kebahagiaan keluargamu” ucapku tak kalah membentak.
Air mataku jatuh begitu saja, kenyataan ini terlalu pahit untuk aku telan. “Aku mohon Eka, Erina dan keluarganya sudah terlalu baik padaku, mereka telah mengadopsi aku dari panti asuhan dan membesarkanku. Aku mohon mengertilah” ucapku memohon. “Terserah, jika itu yang kamu inginkan, biarlah kisah kita berakhir sampai disini” ucap Eka pasrah. Menyakitkan memang, merelakan orang yang kita cintai demi orang yang mencintai kita.
“Nayra, aku ingin memelukmu untuk yang terakhir kalinya” pintanya. Kami berpelukan diatas dermaga itu, mengucapkan salam perpisahan. Dermaga menjadi saksi bisu berakhirnya kisah yang terjalin diantara kita. Tanpa kami sadari, ada sepasang mata yang memandang kami penuh kecewa.
“Kemana saja kamu?” tanya Erina ketus begitu aku pulang. Tak biasanya ia berbicara dengan nada tidak bersahabat seperti itu. “Aku kan baru pulang kerja kak” jawabku seadanya. “Kerja? Ini yang kamu sebut kerja?” ucapnya sambil menyodorkan ponselnya di depan wajahku. Terlihat fotoku dengan Eka yang sedang berpelukan di tepi dermaga. Aku tidak tau darimana ia mendapatkan foto itu. “Bagus Nayra, jadi ini balasan atas segala kebaikan yang telah aku dan keluargaku berikan?” bentak Erina ia telah tersulut amarah.
“Aku bisa jelaskan kak” ucapku. “Semuanya sudah jelas Nay, kau telah mengkhianatiku” jawab Erina masih dengan nada membentak. “Pergi kamu dari rumah ini! Aku muak melihat wajahmu” lanjutnya. “Baiklah, jika itu yang kakak inginkan aku akan pergi, tapi perlu kakak tau jika tak pernah terlintas di benakku untuk mengkhianati kakak” ucapku seraya beranjak ke kamarku untuk mengemas barangku.
Malam itu aku benar benar pergi bersama rasa sakit yang masih terasa. Tidak ada yang mencegahku, bapak dan ibu Prasetyo sedang tidak ada di rumah. Aku tidak tau harus kemana sekarang. Aku tidak punya seorang kerabat pun yang bisa aku kunjungi. Langit seolah mengerti kesedihanku dengan menurunkan hujan yang begitu deras. Aku berjalan tanpa tujuan dibawah derasnya hujan. Setidaknya tidak ada yang tau jika aku sedang menangis. Sekarang kemana aku harus pergi.
Aku memegangi kepalaku yang terasa sakit, akhir akhir ini aku sering merasakan sakit kepala. Mungkin karena akhir akhir ini aku terlalu banyak fikiran. Malam itu aku memutuskan untuk kembali ke panti asuhan tempat aku dibesarkan sebelum diadopsi oleh keluarga Prasetyo. Empat bulan yang lalu bapak dan ibu Prasetyo datang dan menjemputku pulang, tapi aku menolaknya karena masih merasa tidak enak pada Erina. “Kak Nayra, ada yang ingin bertemu dengan kakak, mereka sudah menunggu di ruang tamu” ujar Putri salah satu anak yang tinggal di panti asuhan ini.
Aku tertegun melihat Eka yang menungguku di ruang tamu, ia datang bersama dengan Erina. Erina memelukku erat begitu kami berpapasan, ia menangis mengucapkan maaf secara berulang ulang. “Maafkan aku Nayra, maafkan aku yang tidak tau jika Hendra dan Eka adalah orang yang sama” ucap Erina di sela tangisnya. “Sudahlah kak itu sudah berlalu, lagi pula aku tidak apa apa” jawabku. Ia mengurai pelukanya.
“Apa kabar Nayra?” tanya Eka. “Aku baik baik saja Eka, bagaimana denganmu?” tanyaku. “Aku tidak baik baik saja Nay, selama lima bulan terakhir aku mencarimu kemana mana, aku bahkan selalu mencarimu di tempat kerjamu, tapi aku tidak menemukanmu, dan ternyata kamu ada disini” jawabnya. “Selamat ya” ucapku. “Untuk apa?” tanya mereka berbarengan. “Selamat atas pernikahan kalian” jawabku. Eka dan Erina saling tatap, namun sejurus kemudian keduanya tertawa terbahak bahak dan itu membuatku bingung.
“Aku masih belum menikah Nayra” ucap Eka disela tawanya. “Kenapa?” tanyaku heran. “Bagaimana aku bisa menikah sementara mempelai wanitanya masih ada disini” jawab Eka dengan senyum manis dan tatapan genit yang ia lontarkan. Eka masih belum berubah sejak dulu. “Kamu tidak perlu khawatir Nay, kini kami hanya berteman, aku tidak akan merebutnya darimu” tambah Erina dengan senyum tulus yang ia tampilkan.
Sejak pagi semua orang dalam rumah besar keluarga Prasetyo sibuk mempersiapkan kedatangan keluaraga Hardinata. Kini bukan untuk membicarakan perjodohan Eka dan Erina melainkan untuk membicarakan pernikahan aku dengan Eka. Sudah tiga bulan sejak mereka menjemputku agar kembali ke rumah keluarga Prasetyo. Aku menatap wajahku di cermin. Erina telah mendandaniku menjadi lebih cantik malam ini. Namun jantungku kini berdegup lebih cepat dari biasanya. “Kak aku gugup sekali” ucapku pada Erina. Ia tersenyum menanggapi ucapanku. “Ayo kita turun, Eka sudah menunggumu” ajak Erina.
Erina menuntunku menuruni tangga menuju sekumpulan orang yang berbincang akrab di ruang tamu. Sekilas aku melihat Eka yang memandang takjub ke arahku. “Seharusnya kami menikahkan Erina dengan Hendra tapi dia malah memilih Nayra, maafkan aku Pras” ucap pak Hardinata tidak enak hati. “Tidak apa apa Har, Nayra juga putri kami, dan kami menyayanginya seperti kami menyayangi Erina, kami tidak pernah membeda bedakan mereka” ucap pak Prasetyo. “Lagipula baik dengan Erina atau pun Nayra, kita tetap berbesan kan?” tambah bu Prasetyo.
“Nayra kamu sangat cantik, pantas saja aku sayang” ucap Eka tiba tiba entah dia sadar atau tidak mengatakan itu di hadapan orang banyak. Perkataan Eka berhasil membuat pipiku merona. Tentu saja itu mengundang gelak tawa semua orang yang ada di ruang tamu itu. Dan pada akhirnya kisah cintaku yang rumit berakhir dengan bahagia.
Cerpen Karangan: Kirana
Blog / Facebook: Kirana
Yuk Guys Baca Juga Sequel Dari Cerita Ini !
Cerpen Dilema; Tentang Kesatuan Yang Rumit (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Kirana, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Senja Terakhir
Oleh: Ilham SullivanTerkadang, aku merasa menjadi bukan diriku. Apalah artinya jika senyatanya hidup adalah topeng palsu di balik tubuh yang hilang akan sukmanya. Ketika nafas yang ku hirup hanyalah sebuah teori
Dear Nina
Oleh: NirwanaMedan, 29 Oktober 2017 Kepada: Yth Nina Di rumahnya. Dear Nina, Maaf jika suratku terlalu formal. Aku kurang mengerti bagaimana sebenarnya cara yang tepat bicara pada seorang wanita yang
Deo: Pahlawan Terbesarku
Oleh: Dwimetrius W. Utomo“Teeeeeet, teeeeet, teeeet, teeeeeet…” alarm handphone milik Deo yang terdengar seperti alarm tanda bahaya seperti di film-film Hollywood menandakan sekarang sudah jam 6 pagi. Dengan mata yang masih belum
Ku Minta Kau Mendua
Oleh: Sintyawati“Hatiku yang merasakan kejenuhan ini. Saat ku tak mampu tuk membuatmu bahagia. Pikirku yang tak wajar mengharapkan dirimu. Berbagi cinta dengan yang lain, tak mengapa mungkin hati kan terima.
Bukan Rio Tapi Sureno
Oleh: Mayangsari Purwaningsih— Rissya P.O.V — “KYAAAA… Kak Rio! Jangan gangguin gue mulu bisa kan!” bidik ku pada sosok kakak kelas yang setiap hari membuat mood-ku turun. “gak bisa deh! Bisa
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply