Pengkhianat

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 26 January 2016

Aku tak menyangka ini terjadi, aku tahu aku yang jahat, akulah yang bersalah, dan akulah setan antara hubungan sahabatku dengan pacarnya. Sahabatku maafkan aku jika aku telah merusak hubunganmu. Aku khilaf, namun aku tak mau munafik, aku juga sama mencintai pacarmu dan aku ingin memilikinya.

“Kenapa melamun terus Tan, entar kesambet loh.” Sahabatku membuyarkan lamunanku, bukannya merespon aku malah bengong menatapnya. “INTAN!!!” Dia berteriak tepat di telingaku. “Eh ada apa?!” aku pun segera terperanjat, dia hanya memanyunkan bibirnya memalingkan wajahnya.
“Jangan monyong gitu napa, entar tante bebek kalah saing loh.” Aku pun mencolek dagunya.
“Enak aja emang aku apaan.” Dia menimpuk kepalaku menggunakan bukunya, “Aku pengen curhat Tan.” Dia pun segera memasang wajah sedih. “Kenapa ada masalah lagi dengan Aldinya?” Dia hanya mengangguk. “Aku berpikir dia punya yang lain Tan, dari sikap yang ia tunjukan sudah terbaca.” Dia mulai terisak dan akhirnya menangis di dadaku, aku hanya mengusap-usap punggungnya.

Siska dugaanmu memang benar, Aldi memang telah punya selingkuhan, dan selingkuhanya aku sahabatmu sendiri, akulah sesosok iblis yang telah mencuri hati Aldi, maafkan aku Siska tapi aku juga mencintai Aldi, maafkan aku sahabat. Sudah 2 bulan aku menjalin hubungan terlarang dengan pacar sahabatku, semua berawal ketika kami pulang dari rumah Siska ketika Siska jatuh sakit, saat itu Ayahku tak bisa menjemputku, namun Siska menyuruh Aldi mengantarkanku pulang, di tengah perjalanan kami kehujanan karena Aldi memakai motor, kami memaksakan diri berteduh di sebuah warung, aku menggigil karena kedinginan akhirnya Aldi memberikan jaketnya padaku, namun tetap saja aku kedinginan, Aldi pun merangkulku saat itulah perasaan aneh muncul.

“Masih kedinginan?” dia pun tersenyum dan pandanganya menembus mataku, aku pun hanya menggelengkan kepala.
“Tan aku mau mengatakan sesuatu padamu, tapi kamu jangan marah ya.”
“Mau bicara apa Al?” aku pun menatapnya ragu, dia pun memegang tanganku erat-erat.
“Aku sayang padamu Tan, jujur aku lebih tertarik padamu, karena sifatmu yang dewasa dan kau lebih baik dari Siska.”

Aku pun tersentak kaget, aku hanya bisa diam tak tahu harus berkata apa, hati aku bersorak bahagia karena dia menembakku, tapi di sisi lain aku tak mungkin mengkhianati sahabatku sendiri. “Al aku juga mencintaimu, tapi aku tak mungkin mengkhianati Siska, dia sahabatku Al.”
“Tan, kita bisa hubungan diam-diam di belakang Siska.” Aku bimbang tak tahu harus bagaimana, aku juga ingin memiliki Aldi. “Iya aku mau menjadi yang kedua di hatimu, tapi aku mau jadi yang diutamakan.” kejamkah aku berkata seperti itu, aku kini telah menjelma menjadi Evil Pengkhianat.

Aldi segera memelukku dan membisikkan kata cinta secara berulang-ulang, dosakah aku Tuhan melakukan ini pada sahabatku sendiri. Semenjak saat itu Aldi berubah pada Siska, sikapnya menjadi acuh dan dingin karena memang aku yang memintanya, aku pun selalu jalan bareng dengan mereka berdua ke mana pun tapi Aldi tak seromantis dulu pada Siska, terutama saat Siska masuk rumah Sakit aku dan Aldi malah jalan-jalan dengan bebas, Aldi sering menjauhi Siska dan tak pernah memperhatikanya lagi, sikap Aldi selalu mengutamakanku. Siska sering menangis dengan sikap Aldi yang berubah derastis, semua itu perbuatanku Sis, aku yang merebut perhatian dan kasih sayang Aldi, aku memang jahat Sis.

Di Rumahku..
Malam ini adalah malam minggu, saatnya bagi muda-mudi bersuka cita dengan aktivitas masing-masing entah dengan teman-temannya atau pacarnya sendiri, malam ini pun aku telah menanti seseorang, yang tidak asing lagi yakni Aldi. Aku pun menunggu di teras rumah, tak lama kemudian dia pun datang, malam ini dia sungguh tampan mengenakan kemeja biru bercorak hitam dan topi putih yang membuat penampilannya makin cool.

“Sayang maaf ya lama.” dia pun mencium tanganku, “Sudah siap?” Aku pun mengangguk dan segera mengikuti langkahnya lalu masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan aku hanya terdiam, pikiranku kacau entah karena aku mulai tak enak dengan hubungan gelap ini atau karena aku memikirkan Siska yang tergolek di rumah sakit sementara pacarnya akan bersenang-senang dengan selingkuhannya.

“Sayang, apa kamu tahu Siska menderita penyakit apa hingga ia kadang harus masuk rumah sakit?” Dia pun tiba-tiba bertanya namun matanya tetap fokus menyetir. “Aku juga gak tahu sayang, Siska belum pernah cerita, setiap kali di tanya dia hanya bilang sakit biasa.” dia hanya mengangguk-angguk kepalanya.
“Besok kita tengok yuk, sudah 3 hari dia di rumah sakit tapi belum pernah kita kunjungi,” Lanjutku. “Iya, sekarang lebih baik kita menikmati malam ini berdua,” Kami pun kembali terdiam.
Malam ini kami mengunjungi beberapa tempat, awalnya kami makan di sebuah resto lalu nonton di bioskop, kami melakukan berbagai hal malam ini dengan bahagia tentu saja romantis seakan tak ada yang bernama FRANSISKA antara kita, padahal mungkin saat ini dia sangat membutuhkan perhatian Aldi, tapi aku malah mengajaknya bersenang-senang.

ADVERTISEMENT

Di Hospital.
Hari ini memang sudah direncanakan untuk menengok Siska, kami pun segera menuju kamar rawat Siska, namun hati ini seakan ada sesuatu yang mengganjal, saat kami masuk ku lihat tubuh seorang gadis yang telah ku sakiti begitu kurus dan pucat, Siska sebenarnya apa yang terjadi padamu. “Eh kalian ternyata datang.” Senyumnya benar-benar membuatku malu. “Siska bagaimana keadaanmu sekarang?” Aku pun segera meletakkan keranjang buah yang sengaja kami beli di supermarket. “Aku baik-baik aja kok, besok juga pulang, kenapa kangen ya.” dia sedikit tertawa.
“Iya sayang aku kangen kamu, sebenarnya kamu sakit apa?” Aldi pun memegang tangan Siska, rasanya hatiku seketika hancur, harusnya aku sadar kalau Siska pacar asli Aldi dan aku hanyalah pacar gelapnya.

“Aku hanya sakit biasa kok, Mama aja yang lebay pake masukin aku ke rumah sakit.” Walaupun suaranya lemah, namun dia masih tetap ceria. “Sayang cepat sembuh ya, aku mengkhawatirkanmu dan aku rindu ocehanmu.” Aldi pun mengusap-usap pipi Siska dengan lembut.
“Lebay deh, aku bakalan sembuh kok lihat kan aku masih seperti biasanya.” Siska pun mencubit hidungnya Aldi.
“Maaf ya jika kami baru datang, maklum aku sibuk dengan kegiatan basketku dan Intan sibuk dengan kegiatan OSIS.”
“Hahaha, mukanya gak usah melas gitu jelek, aku ngerti kok kalian sibuk.” Dia masih bisa tertawa meski kini tubuhnya lemah. Mereka saling bercanda mesra, aku tak sanggup lagi melihatnya. “Eh, sepertinya aku harus pergi takut ganggu.” Aku pun segera meninggalkan ruangan itu, aku berlari sekencang mungkin.

Saat sampai di taman rumah sakit aku pun menangis, mengapa aku harus merasa cemburu dan marah, harusnya Siska yang cemburu dan marah padaku, karena akulah yang merebut Aldi darinya. Setelah selesai menangis aku segera menuju parkiran mobil, di sana sudah ada Aldi, ia segera menghampiriku. “Kamu kenapa sayang, habis nangis ya.”
“Aku hanya ingin pulang sekarang juga!” Kami pun segera pergi meninggalkan rumah sakit, saat sampai di depan rumahku, Aldi segera memelukku dengan erat.

“Maafkan aku.”
“Gak apa-apa kok Al, memang sewajarnya dia adalah pacar asli kamu.”
“Tapi aku sangat menyayangimu Tan.”
“Biarkan aku pergi, aku hanya ingin menenangkan diriku sejenak.”
Aku pun segera berlari ke dalam rumah dan menuju kamarku, di dalam kamar aku menangis sejadi-jadinya.
“Tuhan aku mencintainya tapi aku tak ingin menyakiti sahabat ku!!!”

Di Kelas.
Aku duduk termenung di bangkuku, perasaan dan pikiranku benar-benar kacau, semalaman menangis malah membuat kepalaku mau pecah. “Dooor!!!” seseorang mengagetkanku dari belakang. “Sika!!! kamu udah pulang, kapan?” Aku pun segera memeluk Siska dengan erat.
“Kemarin pagi, harusnya sekarang tapi aku sudah kangen dengan sekolah, di rumah sakit bosen.”
“bukannya istirahat dulu di rumah, kamu kan baru sembuh, gimana kalau sakit lagi?”
“hahaha, lihatlah aku, aku ini Strong Girl gak mungkin lemah lagi, aku kuat kok.” dia naik ke kursinya dan bergaya seperti seseorang pemain gulat.
“Iya iya deh.”

“Sayang sudah pulang, kenapa langsung sekolah?” Aldi segera menghampiri kami berdua.
“Aku kan kangen kamu sayang!!!” Siska pun segera mencubit wajah Aldi sehingga dia mengaduh kesakitan, mereka terlihat akrab kembali. “Sayang hari ini kamu sebangku denganku ya.” Aldi segera membawa tas Siska menuju bangkunya. “Ihh Sayang kasihan Intan sendirian.” Dia segera menatapku, dan aku hanya menganggukkan kepala, akhirnya mereka sebangku yang tepat berada di belakangku.

Di Parkiran.
“Al sepertinya kamu sudah mulai mencintai Siska sepenuhnya.” aku menghampiri Aldi, namun ia hanya diam.
“Aku…” dia menggantungkan kata-katanya, tersirat dari matanya bahwa ia sangat tertekan.
“Aldi Intan.” Siska menatap kami berdua.
“Sis mau aku antar pulang.” Ajak Aldi sementara aku hanya menundukkan kepala.
“gak ah, bentar lagi Papa jemput. Kamu antar aja Intan ya, yuk ah bye!” ia pun segera meninggalkan kami berdua.
“Mau aku antar pulang.” Dia pun mengulurkan tangannya padaku, dan aku mengiyakan ajakanya.
Di dalam mobil terasa hening hanya deru mesin yang terdengar, sepertinya tak ada di antara kami yang mau memulai percakapan.

Ku memasuki kelas bersama dengan Aldi, ternyata Siska sudah ada di dalam, tidak seperti biasanya yang selalu telat. “Sis, tumben?” aku pun menghampirinya. “Iya, hari ini aku bangun lebih pagi.” Matanya tetap fokus membaca novel di hadapanya. “Gimana keadaanya sekarang?” tanyaku lagi.
“Baik, mm aku mau ke perpustakaan dulu ya mau balikin buku ini.” Siska segera ke luar kelas, dan Aldi menghampiriku. “Al semakin lama aku tak tega mengkhianati Siska.” Aku hanya menundukkan kepalaku.
“Kamu pengen putus?” Aldi pun menggenggam kedua tanganku.
“Bukan begitu sayang, aku merasa telah jahat kepada Siska, dia itu sahabatku Al.” Aku terisak menangis, Aldi pun hanya merangkul pundakku, mungkin ia pun bingung harus berbuat apa.

Tet… Tet.. Tet… Bel tanda masuk pun berbunyi semua murid segera memasuki kelas termasuk Siska yang membawa sebuah buku. “Sis pinjam lagi buku?” Aku pun memperhatian buku yang ia bawa.
“Iya, kata liblarian ini novel terbaru, novel ini begitu tebal sehingga liblarian memberikan bonus hari peminjaman.” Ia pun segera membuka novel tersebut dan membacanya dengan serius hingga guru pelajaran masuk.

Pulang sekolah.
“Sayang punya waktu gak hari ini?” Aldi menghampiri Siska yang sedang merapikan buku-bukunya.
“Sebenarnya aku lagi pengen baca novel ini, memang ada apa?”
“Tadinya aku pengen ajak jalan-jalan kamu.” Aldi pun hendak meninggalkan kelas namun ditahan oleh Siska.
“Aku mau kok temenin kamu, jangan cemberut dong sayang.” Siska begelayut manja kepada Aldi, hatiku sangat panas ingin rasanya aku marah kepada mereka, tapi apa hakku.

“Aku boleh ikut gak.” Tiba-tiba aku berucap seperti itu, aku tak ingin mereka berbahagia berdua.
“boleh kok, biar lebih seru.” Ia bersorak kegirangan, apakah Siska benar-benar tidak tahu kalau aku telah merebut Aldi darinya, aku semakin merasa bersalah. Kami pergi ke berbagai tempat, sikap Siska begitu ceria dan manja-manja pada Aldi, perasaan ini sangat retak, harusnya aku yang jalan berdua dengan Aldi tapi aku harus menyadari kalau aku hanyalah kekasih gelap Aldi, seringkali Aldi melirikku dengan ekspresi bimbang, aku tahu kalau kini hatinya pun sedang kalut, kami lewati hari itu bertiga hingga akhirnya malam pun hampir tiba.

“Aku pengen pergi ke bukit.” Saat kami hendak pulang ia mengajak kami ke sebuah bukit yang sering kami kunjungi dan tentu saja tempat aku sering berdua dengan Aldi.
“Siska ini hampir malam, nanti orangtuamu mencarimu.” Aldi menolak ajakan Siska, namun Siska memanyunkan bibirnya dan ngambek. “Ya udah sayang tapi sebentar saja, aku takut kamu sakit lagi.” Aldi pun luluh karena Siska hampir menangis. Akhirnya kami pergi ke bukit tersebut.

“Aaaaaaaaa!!!!” Siska berteriak sangat kencang dengan kedua tanganya direntangkan ke atas, Aldi merangkul Siska dengan mesra.

“Lama ya kita tak ke mari, kamu merindukanya sayang.” Ucap Aldi. “Iya, ini adalah tempat terbaik yang paling ingin aku kunjungi.” Siska pun berjingkrak-jingkrak riang, setelah itu ia pun memeluk Aldi di hadapanku, sungguh hatiku sangat hancur dan sakit melihatnya.
“Aldi aku sangat menyayangimu.” Suara Siska begitu lembut tidak seperti biasanya yang selalu cempreng, hampir aku tak mengenali suaranya. “Aku pun sangat menyayangimu Fransiska.” Aku tak sanggup melihat pemandangan ini, aku hendak pergi namun tangan Aldi menahanku, kini sebelah tangannya memeluk Siska dan sebelahnya lagi menggenggam tanganku dengan erat.

“Al, aku harap kau tak melupakanku meski aku pergi darimu, aku benar-benar menyayangimu.” Tiba-tiba Siska berkata seperti itu, apakah Siska telah menyadari yang terjadi sebenarnya.
“Aku tak akan pernah melupakanmu sayang, kamu berarti untukku.”
“Pulang yuk,” Ajak Siska, kami pun segera meninggalkan tempat itu, masih terngiang di telingaku maksud yang diucapkan Siska. Setelah sampai rumah aku segera memasuki kamar, di sana aku menangis, perasaanku kacau antara kecewa, marah, sedih, dan rasa bersalah, aku terus menangis hingga aku pun tertidur.

“Tokk, tokk, tokkk,”
“Intan bangun Tan.” seseorang mengetuk pintu kamarku, aku pun segera beranjak dari tempat tidurku.
“eumm Ma ada apa, ini kan hari minggu kenapa bangunin sih.” Aku mengucek-ngucek mataku berusaha menyingkirkan sedikit kantukku. “Intan, mama barusan dapat telepon dari Mamanya Fransiska.” Wajah mama begitu panik, aku pun langsung terperanjat mendengar nama Siska.
“Tabah ya Nak, Fransiska kini telah tiada.” mama hampir menangis.
“apa Ma, jangan becanda deh Ma. Kemarin Siska sama aku main bareng, Mama ini bohong kan Ma.” Aku pun menangis mengguncang-guncang tubuh Mama, namun Mama menepuk pundakku lalu meninggalkanku.

Segera ku raih hp-ku dan coba menghubungi Aldi.
“Halo Sayang, ada apa?” suara seseorang dari seberang sana.
“Kita harus ke rumah Siska.”
“Kenapa, lalu kenapa kamu menangis.”
“Sis..Siska… Siska meninggal.” Suara tangisku pecah.
“Innalillahi wa inna illaihi raji’un.” Suara Aldi pun kini terdengar bergetar.
“tunggu aku di sana, kita ke rumah Siska sekarang.” Aldi memutuskan teleponya, aku pun segera besiap-siap untuk ke rumah Siska.

Saat mobil Aldi memasuki pekarangan rumahku, aku pun segera menghampiri lalu langsung masuk, di dalam mobil aku tak henti-hentinya menangis, begitu pun Aldi matanya begitu berkaca-kaca dan air matanya pun sekali-sekali menetes. Saat sampai di depan rumah kami segera masuk ke dalam, beberapa orang membacakan surat AL-Qur’an dan ku lihat Mamanya Siska menangis di samping Siska, kami pun segera menghampiri.

“Siska kenapa kamu tinggalin aku, aku rindu kicauanmu, aku rindu manjamu, aku mohon bangun Siska.” Aldi mengguncang-guncang tubuh Siska, percuma Aldi percuma, dia kini sudah tak bernyawa, dia akan tertidur untuk selamanya. “Siska mengapa kamu tinggalin aku, kamu sahabat terbaik aku satu-satunya.”
“Sudah Nak Aldi Intan, Siska tidak akan pernah bangun lagi, ikhlaskan dia.” Mamanya Siska mengusap-usap punggung kami.

“Tadi subuh sebelum Siska meninggal ia menitipkan surat ini pada Tante.” Beliau memberikan surat itu, aku pun segera memasukkan surat itu ke dalam tasku. Kami mengantar Siska sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya, mengapa waktu terasa begitu cepat, kemarin Siska masih terlihat begitu ceria dan sehat, tapi mengapa ia tiba-tiba pergi untuk selamanya.

“Tante sebenarnya Siska mempunyai penyakit apa?” Aldi pun bertanya pada Mamanya Siska. “Apa kalian belum tahu?” Mamanya Siska malah balik bertanya, kami pun hanya menggelengkan kepala. “Sebenarnya Siska menderita penyakit serangan jantung turunan dari Ayahnya, kemarin kami sempat melakukan transplastasi jantung, namun kemarin saat Siska pulang ke rumah tiba-tiba ia mengeluh kesakitan, ketika kami membawanya ke rumah sakit ternyata Trasnplastasi jantung tersebut gagal, nyawanya tidak sempat tertolong.” Mamanya pun terus menangis, aku pun begitu, dan Aldi terus menatap nisan Siska. Setelah cukup lama berada di makamnya Siska kami pun pergi, aku dan Aldi menuju bukit tempat terakhir kami bersama Siska.

“Al, aku tak menyangka semua cepat terjadi, Siska meninggalkan kita untuk selamanya, belum sempat aku meminta maaf padanya.” Aldi merangkulku dan aku masih terus menangis.
“Sudahlah Tan, kita harus mengikhlaskan Siska, aku juga teramat sedih.” Kini suara Aldi bergetar, air matanya pun menetes, terbaca dari wajahnya bahwa ia sangat menyesal dan sedih terhadap Siska, aku pun teringat dengan surat yang di berikan mamanya Siska padaku, aku segera membukanya.
Isi surat tersebut..

“Dear Intan dan Aldi. Terima kasih untuk semua yang kalian lakukan padaku, kalian adalah dua orang yang paling berharga dalam hidupku, terima kasih juga kalian mau menemani saat-saat terakhirku. Sejujurnya aku telah mengetahui hubungan kalian di belakangku, tapi gak apa-apa kok, harusnya saat itu aku mundur dan membiarkan kalian bersama seutuhnya, namun menyadari usiaku yang tak akan lama aku tetap mempertahankan Aldi. Aku tak akan mencap kalian pengkhianat, aku sudah mengikhlaskan kalian, aku juga menyadari Aldi telah jenuh padaku karena sifatku yang kekanak-kanakkan dan manja. Aku berharap kalian bahagia, dari atas sana aku berdoa.”

“Untuk Aldi jaga Intan baik-baik, jangan pernah kamu melukai perasaannya, sejujurnya aku masih sangat menyayangimu Al, ku harap kau tak melupakanku. Maaf aku tak pernah bercerita tentang penyakitku, aku tak mau kalian khawatir. Selamat tinggal, aku akan merindukan kalian. Salam sayang, Fransiska Cornelia.” Setelah membaca surat tersebut aku menangis sekencang-kencangnya, Aldi pun memelukku dengan erat.

“Siska maafin aku, aku khilaf aku yang egois telah merebut Aldi, maafkan atas kebodohanku Sis, harusnya aku yang mati Sis, kamu gak punya salah apa-apa, Siskaaaaaa!!!”
“Cukup Intan, kita berdua yang salah, lebih baik kita ikhlaskan dia, kasihan nanti dia tak tenang.”

Kami berdua pun merasakan penyesalan yang mendalam. Permintaan maaf kini terlambat sudah, Siska telah pergi kepada-Nya dan tak akan hadir lagi di antara kita, ia pergi untuk selamanya. Maafkan aku Siska, kamu adalah sahabat terbaikku yang paling aku sayangi, seharusnya aku malu pada diriku sendiri karena telah mengkhianati sahabatku sendiri. Selamat jalan sahabatku semoga kau tenang di alam sana, aku tak akan pernah melupakanmu.

Cerpen Karangan: Silvi Senia M
Facebook: Silvi Dian
Napen: Vivhey
Gadis yang penuh dengan imajinasi di luar batas.

Cerpen Pengkhianat merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Akan Baik Baik Saja

Oleh:
Bagaimana rasanya jika kita harus melupakan hal yang paling kita sukai? Sulit bukan? Begitu juga Nandira. Nandira harus melupakan Fathan seorang pria yang sangat dia cintai saat ini. Ibunya

Teach Me Love

Oleh:
Pagi yang cerah siap menemani hari baruku. Kicauan burung yang terdengar menambah semangatku untuk lebih terpacu. Hari ini hari sabtu. Ya, ini dia yang selalu aku tunggu. Satu hari

Pertemuan Terakhir

Oleh:
Jam terus berputar. Detik, menit dan waktu terus berlalu. hingga Salah satu teman di sampingku berbisik keras dan kemudian menyadarkanku dari lamunan. Peristiwa memalukan kemarin membuat hari-hari yang kujalani

Ganda

Oleh:
Hubungan berbeda agama, sungguh membuatku takut akan cinta yang berakhir semu. Aku menyayanginya, tapi lagi-lagi Tuhan mengujiku dengan titik terendah, yaitu, saat cinta tak bisa bersama. Perkenalkan, Aku Jasmin.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *