Untuk Mu Rani (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Segitiga
Lolos moderasi pada: 3 March 2016

Menyesal. Entah dari mana kata itu berasal tapi itulah yang saat ini aku rasakan. Sebut saja namaku Rian. Cerita ini berawal dari pertemuan yang sebenarnya tidak terlalu spesial. Aku adalah seorang penjaga toko di salah satu mall. Hari itu seperti biasa aku memulai hari dengan bangun dari tidurku. Mandi, sarapan, dan berangkat ke tempat kerja. Di toko pun tidak ada yang spesial hari itu. Dari pagi sampai sore seperti biasa melayani para pembeli. Sampai datang saat itu, seorang perempuan datang melihat-lihat barang yang kami jual di toko. Awalnya seperti biasa aku hampiri dan aku ajak bicara dan aku tanya mau cari barang apa kak? Dengan nada yang sedikit agak bingung dia bilang mau cari laptop mas.

Setelah kami panjang lebar ngobrol tentang laptop. Aku tahu namanya dia adalah Rani. Dan akhirnya dia jadi juga beli laptop. Seperti biasa setelah jualan langsung aku instal aplikasi kurang lebih 1 jam sambil kita ngobrol sana sini. Aku iseng bilang sama dia mau diantar gak pulangnya? Eh dia malah serius minta diantar pulang sampai-sampai dia nunggu aku nutup toko. Setelah selesai aku nutup toko akhirnya aku antar dia pulang naik angkutan umum ternyata dia tidak berani pulang malam sendirian apalagi dia bawa barang yang baru dia beli. Sepanjang jalan kita saling ngobrol dan coba saling mengenal satu sama lain.

Ternyata dia anak kuliah di salah satu universitas di kotaku. Dia berasal dari luar daerah. Pantas saja dia tidak berani pulang sendiri mungkin karena belum mengenal baik kotaku. Dan akhirnya sampai di tempat kosnya kami sempat bertukar nomor hp dan dia memberiku uang selembar 20 ribuan. Tadinya sih malu ngambilnya tapi berhubung aku emang gak ada ongkos pulang aku ambil juga deh. Dan akhirnya aku pun pulang ke rumah. Di perjalanan pulang dia sempat sms aku. Dia bilang, “Hati-hati di jalan ya makasih udah mau antar aku pulang.” Aku jawab dengan sekenanya aja. “Oke sama-sama.”

Hari-hari berikutnya aku jalanin seperti biasa tanpa terpikir tentang dia. Karena selama ini aku sudah punya pacar. Setelah tiga hari berlalu ada sms darinya. “Mas lagi apa?” aku balas sms dia.”seperti biasa lah bengong di toko. Hehe.” sambil kerja aku smsan sama dia karena kerjaku juga santai sih jadi bisalah sambil smsan. Sampai datang saat itu. Awal dari semua kesalahanku. Aku sms dia, “Kamu udah punya calon belum?” dia bales “Belum Mas. Kalau Mas sendiri gimana. Udah punya calon belum?” dengan gampangnya aku jawab, “Belum. Berarti kita sama doang hehe.” akhirnya hari-hari kami saling mengisi walaupun dengan sebatas smsan.

Ada satu kejadian yang hampir saja merusak semuanya. Hari itu aku sedang bersama dengan pacarku di rumahku. Dia sms aku tapi aku cuekin jangankan ku balas aku baca pun tidak malah aku hapus langsung smsnya karena takut ketahuan pacarku. Akhirnya dia telepon aku saat aku sedang ke kamar kecil dan pacarku yang angkat teleponnya. Akhirnya pacarku marah. Aku bujuk-bujuk dan aku jelasin kalau Rani bukan siapa-siapa akhirnya pacarku percaya dengan ucapanku. Setelah pacarku pulang aku coba telepon dia. Dan coba aku jelasin yang sebenarnya kalau aku udah punya pacar dia marah-marah dan minta ketemuan malam itu juga dan memintaku menjelaskan semuanya dengan jujur. Aku bilang sama dia malam ini aku gak bisa karena harus jenguk saudaraku di rumah sakit. Besok malam saja kita ketemu di kampus setelah aku pulang kerja. Dengan nada cetusnya sambil menutup telepon dia bilang oke.

Aku pun menjalani aktivitasku hari itu. Aku janji jam 10 malam ketemuan sama dia di kampusnya tapi bosku malah menyuruhku nganterin barang pesanan setelah pulang kerja. Mau tidak mau aku harus antar barang dan aku telepon dia, “Aku harus antar barang dulu takut kemalaman mendingan besok lagi aja ya kita ketemuannya.” dengan nada kesalnya dia bilang ke aku. “Gak mau pokoknya aku maunya malam ini terserah jam berapa pun aku tungguin.” akhirnya aku ikutin maunya dia. Setelah selesai ngirim barang aku langsung ke kampusnya karena jauh dan aku juga menggunakan angkutan umum jadi lama nyampenya. Aku sampai di kampusnya jam 12 malam. Ternyata dia sudah ada di sana dari jam 10. Tanpa rasa bersalah aku cengar-cengir pas ngelihat mukanya kesel. Dan akhirnya kita mulai deh perbincangan yang sedikit menguras emosi. Akhirnya aku jelasin.

“Aku emang udah punya pacar kamu kenapa kesel gitu sih?” dengan keselnya dia balas omonganku itu.
“Enak banget sih kamu ngomong gitu. Kayak gak punya dosa. Kamu udah bohongin aku katanya kamu belum punya calon?” sambil memalingkan mukanya yang sudah kelihatan mulai mau nangis. Aku coba jelaskan padanya. “Dengerin aku dulu deh. Dulu kan yang kita tanyakan udah punya calon apa belum. Ya aku jawab kan jujur aku belum punya calon. Karena kan pacaran itu belum tentu jadi calon pasangan hidup iya kan? Siapa tahu aja calon pendamping aku itu kamu. Kan kita gak tahu apa yang bakal terjadi nanti.” akhirnya suasana sedikit mencair. Ku lihat senyum kecil sedikit terpaksa ke luar dari bibirnya. Entah apa yang ada di pikirannya. Dia meremas tanganku.
“Mas kita coba jalanin dulu aja ya.” rasa senang pun tak dapat ku sembunyikan. Ku peluk dan aku bisikan padanya.
“Aku sudah mulai menyayangimu. Aku gak mau jauh darimu.” suasana pun jadi lebih tenang akhirnya kita memutuskan jalan-jalan malam di dalam kampus.

Setelah selesai jalan-jalan kami mencari tempat yang enak buat duduk berdua. Sambil menikmati wifi kampus yang aktif 24 jam. Sangking keasyikan ngobrol kita gak sadar hari sudah hampir pagi. Sudah jam 2 pagi dan saat itu hujan pun turun. Akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan malam di kampus. Azan subuh pun berkumandang. Ketika kami ingin pulang kami dipanggil oleh satpam penjaga kampus. Kami diinterogasi satu per satu. Aku dicaci maki oleh satpam itu. Dan satpam pun mengancamku bakal melaporkan Rani ke pihak kampus karena pacaran sampai larut malam.

Pikiran aku gak karuan aku gak mau dia kenapa-kenapa aku takut kalau dia sampai diskor atau dikeluarin. Eh ujung-ujungnya itu satpam malah minta uang rok*k sama aku. Dasar satpam sialan. Entah apa yang diomongin sama satpam yang satunya lagi sama Rani. Aku bener-bener takut. Aku memohon sama satpam itu untuk tidak melaporkan Rani ke pihak kampus. Akhirnya kami pun dipersilahkan untuk pulang. Tapi di pikiranku rasa takut itu masih ada. Aku gak mau dia kenapa-kenapa. Saat kami berjalan ke luar dari kampus Rani malah ketawa-ketawa sialan aku ketakutan dia malah bisa ketawa-ketawa kayak gitu aku ngedumel dalam hati. Ternyata dia menertawakan aku yang lagi ketakutan.

Dia merangkulku. “Kamu kenapa sih Mas takut banget.”
Aku bilang, “Aku takut kamu dilaporin ke pihak kampus. Kamu kok malah ketawa-ketawa?”
Dengan sisa tawanya dia bilang, “Ya sudah sih mau digimanain lagi? Kan udah terjadi kita berdoa aja semoga aku gak dilaporin. Udah ah jangan dipikirin. Jelek tahu muka kamu kalau lagi takut gitu hehehe.” dan setelah ke luar dari kampus kami makan bubur ayam di depan kampus. Setelah selesai makan kami pun bubar. Aku pulang ke rumah untuk ganti baju dan berangkat kerja. Dan Rani pulang ke kosannya. Untuk hari ini aku dapat satu pelajaran darinya. Dimana kita harus berani menghadapi semua resiko karena kesalahan yang kita lakukan. Kita tidak bisa memutar kembali waktu yang kita bisa lakukan adalah berdoa semoga hukuman dari kesalahan kita tidak terlalu berat.

ADVERTISEMENT

Semakin hari semakin tumbuh dan berkembang perasaan di dalam hati kami berdua. Semakin sayang. Semakin ingin memiliki dan semakin takut kehilangan. Aku seperti masuk ke dunia yang baru. Memulai perjalanan cinta yang rumit. Perjalanan yang dipenuhi dengan lika-liku. Dan perjalanan yang dihiasi dengan air mata. Namun kami tidak pernah merasa takut menghadapinya. Aku dan Rani saling mengisi di sepanjang hari. Mulai dari bangun tidur dengan pesan singkat selamat pagi. Dan saling mengingatkan saat tiba jam makan siang. Hingga malam hari datang ucapan selamat tidur sayang pun tak pernah luput dari handphone kami setiap hari.

Seperti pasangan-pasangan yang lain kami pun inget berbagi waktu bersama-sama. Sekedar ketemuan. Makan bareng. Atau kalau perlu jalan-jalan bareng. Tapi waktu kerjaku yang pulangnya malam terus. Jadi susah ketemuan deh. Ditambah lagi waktu liburku selalu aku habiskan dengan pacarku. Karena memang aku dan pacarku libur kerjanya di hari yang sama. Jadi waktuku untuk Rani bener-bener gak banyak. Akhirnya aku sempatkan waktu untuk Rani. Aku ajak dia main ke tempat kawanku yang kerja sebagai penjaga warnet di daerah depok. Tapi aku mintanya malam setelah pulang kerja dan Rani pun setuju. Kami janjian jam 8 malam di stasiun bogor namun sayangnya aku gak bisa nepatin janjiku tepat waktu sama Rani. Saat itu tepat jam 8 malam di hari yang kami janjikan Rani meneleponku.

“Mas aku sudah ada di stasiun. Kamu sudah sampai mana?” dengan sedikit kecewa aku harus menjelaskan kepada Rani kalau aku nutup tokonya telat karena masih ada konsumenku. Dengan sikapnya yang tegar Rani bilang ke aku, “Ya sudah Mas kamu selesaikan dulu saja kerjaan kamu ya. Aku gak apa-apa nunggu kamu di sini sampai kamu datang.” dengan sedikit kecewa akhirnya aku tutup telepon dari Rani dan aku selesaikan kerjaanku. Rasanya ingin banget aku menahan gerak jarum jam. Atau memperlambat geraknya biar gak terlalu lama aku telatnya. Namun aku gak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa semoga Rani gak kecewa sama aku.

Jam di tanganku menunjukkan jam 10 malam Rani pun meneleponku lagi, “Mas sudah jam 10 malam kamu masih lama gak?” dengan rasa takutku akan kekecewaan Rani aku menjawab seraya meminta maaf pada Rani, “Aku sedang beres-beres toko. Kamu tunggu aku ya maafin aku ya telat.” setelah beres nutup toko aku langsung menuju stasiun. Aku tiba di stasiun jam 10:30 aku lihat betapa kecewanya Rani saat itu. Bukan hanya karena menungguku kelamaan. Tapi karena kereta yang berangkat dari stasiun bogor sudah habis. Dan stasiun pun sudah ditutup untuk semua keberangkatan. Yang itu artinya kami gagal berangkat ke tempat temanku di depok. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat lain yang terlintas dalam pikiran kami sama. Puncak.

Ya akhirnya kami memutuskan untuk ke puncak malam itu. Dan kami pun berangkat ke puncak naik kendaraan umum. Lumayan memakan waktu juga kami sampai di pemberhentian terakhir angkutan kota itu jam 1 pagi. Namanya daerah tugu. Mungkin buat yang sering ke puncak tahu daerah tugu. Di tugu kami mampir ke warung makan dan kami pun mengisi perut seadanya karena memang makanannya sudah pada habis. Jadi yang ada aja kami makan hehehe. Di sini aku lihat betapa sederhananya Rani dimana wanita-wanita lain mencari cowok yang mapan. Dan punya segalanya Rani mau aku ajak ke mana-mana naik kendaraan umum. Dan mau makan makanan yang sebenernya sudah sedikit gak enak ini. Ya sudah mendekati basi karena mungkin si ibu warung masaknya kemarin pagi.

Selesai makan Rani mengajakku naik ke masjid yang di atas puncak. Aku bingung masa sih kita harus jalan kaki ke atas kan jauh mana gelap juga karena malam hari. Namun Rani meyakinkan aku kalau dia gak ada masalah untuk jalan kaki ke atas puncak. Dia malah meledekku, “Kamu gak kuat ya jalan sampai ke atas kalau kamu gak kuat gak usah deh Mas. Nanti kamu kecapean?” dasar cewek aneh. Harusnya kan aku yang khawatir dia bakal kecapean. Eh ini mah malah kebalik. Dan akhirnya kami jalan ke atas. Sepanjang perjalanan kami saling bercerita. Bercanda. ketawa-ketawa bareng. Tidak ada aku lihat rasa cape dari muka Rani. Padahal aku sudah mulai cape karena kan jalannya nanjak. Rani malah menertawakanku. “Hahaha Mas kamu sudah kecapean tuh. Mau istirahat dulu gak?” karena gengsi aku menolak untuk isitrahat. “Aku gak cape kok. Kamu kali ah yang cape. Hehe.” sambil menahan napasku yang mulai engap-engapan. Dan kami pun meneruskan perjalanan.

Bersambung

Cerpen Karangan: Syarif NP
Facebook: dotcomputer123[-at-]gmail.com

Cerpen Untuk Mu Rani (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Tuhan… Aku Mau Yang Itu (Part 2)

Oleh:
“Naniyaaa!!” Teriakan tepat di telingaku membuatku terlonjak kaget bangun dari tidurku. Aku membuka setengah mataku yang benar-benar masih berat karena merasa baru tidur. Wajah Davin tampak tepat di depan

Buku Bergambar (Part 1)

Oleh:
Udara yang sejuk dan langit yang cerah menyambut senin pagi di sebuah desa di Cilacap, tepatnya di Sidareja. Saat itu sedang musim kemarau dan juga mendekati musim panen padi

Cinta Tak Harus Memiliki

Oleh:
Ayam berkokok pun berbunyi matahari pun mulai terbit dalam lamunanku aku masih di atas kasurku namun aku masih mengantuk aku membuka mata untuk segera mengambil handuk dan menuju kamar

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *