Aku Dan Kakak Berpipi Tembem

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Pengalaman Pribadi
Lolos moderasi pada: 8 March 2016

Udara sejuk menerpa wajahku, pagi ini begitu dingin setelah semalaman disiram air hujan. Aku berjalan setapak demi setapak menapakkan kakiku di tengah rel kereta api menuju tempat biasa aku lari pagi bersama kakakku, kakak yang sangat aku sayangi dan menjagaku. Aku sudah hampir sampai, dan kakak sudah menungguku sambil duduk manis di pinggir rel dan kakak melambaikan tangannya. Aku segera menghampirinya dan kakak langsung menggandeng tanganku. Aku dan kakak berjalan bersama ke tempat orang biasanya melakukan lari pagi di hari minggu.

Setelah beberapa menit, kami pun sampai dan seperti biasanya awalnya kami lari berdampingan, lama-kelamaan aku tertinggal jauh karena kakak berlari sangat cepat. Dilihat dari posturnya saja sudah berbeda, kakak memiliki kaki yang lebih panjang daripada aku karena aku hanya sebahu kakak. Badan kakak gemuk dan berisi tidak seperti aku yang kebanyakan orang bilang kurus kecil. Bahkan kakak sering memanggilku “adik kecil”. Itulah yang membuat kakak berlari sangat cepat dibanding aku. Sejenak aku duduk menghilangkan lelah sambil menyeka keringat dengan saputangan yang ku bawa.

“Payah baru segitu udah cape, ayo lari lagi!”
“Kakak larinya cepet banget sih, Ade kan cape ngejarnya.”

Kakak langsung menarik tanganku dan berlari bersamaku. Namun saat aku lelah kakak menungguku. Selesai berlari pagi, aku dan kakak duduk di bawah pohon yang rindang. Kakak sudah membeli minum untuk kita berdua. Melepas lelah aku dan kakak ngobrol ringan. Matahari nampaknya mulai menunjukkan sinarnya, hari semakin cerah. Aku dan kakak bergegas untuk pulang.

“Kakak, Ade cape,”
“Ya udah Kakak gendong, buru naik!”
“Nggak mau ah, malu banyak orang Kak,”
“Udah buruan!” kakak langsung menggendongku di punggungnya yang tangguh. Aku dan kakak pun pulang bersama dan berpisah di rel kereta, rumah kita berdekatan hanya perlu beberapa menit jalan kaki.

Di rel kereta.
“De..”
“Iya Kak..”
“Gimana jawaban semalam?”
“Semalem?” Aku langsung mengingat obrolan semalam.
Astaga semalam kakak bilang mau hubungan ini lebih dari sekedar kakak adik. Wajahku seketika memerah dan deg-deg-an mendengarnya.

“Iya yang semalam, kamu bilang kalau Kakak harus ngomong langsung kan sama kamu?”
“Hhh.. Hm.. yang mana ya Kak?” pura-pura lupa padahal jantungku berdetak sangat kencang.
“De, kamu deg-deg-an? Kamu nggak sakit kan?” kakak yang merasakan detakan jantungku merasa sedikit khawatir.
“Ade nggak kenapa kenapa kok Kak,”
“Ya udah, Ade mau nggak jadi pacar Kakak?”
“Apa Kak?”
“Mau nggak jadi pacar Kakak?”
“Hhh hm.. m.. mau Kak.” jawabku dengan gugup.

Kakak pun langsung menurunkanku dari punggungnya.
“Ya udah kamu pulangnya hati-hati ya sayang,” sambil mengelus kepalaku.
Aku semakin gugup dengan sikapnya.
“Iya Kak, Ade pulang dulu. Kakak hati-hati ya,”
“Kok masih manggil Kakak?”
“Hehe iya sayang.”

Aku langsung berbalik dan menapakan kakiku, rasanya kakiku melayang di atas air. Dunia berpihak padaku, yes yes yes! Batinku. Setibanya di rumah dengan wajah berseri-seri aku langsung meraih hp-ku yang berdering suara pesan masuk. Terlihat di layar handphone pesan masuk dari kontak ‘kakak embem’.
“Kamu udah di rumah? Jangan lupa mandi dan sarapan ya,” Aku menggenggam handphone dan jingkrak-jingkrak.
“Kamu kenapa jingkrak-jingkrak? Makan dulu sana Mamah udah masak tuh,” terdengar suara manis mamahku tersayang.
“Hah? Enggak kok mah biar tambah tinggi aja hehe..”

Aku segera menyantap sarapanku. Sambil smsan dengan kakak embemku yang saat ini jadi kekasihku. Seusai makan aku pun meraih handuk dan menghampiri kamar mandi sambil bersenandung dan memejamkan mata. DUG. Terdengar suara keningku menabrak dinding sebelah kamar mandi. “Aduuhh, kok pintunya pindah sih.” keluhku sambil mengusap keningku yang seperti ikan lohan dan mencari kacamataku yang terjatuh. Seusai mandi ku dengar deringan handphone suara pesan masuk.

ADVERTISEMENT

“Besok kamu kuliah jam berapa?”
“Masuk jam 8,”
“Ya udah berangkat bareng ya?”
“Iya aku tunggu di tempat biasa ya”

Esoknya. Terlihat seorang yang ku kenal menghampiri dengan motornya yang selalu menemaninya. Ya. Kekasihku datang, segera aku naik di belakang dan motor pun melaju menelusuri jalan kota. Rasanya agak berbeda, biasanya aku memanggilnya ‘kakak embem’ sekarang aku memanggilnya ‘sayang’. Setibanya di kampus, aku turun dan memberikan buah apel untuknya. “Kamu hati-hati di jalan dan semangat ya kerjanya,”
“Iya, kamu jangan lupa makan ya. Semangat belajarnya.” Dia pergi menuju tempat kerjanya dan aku ke kelasku pagi ini dengan semangat, untuk mata kuliah Biologi Sel Molekuler.

Hari-hari terasa indah, semua aktivitas rasanya menyenangkan. Jam kini menunjukkan pukul 16.30. Aktivitas kuliah dan praktikum sudah selesai. Dan siap-siap aku mau pulang aku mendapatkan handphone-ku berbunyi.
“Halo..”
“Kamu udah pulang? Aku baru selesai kerja dan mau ke kampus kamu,”
“Udah kok, ya udah aku tunggu ya,”
“Jangan lupa minuman dingin ya, biasa,”
“Iya”

Ku tutup teleponnya dan ke kantin dan membeli minuman dingin kesukaan dia. Aku menunggunya di depan kampus dan nggak lama dia pun datang. “Mana minumnya?”
“Nih,” sambil menyodorkan minuman dingin. Aku dan dia pulang bersama, saat macet dia merogoh kantung celananya dan memberikan susu padaku. “Buat kamu.” Maklum di saat jam semua orang mengakhiri aktivitasnya, jalanan pasti macet. Aku menikmati perjalanan sambil minum susu.

Nggak terasa sudah 40 menit perjalanan dan aku pun tiba di rumah. Aku langsung mandi dan makan malam. Seusai itu aku menyiapkan untuk kuliah besok dan mengerjakan laporan praktikum hari ini, setelah selesai aku membaringkan tubuhku di kasur kesayanganku dengan sprei berwarna pink motif salah satu tokoh kartun winnie the pooh. Baru saja aku memejamkan mataku sebentar, handphone-ku berbunyi nada pesan masuk. Ku langsung meraih hp-ku yang ku letakkan di meja belajarku.

“Sayang lagi apa?”
“Lagi tiduran yang, kamu?”
“Sama kayak kamu. Oh ya kamu besok kuliah?”
“Kuliah sayang, kamu besok kerja?”
“Iya aku kerja, ya udah bareng ya?”
“Iya sayang aku nunggu di tempat biasa ya,”
“Sayang, sebulan lagi kontrak kerja aku habis.”

“Hm.. terus?”
“Kita nggak bisa berangkat bareng lagi,”
“Ya gak apa-apa sayang, kan tetep bisa ketemu,”
“Iya, makanya aku mau menikmati waktu kebersamaan kita, mumpung masih bisa berangkat dan pulang bareng,”
“Iya sayang nanti berangkat dan pulang bareng ya,”
“Udah malem, kamu tidur ya. Good night kecil.”
“Night too gendut.”

Hari-hari seperti biasa aku dan dia melakukan aktivitas dengan saling menyemangati. Semakin lama aku semakin sayang. Semakin sering ketemu semakin aku rindu padanya. Dia sosok yang menyenangkan meskipun kalau marah sangat menyebalkan dan keras kepala. Dia juga sangat manja, padahal ketika masih menjadi kakakku, dia sosok yang dewasa di mataku. Sebulan kemudian. Heningnya malam terdengar suara jangkrik, aku memandangi bintang yang indah, ada bintang sirius, bintang yang paling berkilau terang di malam ini.

“Sayang, kamu lagi ngapain? Aku mau ngomong sesuatu penting,”
“Aku lagi melihat bintang, kamu mau ngomong apa?”
“Aku udah mendapatkan pekerjaan,”
“Alhamdulilah, aku seneng dengernya,”
“Iya sayang tapi jauh,”
“Walau jauh yang penting kamu nyaman dengan pekerjaan kamu,”
“Besok pagi aku berangkat, kamu jangan nakal, jaga diri baik-baik ya sayang, jangan genit,”
“Kamu emang mau kerja di mana? Kok ngomongnya kayak mau pergi jauh,”
“Di jepang sayang,”
“Hah? Jepang?”
“Iya sayang lewat BKK SMKN 1, kerjanya di bagian otomotif juga, ini udah jadi impian aku dari dulu,”

Membaca pesannya perasaan aku jadi nggak karuan, merasa kehilangan sosoknya, bahkan tak bisa ku bayangkan hari-hariku tanpanya. Aku langsung ingat itu adalah sekolah Teh Elin (kakak kandungku). Dan yang aku tahu memang SMKN 1 sering mengadakan program siswa berprestasi untuk ke jepang. Rasanya sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata.

“Kamu serius kerja di sana? Aku akan jauh dari kamu dong. Rasanya kayak mimpi di siang bolong.” Tanpa sadar air mataku mengalir, karena aku belum siap dia pergi.
“Emang mimpi,”
“Maksud kamu?” Aku langsung meneleponnya namun dimatikan olehnya.
“Kenapa nggak diangkat?”
“Aku nggak mau denger kamu nangis,”
“Terus kenapa kamu kerja di sana?”
“Maaf ya sayang aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Impian aku bisa pergi ke jepang,”
“Iya tapi kenapa kamu baru ngabarin aku sekarang kalau kamu mau ke jepang?”
“Karena kamu lagi dikerjain sama aku, hehe..”

Dia langsung meneleponku menjelaskannya kalau dia hanya bercanda, sedangkan aku masih mengusap air mataku.
“Ah tahu ah, aku sebel sama kamu, kamu jahat!” ucapku sambil menangis.
“Hehe.. maaf sayang, selamat ulang tahun ya semoga makin sayang sama aku, makin semangat kuliahnya dan jadi kebanggaan orangtua. Aku sayang kamu.” Aku langsung melihat jam dinding, ternyata sudah pukul 00.07 WIB. Sudah masuk hari ulang tahunku.

Cerpen Karangan: Dini Suzakti
Blog: dinisuzakti-catatanku.blogspot.com
Penulis adalah seorang mahasiswi farmasi di salah satu universitas muhammadiyah swasta di Jakarta. Karyanya ini merupakan salah satu pengalaman pribadi. Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki kualitas tulisan saya.

Cerpen Aku Dan Kakak Berpipi Tembem merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Willy And The Forgetful Girl

Oleh:
Willy tengah duduk di pinggir lapangan bersama sahabatnya, Juno. Yang kini tengah sibuk meneguk sebotol air mineral di tangannya. “Jadi… sekarang tinggal beberapa hari lagi menuju O2SN,” gumam Juno

Hanya Sejuta Cinta

Oleh:
Pagi yang cerah kubuka jendela dengan seragam. Pagi ini adalah hari pertama aku masuk sekolah baru. Aku diantar ayahku dan aku segera masuk kelas. Aku bingung sama siapakah aku

Cintaku Bersemi di Rumah Sakit

Oleh:
Trriiikk… Triiikk… hssss… Hujan angin ini membanjiri hatiku. Tuhan… aku merindukannya, tapi mungkinkah dia juga merindukanku. Dimas Prayoga Adistira. Seorang lelaki yang kucintai sejak kelas 1 SMA. Tapi sampai

Berat Sahabat

Oleh:
Suara alarm di handphonenya tak mampu kalahkan udara dingin pagi ini. Seharusnya remaja yang baru duduk di bangku 2 SMA ini sudah harus bangun 10 menit yang lalu, tapi

Cinta Dua Sisi Berbeda

Oleh:
Tuuuttt…! bunyi kardiograf yang menunjukkan jantung tak berdenyut lagi. Tepat pukul 00.01 Aji, kekasih Angel menghembuskan nafas terakhir. Malam itu adalah malam bahagia untuk angel karena usianya genap 19

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *