Aku, Kau dan Filsafat

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 1 November 2014

Mentari mulai bernyanyi bersama burung hapus pagi yang sunyi. Suara merdunya mampu menembus telinggaku, mata indah yang mulai terbuka, bibir dengan indah mengucap doa dan jiwa yang mulai bangkit menuju hari bahagia. Langkah kaki mulai tampak, menuju gemericik air dan mulai membasuh seluruh tubuh. Semangat pagi mulai muncul embun mulai meleleh, Namun kesegaranya tak ujung hilang teresap dalam jiwa.

Pagi mulai menyongsong, terlihat di lorong-lorong jendela rumah Marsya, penjaja kaki lima mulai mencari nafkah dalam barokah hidupnya.

Harapan pagi Marsya, “Tuhan, berikan keajaiban terindahmu hari ini Aminn…”
Kaki melangkah, dengan bibir bersenandung lagu indah. Bersiap siap kuliah dan menanti hari bahagia. Sarapan, telah nampak menunggu kedatanganku di meja makan. Abi dan Ummi pun senantiasa menyambutku dengan senyuman hangat. Membuat makan percaya saja, bahwa inilah salah satu keajaiban Tuhan yang mulai nampak.
“Marsya, ayolah cepat sarapan, nanti terlambat kuliah” Ajak ummi
“Ya ummi, Marsya segera menuju tempat makan” Jawabku

Sarapan pagi berjalan dengan lancar. Suara mobil pak Udin sudah terdengar, Saatnya berangkat menuntut ilmu.
Senin, 25 november, pukul 08:25 WIB, Langkah kaki marsya mulai menjadi saksi rutinitas keseharianya, berprofesi sebagai mahasisiwa di Perguruan tinggi swasta di Mataram (NTB). Dengan baju dalam merah dirompi hem kerah berwarna putih lorek-lorek, celana jeans kantong kecil, sepatu merah, sangat klop sekali dengan muka yang blasteran, semua mata akan betah melirik kecantikanya, hanya kedipan yang belum mampu terpancar dari laki-laki yang asik duduk di gerbang kampusnya pagi itu.
Laki-laki yang lumayan dewasa dan cukup berumur, dia adalah pak Rahmat, dosen filsafat, sekaligus ketua jurusan di kampus si marsya.
“aslamualikum pak”
“selamat pagi juga sya”, sesekali tampak tangan kanan pak Rahman keluar masuk saku celana kananya
“dasar dosen aneh, disapa pake salam islam dijawab salam universal”.

Suasana perkuliahan pagi ini.
Langkah kaki pak Rahma menuju gedung tua F4, tempat perkuliahan setudi filsafat dasar yang akan disampaikan hari ini.
Materi hari ini, hari sebelumnya, tidak begitu sulit masuk ke pikiran sang gadis, nampaknya ilmu pak Rahman sudah dipelajari sejak kecil oleh marsya.

Materi kuliah hari ini, sejarah perkembangan filsafat dalam konteks pemahaman ilmu-ilmu sosial, materi pembelajaran pagi itu dimulai dengan perkenalan tokoh-tokoh filsuf dunia, baik barat, timur dan selatan, mulai dari palto, aris toteles, budha Gautama dan lain-lain. Perkuliahan dua sks buat marsya teramat membosankan, sembari membuka inbox, browsing istilah-istilah kuno yang lagi digemari, mencari arti kata-kata jaman yunani, romawi, renaisane sampai modern adalah kehausan tersendiri yang sejak kecil digemari marsya, wajar saja ketika ia berbicara di forum diskusi kelasnya, tidak jarang yang bisa memahami perkatannya.

Dua setengah jam menduduki bangku kuliah, saatnya melepas keluh dan kesah, gerbang timur sasaran langkah kaki Marsya, sembari mengayunkan tanganya melihat arloji kesayanganya, menuju sedan merah, yang dua bulan terakhir setia menunggunya.
Nampaknya awan, sinar, angin bersahabat, rambut lembat, langkah tersekat kilat tidak menghampiri suasana sore itu. Pak Udin nampak letih menungguku seharian. Ku pun langsung menuju menemui pak Udin.
“Pak, Udin Pulang dulu saja, saya masih ada kuliah filsafat satu jam lagi” Sapa marsya
“Aduh Neng, tapi nanti pulang sama siapa?”
“Aduh, santai saja bapak Marsya kan sudah besar dan teman teman marsya banyak pula”
“Baiklah kalau begitu, kalau ada apa-apa sms bapak ya”
“siap pak Udin”

Pak Udin pun pergi bersama roda empat keayanganya, dan langkah ini mulai menuju ruang F4 untuk mengikuti mata kuliah filsafat umum. Suasana kelas yang ramai, tidak biasanya sekolah filsafat seramai ini. Ternyata banyak kakak senior yang ikut mata kuliah ini.
“Anehnya, mata ini terpaku pada satu pandangan yang sangat indah. Sang adam berbaju merah hitam yang nampaknya mampu membuka pintu hati ini. Ah, terlalu alay aku ini. Sudahlah bukan saatnya mengenal cinta. Fahami Filsafat dulu baru cinta.” Gumamku dalam hati.

Tak lama kemudian dosen filsafat umum masuk, langkahnya yang nampak angun senyumnya yang luar biasa indahnya, dan lirikan matanya yang sangat sinis namun manis. Sebut saja beliau bu Aini dosen filsafat yang terfavorit.
“Siang anka-anak, sebelum kita mengawali mata kuliah ini, ibu akan membagi beberapa kelompok untuk mempresentasikan mata kuliah filsafat umum kali ini, satu kelompok terdiri dari dua orang dari absen pertama patner dengan absen ke-2 begitu seterusnya” Sapa bu Aini
Sembari menunggu teman teman melihat absen, kulakukan hal lain dengan membaca buku pengantar filsafat. Namun, tiba tiba ada rasa yang aneh. Ternyata laki laki berbaju merah hitam itu mendekatiku.
“Hem, Marsya ya?” Tanya laki laki
“Oh, ya kenapa? Satu kelompok ya? Tentang apa?” jawabku dengan deg degan dan tidak sistematis
“Ya, kita dapat tema tentang Filosof Yunani Immanuel Kant”
“OK. Bisa kita selesaikan kapan ka?”
“Secepat mungkin ya”
“ok”

Hati ini terasa terombang ambing, seperti burung yang berbicara dengan bunga. Nampak gugup dan kosong. Inilah kelemahanku saat mulai merasakan cinta. Selalu gugup dan tanpa Arah.
Matakuliah filsafat pun usai bu Aini hanya membagi tugas makalah saja. Tanpa ada pengantar apapun dia langsung beranjak pergi. Artinya ku dan yang lainnya pun ikut pulang. Namun, Laki laki hitam merah itu terus menatapku dengan tatapan aneh. Dengan rasa yang tak tau apa rasa ini aku pun mendekatinya.
“kakak oh ya kalau boleh tau nama kakak siapa? Soalnya makalah harus segera dibuat”
“Oh ya, perkenalkan nama ku Umarul Faruq pangil saja ummar, kalau kamu”
“Bukan kah, kakak sudah tau nama saya ya, lupa atau pura pura lupa nih si kakak”
“Oh ya, maaf Marsya kan?”
“Ya kak”
“Ada kuliah lagi?” tanya Umar
“Tidak ada, nih mau pulang”
“OK, Sebelum pulang ke perpus dulu yuk cari referensi makalah”

ADVERTISEMENT

Tanpa suara, tanpa ucapan, aku pun langsung menganggukan kepalaku, menerima ajakan kak Ummar. Kami berjalan berdua menuju perpustakaan, hati ini semakin berdebar tak karuan entah dia merasakanya atau tidak. Senyumnya yang manis membuat hampir semua anak kampus terpesona padanya.

Satu jam terlewat bersama, namun hanya mendapat 2 buku. Padahal minimal harus memiliki 6 buku yang dijadikan bahan referensi. Akhirnya, kita pergi meninggalkan rauang buku itu dan lanjut ke perpus pusat.

Dan yang terasa mulai merasa
Yang telah pergi dengan asa
Kini kembali penuh rasa
Rasa yang tak akan pernah bisa tersiksa
Semakin merasa rasa ini, 3 hari berlalu bersama laki berbaju merah hitam. Asam manis pun mulai terasa. Kebersamaan ini kian erat, hari demi minggu terasa sejengkal dalam perjalanan kisah, rasa jenuh belum sempat menghampiri meskipun rentan usia begitu jauh, Kehangatan itu kian merajut, menyusut, dan mengkerut dalam sebuah ruangan kecil, di malam itu, saksi nyala Tv yang sudah membisu, nyala lilin, tiupan korden jendela, serta rinai hujan di malam ini, tak ku sanggup menuturkan kisah demi kisah yang begitu cepat, kuasa Nafsu begitu meraja di sela-sela dedaunan rindang melebab sayu merdu.

Makalah pun siap dipersentasikan. Sayangnya, hari ini dosen filsafat tak hadir. Hanya meninggalkan tugas untuk meengumpulkan semua makalah. Dan ka Umar tak hadir hari ini. Huh hati terasa sepi tanpanya. Hanya menitipkan lmbaran kertas yang terlipat rapi. Rasa penasaran terasa, kubuka perlahan kertas ini dan ku baca pelan dalam hati.

Untuk Marsya
(Wanita yang selalu mandamaikan hatiku)
kumulai sandarkan beribu harap dalam sebuah rasa
memikul satu beban yang tak mungkin aku hempaskan
beban itu terasa nikmat dan sarat akan ketidakberdayaanku
mataku mulai sayup melihat tetesan keringat membasahi wajahku
keringat penuh tanggung jawab,
keringat penuh harapan,
hembusan nafas yang merasakan pahit dan getirnya kehidupan
inilah kebuasan raja siang yang kurasakan,
namun…
Ketika tiba ratu malam
Ku mulai berfikir dalam
Merasakan hangat indah saat bersamamu
Rasa ini bukan lah rasa yang biasa kurasa
Saat bersama bunga bunga yang lain
Wahai wanita yang telah mapu mengikat hatiku
Maukah kau menjadi bulan yang selalu menerangi hatiku
Menjadi pelangi yang memberi warna dalah hidupku
Aku hanyalah sang kerdil yang tak mampu meraih bintang
Mungkin terlalu cepat, namun inilah yang kurasa
Hati tak sanggup menahan terlalu lama
Inilah rasa yang selama ini ku pendam, diamku bukan berarti ku tak mampu berkata. Diamku karena ku tak sangup memandang indah cinta yang mulai tumbuh bersamamu. Marsya, semua ku serahkan padamu, tak ada cinta yang terpaksa dan tak ada persahabatan yang ternoda akan cinta. Kau terima atau tidak asalkan kita masih bisa tetap bersama. Entah sebagai teman hati atau teman biasa. Ku harap kau mangerti.
Salam maaf
Dari laki laki yang menunggu kepastian
Umarul Faruk

Gerimis, merintis, namun tak usahlah menangis. Surat kecil ini membuatku bungkam, namun mulut ini terasa ingin berteriak mengungkapkan rasa bahagia. Rasa yang terpendam dan akhirnya terjawab. Rasa ini sama dan berakhir sama.
Pengakuan rasa yang searah
Embun pagi mulai menetes di setiap dedaunan yang nampak bertasbih, menikmati keindahan pagi. Jiwa ini akhirnya ini mulai bangkit dan merasa apa yang harus dirasa. Mulai melanjut aktifitas dan menuju kampus biru.
“Marsya”
Suara itu, suara yang mendebarkan hati ini, kini mulai terasa dekat
“Marsya, sudahkan kau terima surat yang kemarin?” tanya kak ummar
“hem, sudah kak?” kenapa
“ya, nggak kenapa kenapa?” dengan wajah penuh harap
Percakapan aneh ini semakin berlanjut. Seperti anak yang baru kenal, malu malu tanpa arah. Hingga akhirnya, muncul dalam mulut Ummar pernyataan yang ia tulis dalam suratnya. Dengan wajah tampak gugup aku menjawab sesuai dengan kata hatiku. Dan akhirnya senin 1 Maret 2014 jalinan cinta abadi mulai terajut. Awal bulan Maret menjadi awal kisah cinta dua insan yang telah bersatu dalam dunia Cinta

Cerpen Karangan: Inayatun Ma’rifah
Facebook: Inayah Al Ma’rifah

Nama Lengkap: Inayatun Ma’rifah
Tempat/tanggal lahir: Pemalang, 1 Maret 1994
Alamat sekarang: Jl.prof. dr. hamka, gang ringinsari II/20 ngaliyan semarang
Alamat E-mail: infaelzulfa[-at-]gmail.com

Pendidikan Formal
2000-2006: SDN 03 Siremeng Pulosari Pemalang
2007-2009: MTs. Futuhiyyah 2 Mranggen Demak
2010-2012: MA. Futuhiyyah 2 Mranggen Demak
Aktivitas
Aktivitas sekarang:
Pengurus dan pelopor di Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang (Impp) IAIN walisongo semarang Dan ketua umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Kab. Pemalang
Mahasiswa di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang
Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang
Aktivis Gerakan Pemuda Islam (GPI) Jawa Tengah
Peneliti di lembaga study agama dan nasionalisme (LeSAN)
peserta tahfid qur’an dan penerima beasiswa unggulan Monash Institute

Cerpen Aku, Kau dan Filsafat merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Kesalahanku Mencintaimu

Oleh:
Dalam ketidaktahuanku akan sesuatu terkadang membuat dia marah atau mengejekku. Aku tau dia lebih tahu dan lebih dari paham dalam hal itu tapi setidaknya pengetahuannya itu tak ia gunakan

My Bestie

Oleh:
Kamu bukan kekasihku. Kamu juga bukan saudara kandung atau kerabatku. Tapi kamu begitu baik dan perhatian kepadaku. Pernah kutanyakan kepada kawanmu apakah kamu sudah punya kekasih? Katanya tidak. Katanya

Jogja dan Kenangan

Oleh:
Jogja, Kota yang penuh pesona dan keindahan yang menghipnotis, tidak heran jika banyak pendatang tersihir untuk menyusuri setiap jengkal kota ini lebih dalam lagi. Namun bagiku, seorang perempuan yang

Rasa Yang Terpendam (Part 1)

Oleh:
Zoey adalah gadis remaja yang menginjak usia tujuh belas tahun. Dia anak seorang janda bernama Zara yang kini sedang terbaring lemas karena sakit keras yang dideritanya. Sejak usia Zoey

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Aku, Kau dan Filsafat”

  1. lucas says:

    Immanuel Kant bukannya filosof germany?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *