Ambigu
Cerpen Karangan: Mila MarthasariKategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 17 September 2022
Orang bilang cinta tanpa balasan itu menyakitkan.
Orang bilang jika kita mengejar seseorang justru itu akan menjauhkan.
Dan orang bilang cinta tidak selamanya harus memiliki.
Terkadang kita bisa mencintai tanpa harus memiliki.
Pagi yang cerah dengan terpaan angin dan sinar Mentari yang hangat menyambutku. Semburat cahaya Mentari menyelip dibalik korden yang menutupi jendela kamarku. Hari ini adalah hari senin, dimana jam masuk sekolah lebih pagi daripada biasanya karena upacara bendera. Hari ini juga hari dimana aku dan teman-temanku lainnya akan mempersembahkan persembahan terakhir untuk sekolah SMA tercinta. Ya, aku dan teman-temanku sebentar lagi akan meninggalkan masa-masa SMA yang penuh dengan suka duka.
Satu bulan kemudian…
Aku mendapat kesempatan undangan untuk mendaftar di Universitas Negeri melalu jalur raport. Pada saat itu aku mendaftar ke Universitas yang ternama di Surabaya. Namun pada akhirnya aku harus menerima kekalahan karena ku tidak lolos untuk masuk di Universitas tersebut. Dengan lapang hati aku menerima takdir yang sudah tertulis untukku. Alhamdulillah, aku juga mendapat kesempatan untuk memasuki Universitas Negeri Islam melalui jalur rapor. Akhirnya aku memilih Universitas Negeri Islam yang masih ada di Kota Surabaya. Aku memilih jurusan yang menurutku bisa membantuku untuk menekuni dunis jurnalistik.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba yakni waktu dimana aku tidak lagi menjadi seorang siswi SMA melainkan aku sudah menjadi seorang mahasiswi. Namun sungguh disayangkan, aku tidak bisa mengikuti perkuliah secara tatap muka di bangku kuliah karena merebaknya virus COVID 19. Selama hampir kurang lebih 2 tahun dari semester 1-4 aku mengikuti perkuliahan secara online. Akupun tidak sepenuhnya mengenal teman-teman satu jurusanku, karena kesempatan yang terbatas untuk berkenalan.
Pada semester 1-3 aku memiliki seorang yang mampu menerimaku secara apa adanya dan mampu untuk bersikap sabar denganku. Hubungan yang telah aku jalin bersamanya tidak sebentar, kurang lebih 2,5 tahun. Namun hubungan tersebut harus kandas karena tidak adalagi yang bisa kita perbaiki. Aku yang memilih untuk mengakhiri hubungan itu karena aku merasa lebih baiknya kita berdua sama-sama untu intropeksi diri. Memasuki semester 4 aku mencoba untuk tidak membuka hati bagi siapapun. Dan aku lebih memilih untuk menikmati duniaku sendiri.
Suatu hari dimana aku sedang tidak baik-baik saja, aku sedang menderita sakit dikarenakan kecapekan atau mungkin aku kaget dengan situasi yang sekarang. Dimana aku harus Pulang Pergi (PP) dari Gresik ke Surabaya untuk masuk kuliah. Karena pada semester empat pertengahan kuliah sudah mulai longgar dan dilaksanakan secara tatap muka di kampus. Pada saat itu ada seseorang yang memberiku semangat dan empati. Orang itu bukan lagi orang yang asing Namanya bagiku. Orang itu adalah mantan dari teman SMP ku dulu.
Percakapan demi percakapan telah kita bahas. Lambat laun aku merasa mulai nyaman dengan dia. Lambat laun aku merasa ada sesutau yang berbeda yang aku rasa ketika aku bertukar cerita dengannya. Aku senang aku bisa membuka hatiku Kembali, namun disisi lain aku juga merasa bersalah karena membiarkan rasa ini tumbuh untuknya yang sudah memiliki kekasih. Akhirnya aku memutuskan untuk menyimpan perasaan ini dalam diam. Dia bercerita bagaimana awal dia Bersama pacarnya bisa bertemu hingga akhirnya menajalin hubungan yang sudah menginjak 1 tahun lebih lamanya. Aku mendengarkan dan memastikan juga perasaanku tidak apa-apa. Aku harus tetap bisa menjaga diri agar dia tidak tau tentang perasaan ini.
Satu minggu lebih aku dekat dengan dia. Tiba-tiba dia bercerita bahwa dia dengan pacarnya sedang tidak baik-baik saja. Aku pun secara gamblang mengatakan dalam hati “Apakah aku penyebabnya?”. Namun ketika aku tanyakan ke dia melalu telepon dia menjawab bahwa bukan aku penyebabnya, tetapi memang ada masalah dan mereka berdua tidak dapat lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sejak kejadian itu dia menjadi seorang laki-laki yang lemah dan rapuh. Dia mengeluh bahwa dia susah untuk melupakan mantan pacarnya tersebut. Yang bisa aku lakukan hanyalah memberikan masukan dan semangat untuknya.
Pada suatu malam kita bercengkerama via telepon. Pembicaraan yang kita bahas beda dari sebelumnya, ini lebih serius. Kita berdua saling bertukar perasaan satu sama lain. Kita berdua mengakui bahwa sama-sama ada rasa. Namun aku berfikir untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan. Aku mengatakan jika lebih baiknya aku dan dia sama-sama menikmati masa sendiri dulu. Sama-sama fokus untuk memperbaiki diri. Kita simpan perasaan ini hingga semesta yang akan menyatukan kita diwaktu yang tepat.
Oke, keputusan itu bisa kita terima. Berjalan satu bulan hubungan kita berdua sudah sulit untuk dijelaskan. Aku dan dia sama-sama egois dan tidak mau mengalah. Aku menginginkan dia untuk memberikan kejelasan tentang perasaannya, tetapi dia tidak mau dan selalu berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia bilang dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Padahal disini yang aku inginkan adalah siapa aku di mata dia? Hingga nanti aku bisa memposisikan diriku seperti apa bagi dia.
Semakin lama kita berdua semakin tidak ada kejelasan. Sering beradu argumen dan tidak mau mengalah. Hingga pada akhirnya, aku menepiskan egoku. Aku memberikan kesempatan bagi dia untuk lebih tenang. Aku memilih untuk tidak mengganggunya terlebih dahulu. Pilihanku ini bukan karena aku ingin meninggalkan, tetapi aku hanya ingin menyadarkan diriku bahwa cinta itu tidak selamanya bisa dimiliki. bahkan seseorang yang memberikan perhatian kepada kita setiap harinya, juga bisa berubah sewaktu-waktu tanpa kita tahu. Pada akhirnya kita berdua menyudahi percakapan dan kedekatan yang kita jalin.
Terkadang kita harus merelakan sesuatu yang kita inginkan agar kita bisa menikmati indahnya hidup ini. Cinta tidak seharusnya dan selamanya kita kejar. Cinta akan datang dengan sendirinya jika memang semesta sudah mentakdirkan. Dan jangan pernah menyalahkan cinta karena itu sebuah anugerah dariNYA. Cinta tidak salah, tetapi biasanya cinta itu datang diwaktu yang salah.
Cerpen Karangan: Mila Marthasari
Blog / Facebook: Mila Marthasari
Cerpen Ambigu merupakan cerita pendek karangan Mila Marthasari, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Death A Date (Part 1)
Oleh: MiftahAku berdiri di depan cermin, menatap sosok gadis yang nampak gelisah, bingung memilih baju mana yang cocok untuk kencan pertama ini, lenganku membuka lemari memilih sana-sini sampai pilihanku berakhir
Persahabatan Kita (Part 1)
Oleh: Frida AlawiyahKini tepat di sore hari aku duduk di depan rumahku menanti kedatangan mereka, tak lama ku menunggu mereka datang juga akhirnya. “Rafa, tara kalian lama sekali tadi, jadi nggak?”.
Si Jutek Pengujiku
Oleh: Annisa Noviyanti RohmaniarMatahari mulai menampakan diri dari tempat persembunyiannya, aku segera bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus, hari ini adalah hari pertama praktikum, dan untuk pertama kalinya
Tulus
Oleh: Rahimah Permata SariTidak secantik siswi yang lain yang ada di sekolahnya, imut meskipun seleboran, bawel, pintar, asik dan selalu ceria di hadapan orang lain dialah cewek yang bernama Deby Viola. Di
When I’m Gone (Part 1)
Oleh: Barathayudha Hari PrasetyoPagi ini aku terbangun dengan perasaan yang bahagia. Karena apa? Karena kemarin, sewaktu penerimaan Laporan Hasil Belajar semester 1, aku berhasil mendapatkan peringkat 1 pararel. Sesuatu yang aku idam-idamkan
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply