Awan Vs Jingga (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 9 January 2018

Hari ini Awan memang sedang tidak ada jadwal kuliah. Namun dia tetap pergi ke kampus untuk menemui Jingga. Saat sedang menunggu Jingga di taman kampus, Awan bertemu dengan kekasihnya, yang tak lain adalah Mentari.

“Awan!” sapa Mentari yang segera menghampiri Awan.
“Hai, Mentari! Selamat siang cantik” senyum Awan pada Mentari yang kini duduk di sebelahnya.
“Bukannnya kamu lagi gak ada jadwal ya?”
“Iya, aku bosan kalo tetap di kosan lagi libur gini. Makanya aku pergi ke kampus”
“Pasti mau nemuin aku.” tebak Mentari percaya diri.
“Sebenarnya aku… iya aku juga mau nemuin kamu”
“Kangen?”
“Iya, aku kangen kamu”
“Ah.. Awan. Aku juga kangen banget sama kamu” balas Mentari.
“Hmm… kamu..”
“Aku kenapa?”
“Gak apa-apa” Awan melihat Jingga mendadak berlari saat melihatnya yang sedang bersama Mentari.
”Aku mau masuk kelas dulu ya? bye Awan”
“Iya, bye Mentari” senyum Awan pada Mentari.
“Kenapa dia pergi? apa karena gue lagi sama Mentari? tapi kan gue udah bilang mau jemput dia hari ini” gumam Awan merasa aneh dengan sikap Jingga tadi.

Awan berjalan menyusuri koridor kampus untuk menemui Jingga. Dan benar saja Jingga sedang duduk sendiri di kantin kampus.
“Hey!” panggil Awan membuyarkan lamunan Jingga.
“hmm…”
“Eh, lo kenapa? tadi udah liat gue kan di taman?”
“hmm…”
“Kenapa lo pergi? terus ekspresi lo itu?”
Jingga hanya diam tanpa mempedulikan pertanyaan Awan padanya.
“Lo lagi PMS ya? muka lo jutek banget!” tebak Awan yang merasa sedikit aneh dengan ekspresi Jingga padanya.
“hmm…”
“Kenapa lo gak jawab apa-apa dari tadi? lagi sakit gigi?”
“Enggak! gue gak lagi sakit gigi! gue gak lagi PMS!” jawab Jingga meninggikan nada suaranya dengan ekspresi super jutek.
“Lo marah sama gue?” Tanya Awan yang menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Jingga.
“Apaan sih?”
“Terus kenapa? tiba-tiba ekspresi lo jadi kayak gini? apa lo cemburu lihat gue sama Mentari tadi di taman?” kini Awan lebih menatap tajam mata Jingga.
“Enggak! lo mau ngapain deket gue terus?”
“Kan gue udah bilang, gue mau jemput lo hari ini. Tapi tiba-tiba sikap lo kayak gini. Gue gak ngerti kenapa”
“Gue bisa pulang sendiri. Lebih baik lo pulang bareng Mentari”
“Mentari ada acara sama teman-temannya hari ini”
“Jadi karena lo gak bisa jemput Mentari, jadi lo jemput gue?”
“Bukan gitu, meskipun Mentari lagi gak ada acara, gue tetap mau jemput lo hari ini. Gue serius”
“Hari ini gue mau pulang sendiri”
“Enggak! gue udah datang ke kampus buat jemput lo! dan dengan mudahnya lo mau nolak ajakkan gue gitu aja?”
“Gue lagi kesel. Lo bisa kan ngertiin gue?” balas Jingga menatap tajam pada Awan.
“Gue bisa ngertiin lo! tapi lo kesel kenapa? gue gak akan pernah tau, kalo lo aja kayak gini ke gue”
“Lo gak perlu tau” Jingga menggeser kursinya agar sedikit menjauh dari Awan.
“Gue pengen lo jawab jujur. Lo cemburu kan sama Mentari?”
“Iya! kalo gue cemburu kenapa? kalo gue suka sama lo kenapa?”
“Apa? lo beneran cemburu? suka sama gue? kenapa lo cemburu? padahal gue selalu memberi perhatian penuh sama lo.”
Jingga diam dan menundukkan kepalanya karena malu dengan pernyataannya.

“Kenapa lo bisa suka sama gue?”
“Karena sikap lo ke gue. Lo selalu memberi perhatian sama gue. Meskipun lo udah punya kekasih”
“Itu semua gue lakuin karena gue sayang sama lo. Gue udah nganggep lo seperti adik gue sendiri”
“Adik? gue gak suka kalo lo anggap gue adik”
Jingga yang mulai tidak peduli dengan pernyataan Awan padanya, bersikap seolah tidak mendengar apapun lagi.

“Lupain perasaan lo ke gue!” rangkul Awan yang menggeser kembali kursinya.
“Gimana caranya?” Jingga menolehkan sedikit wajahnya pada Awan.
“Anggap gue kakak lo, teman lo. Seperti gue nganggap lo adik gue selama ini”
“Dengan sikap lo kayak gini?”
“Gue sadar, pasti lo salah paham sama perhatian gue ke lo selama ini”
“Udah, gitu aja?”
“Hah! lo gak marah kan?”
“Marah? gue bukan anak kecil lagi” tiba-tiba Jingga memukul keras bahu Awan.
“Aww… lo ini kenapa?”
“Gue cuma mau mastiin kalo lo masih punya rasa sakit atau enggak”
“Harusnya gue yang kayak gitu ke lo”
“Silahkan Awan…”
“Silahkan apa?”
“Silahkan pukul gue!”
“Gak akan pernah”
“Kenapa? takut?”
“Ngapain gue takut”
“Terus kenapa?”
“Karena gue sayang sama lo”
“Ulangi sekali lagi!” perintah Jingga sambil memukul Awan lebih keras lagi.
“Kenapa lo mukul gue lagi? iya, gue sayang banget sama lo. Jangan pukul gue lagi. Kasian juga kalo pacar lo nanti dipukulin terus sama lo. Hahaha..”
“Kenapa ketawa? gak lucu. Lagian gue udah pernah mukul pacar gue” Jingga memalingkan pandangannya dari Awan seakan marah dengan pernyataan Awan.
“Siapa? tega amat lo!”
“Lo!” tunjuk Jingga pada Awan tanpa mempedulikan reaksi Awan saat mendengarnya.
“Apa? gue pacar lo? hey, tunggu! gue kan udah bilang, lupain perasaan lo ke gue. Lo bisa bersama gue kapanpun lo mau. Kita seperti adik kakak”
“Kalo gitu, jangan ikutin kemanapun gue pergi”
“Gak bisa. Gue harus ngejaga lo. Kalo lo kenapa-kenapa gimana?”
“Bukan urusan lo! berhenti ngikutin gue!”
“Jingga marah?”
“Jangan panggil nama gue!”
“Sayang, kamu marah?”
“Apaan sih bikin ilfeel. Udah sana, pergi menjauh!”
“Gak akan pernah”

Tiba-tiba Mentari datang menghampiri Awan.
“Awan…”
“Iya, Mentari?”
“Lagi ngapain kamu di sini?”
“Aku… aku lagi ada perlu sama anak satu ini” memegang kepala Jingga.
“Oh. Jadi pergi kan?”
“Ke mana? maksud aku, sekarang kayaknya gak bisa. Lain waktu aja bisa kan?”
“Bohong dia ini!” sambung Jingga menyingkirkan tangan Awan dari kepalanya.
“Ya udah, aku pergi dulu. Bye”
“Bye…”

“Kenapa lo bohong?”
“Bohong apa? ya emang gak bisa. Gue masih ada perlu sama lo”
“Perlu apa ya? perasaan gue, lo dari tadi gak ngomongin hal penting apapun”
“Oh iya, gue baru inget. Ikut gue!” Awan menarik tangan Jingga untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat.
“Lepasin gue! gue mau pulang”
“Ikut gue dulu’
“Enggak mau”
“Kenapa? lo takut ketauan Mentari?”
“Apaan sih”
“Jangan khawatir, gue selalu ada buat lo” Awan memeluk erat Jingga tanpa menyadari Mentari masih memperhatikannya.
“Lepasin gue! apaan sih lo! gue takut…” ucapan Jingga terhenti ketika melihat Mentari mendekati Awan.

“Oh… ini yang kamu bilang ada perlu? kamu ngebatalin kencan sama aku juga? kenapa harus meluk? kamu! bahkan gak pernah meluk aku sama sekali. Dia sebenarnya siapa? adik sepupu kamu atau pacar kamu? jelasin Awan…” pinta Mentari yang tak kuasa menahan rasa sakit hatinya.
“Mentari… kamu percaya kan sama aku? aku gak ada apa-apa sama anak ini! tentang meluk dia, aku minta maaf. Aku udah nganggep dia sebagai adikku. Kamu juga gak pernah mau aku peluk.”
“Alasan… sekarang kamu mau hubungan kita seperti apa?”
“Maksud kamu? kita tetap sebagai kekasih”
“Dengan membiarkan pacarku memeluk gadis lain di hadapanku? kamu gak ngerti, apa yang aku rasa”
“Mentari… aku tau kamu marah, kamu cemburu”
“Kita putus!” Mentari pergi begitu saja tanpa berbicara sedikitpun pada Jingga.
“Mentari…” Awan bingung ingin mengejar Mentari atau tetap bersama Jingga.
“Gue pergi dulu.” Jingga pun pergi.
“Terserah kamu Mentari! kalo kamu gak percaya.”
“Nyerah?” Jingga membalikkan badannya dan tersenyum menyindir pada Awan.
“Jingga…” Awan berlari mengejar Jingga dan segera memeluknya erat dari arah belakang.

Cerpen Karangan: Ringga Beria
Blog: beriallingga.blogspot.com

Cerpen Awan Vs Jingga (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Cinta Tak Harus Memiliki

Oleh:
Putri adalah gadis 18 tahun, yang sebentar lagi akan menginjak bangku kuliah, Putri bersahabat dengan Gibran, dimana ada Putri pasti disitu ada Gibran. Putri temasuk anak yang kuper, dia

Asam Manis Cinta

Oleh:
Masa remaja ialah masa yang menyenangkan, dimana kita dapat memperoleh sahabat maupun seseorang yang spesial. “Di tolong kerjakan soalku” ucap Lina berbisik. “oke, tapi syaratnya belikan aku pulsa” ucap

Sekarang & Selamanya

Oleh:
Fadjar mulai menjelang, mentari kian menari dari ufuk timur. Tak terasa hari telah berganti sedangkan diriku masih terbaring di atas tempat tidur, menyambut datangnya sinar yang menelusup dari balik

Dia Yang Tidak Bisa Aku Lupakan

Oleh:
Menurutku ungkapan cinta tidak harus memiliki itu benar, seperti itulah yang aku rasakan. Ada seorang pria yang sangat aku kagumi dia bernama Radit. Rasaku itu bermula ketika ada suatu

Udara Yang Dingin

Oleh:
“Felly! Lo kenapa, sih? Dari tadi bengong melulu?! Lu faham nggak sama yang gue bilangin tadi?,” tanya Riska dengan sisa kesalnya. “Nih anak pikirannya, putus deh kayaknya!,” tebak Billy

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *