Bersamamu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 15 July 2015

Inilah hari lain bagiku yang super normal. Aku hanya duduk sambil tertawa dengan Josh, sahabat paling istimewa bagiku. Tiap hari dia selalu menemaniku duduk di kursi rodaku. Sepotong roti dan segelas teh menemani kami sepanjang sore itu.

Namaku Merry. Merry White. Aku lumpuh. Josh Edison adalah tetanggaku dan kami bersahabat sejak kecil. Josh selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Karena aku sangat suka berkomunikasi, aku mendapat banyak teman. Sahabatku, Marie, Velyn dan Christy, juga bisa menjadi sahabatku karena diperkenalkan oleh Josh. Intinya, Josh selalu membantuku dalam banyak hal.

Hari ini, untuk pertama kalinya, aku tidak ingin merepotkannya lagi. Aku… Aku sedang merahasiakan sesuatu darinya. Maafkan aku, Josh.

“Merry, aku datang,” suara Josh membangunkanku dari tidur siangku. “Oh, Josh. Tunggu sebentar,” ujarku sambil bergegas meraih kursi rodaku, lalu keluar kamar dan membukakan pintu untuk Josh. “Hai, gimana kabarnya, putri kecil?” Goda Josh sambil mengacak rambutku. Aku nyengir-nyengir sambil membalasnya dengan balas mengacak rambutnya. “Kabarku sedang-sedang saja,” kataku sambil terkikik melihat mimik Josh yang konyol. “Ditanya apa kabarnya harusnya kalau orang normal jawabnya baik baik saja, terima kasih. Ini malahan sedang-sedang saja. Dasar,” kata Josh sambil setengah menjitak jidatku. Aku cuma tersenyum kecil. “Oh ya, ini buku pelajaran hari ini,” kata Josh. “Josh, mulai besok kamu nggak perlu repot-repot lagi ya, kayak gini. Jangan, aku nggak mau ngerepotin kamu lagi, Josh. Makasih ya, selama ini udah bantuin aku terus,” ujarku sambil tersenyum semanis mungkin. Josh terdiam. Kelihatannya ia mau protes, aku menahannya. “Plis?” “…Merry…” “Ya?” “Oi, aku mau ciptain suasana serius malah jadi suasana konyol gara-gara kamu malah jawab ‘ya’ dengan mimik polos kayak gitu,” canda Josh. Aku tertawa keras. Hmm, dipikir-pikir sudah lama aku nggak bisa jaga kharisma nih. Gawat. Lama-lama bakal dijadiin bahan ledekan Josh sebagai ‘Miss Award Ridiculous and Jelek’. Josh memang selalu lucu. Aku mencubit Josh pelan. “Jangan sampai kamu ejek-ejek aku ya, awas lo,” ancamku sambil bercanda. Josh mengangkat tangannya seolah surrender. Hehe, Josh, Josh. Selalu sama setiap hari. Selalu membuatku tertawa…

“Oh ya, aku jadi gagal ngajak kamu nih, gara-gara kamu tuh bego banget sampe-sampe orang mau bikin suasana lebih serius dijadiin film komedi kepolosan. Aku mau ngajak kamu nonton film di bioskop. Dijamin pulang ke rumah sakit perut,” kata Josh. “Lucu banget ya? Sampai sakit perut gitu,” tanya ku. “Gak, tapi pedes banget makanan kita disana nanti,” jawab Josh asal. “Dasar badung!” Ujarku sambil mencubit Josh lagi.

“Nah, gimana tawarannya?” “Boleh deh, asal bagian makan makanan pedesnya dihilangin,” kataku sambil nyengir-nyengir. “Ya deh, ya deh, eh, dari tadi di pintu masuk ini kita ngapain aja sih? Terus kenapa aku dihalangin buat masuk gini? Emang aku teroris?” Kata Josh sambil menunjuk posisi kursi rodaku yang memang sedang menghalangi jalan masuk. Aku terkikik kecil sambil memutar kursi rodaku, memperbolehkan Josh masuk, lalu menyuruhnya pulang sedetik setelah itu. (Hah!?) -> jelas bohong ya.

“Jadi… Kamu kapan mau sekolah lagi?” Tanya Josh. “Gak tau juga ya Josh. Aku gak yakin sama kakiku. Males juga dihebohin di sekolah. Apalagi temen-temen pada lagi demen roti (gak nyambung tiba tiba bahas roti),” kataku terus terang. “Roti gak masuk bahan obrolan ini, dek,” kata Josh sok tua (tua?! Tolong panggil kakek Josh saja ya). “Tapi the real problem is, aku gak punya biaya buat ke sekolah lagi. Soalnya… Mama kan baru cerai sama papa. Jadi… Keuangan kita agak sulit,” kataku. “Oh, begitu. Nanti kubantu deh,” kata Josh. Aku menggeleng. “Jangan bantu. Aku serius, aku nggak mau dibantu, Josh,” kataku dengan mimik serius. Josh terdiam, lalu mengangguk pelan. “Thanks ya,” aku pun tersenyum.

Josh sudah pulang sekarang. 2 minggu lagi… Hanya 2 minggu lagi… Sungguh bukan waktu yang panjang… Sungguh bukan… Waktu yang panjang… Bukan…

2 minggu kemudian
“Merry! Haloo? Ada orang di rumah?” Seru Josh sambil mengetuk pintu rumahku.
Cklek… Ibuku membukakan pintu rumah dan mempersilahkan Josh masuk. Sudah pasti, Josh melongo melihat koper-koper yang penuh terisi. “Tante, tante mau kemana?” Tanya Josh penasaran. “Merry belum bilang ya? Kami akan pindah ke Batam, Josh. Tunggu, tante panggilkan Merry,” kata mama menjelaskan. Josh melongo. Aku segera keluar dari kamarku sambil membawa sebuah kotak dibungkus rapi. Aku lalu menyerahkan kotak itu kepada Josh. “Ini, untukmu. Maaf ya, aku belum kasih tau tentang ini. Nih, anggap saja jadi tanda terima kasih karena selama ini sudah banyak membantuku, aku harap kita akan bertemu lagi, Josh,” kataku sambil menahan air mataku. Aku akan merindukan Josh, sangat. “Apa ini?” Tanya Josh. “Buka saja,” kataku sambil tersenyum. Josh membuka kotak pemberianku perlahan. Isinya simple… Sebuah boneka beruang mini yang kubalut dengan segala macam kertas bertuliskan surat-surat untuk Josh yang selama ini tak bisa kusampaikan. “Ini… Perasaanku yang sebenarnya, Josh. Aku senang sekali bisa mengenalmu. Aku rasa aku beruntung, bisa memiliki sahabat sepertimu. Tapi di perasaanku, aku menganggapmu lebih dari sekedar sahabat. Aku menyukaimu, Josh,” ujarku sambil tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya, aku berhasil mengungkapkan perasaanku pada Josh, tapi ini juga terakhir kalinya aku akan bertemu dengannya. Josh tampak sedikit kaget. Tapi lama kelamaan dia tersenyum lalu mendekapku di pelukannya, lama, lama dan sangat lama. “Aku… Juga… Menyukaimu, Merry,” kata Josh. Aku sungguh kaget dan senang. Aku tersenyum sangat lebar, mungkin aku tidak akan bisa cemberut lagi. Meski masih lumpuh, aku telah menjadi gadis paling beruntung di dunia ini. “Merry, aku akan selalu menyimpan boneka ini. Terima kasih ya, aku yakin kita akan bertemu lagi,” kata Josh sambil mengelus kepalaku. Aku tersenyum lebar LAGI! Aku ragu apa aku akan bisa mengatup mulutku lagi. “Ups, senyumnya cantik banget nih,” goda Josh. Wajahku bersemu merah. “Ih, Josh!” Aku memukulnya pelan. Sisa sore itu kita nikmati dengan tertawa. Esoknya, aku berangkat. Josh ikut mengantarku ke bandara. Perjalanan dari London ke Batam benar-benar jauh! Aku berkali-kali tertidur dan terbangun di pesawat, dan berkali-kali transit. Akhirnya, tibalah aku di Batam. Disini aku akan mencoba untuk memulai hidup yang baru. Disinilah, aku mulai bersekolah.

Aku berjalan mengitari koridor kos-kosan ku di Batam, tertatih-tatih dengan tongkat penopangku, berusaha menuju ke kulkas untuk sarapan. Aku lewat di depan sesuatu gang tempat loker-loker para murid-murid kos disana. Aku mendengar sebuah percakapan antara 2 laki-laki. Satu suara dari mereka cukup kukenal, tapi aku tidak dapat begitu memastikan siapa.

ADVERTISEMENT

“Hei, bro, boneka apaan tuh? Udah kusam-kusam amat gitu masih disimpan!? Ngapain sih cowok main boneka?” Sebuah suara terdengar. “Jangan gitu lah, ini boneka spesial lo,” bantah temannya. “Heh? Dapat dari pacarmu ya?” “Bukan, dari orang yang kusuka di London. Dia sahabatku sejak kecil. Saat dia mau pindah ke Batam, dia memberikan boneka beruang ini sebagai hadiah untukku dan menyampaikan perasaannya. Aku… Juga menyampaikan perasaanku saat itu juga. Makanya ini boneka sangat spesial,” jelas cowok itu. “Pantas. Tapi dicuci kek,” “Udah, udah kok. Tapi sayang banget kayaknya boneka ini anti sabun, baunya aneh waktu dicuci,” “Ada pula yang gituan, lagian… Ini namanya siapa? Masa’ boneka ini gak kamu kasih nama?” “Namanya Ruby,”

Aku terdiam, mematung di tempat. Entah apa yang mendorongku saat itu, tiba-tiba saja aku langsung bergegas mendekati cowok itu dengan bersusah payah dan memeluknya. “Josh, aku kangen…” Ujarku sambil mempererat pelukanku. Ya, itu memang Josh dan dia sangat kaget! Tentu saja kaget, aku nggak tau asalnya dari mana, dari antah berantah gitu langsung tiba-tiba meluk dia. Apa ada yang gak kaget gitu? “Merry!? Merry! Ini memang kamu! Merry… Aku juga kangen…” Kata Josh. Teman Josh melongo. “Cantiknya…” Bisiknya ke Josh. Josh hanyak tersenyum kecil. “Mer, ini Bryan. Bry, ini Merry,” kata Josh memperkenalkan aku dan Bryan. “Siip, Josh udah punya pacar. Hot news bagi temen-temen di sekolah nih…” Bryan mengacungkan jempolnya. “Oh ya, sekarang sekolah dimana ko?” Tanyaku agak gaul. “Di SMA Claudia, baru mau masuk nih. Soalnya baru lulus SMP kan,” kata Josh. Mendadak wajahku menjadi cerah. “Samaaaa!!!” Seruku girang. “Cieee…” “Ih, Bryan! Gak usah digituin juga la,” kataku pura-pura kesal. “Sorry la, sorry…” “Sekarang kita bakal ketemu tiap hari, pagi, siang, sore, malam… Haha. Aku yakin kelas kita sama,” kata Josh sambil mendekap Bryan dan aku. “Pasti, karena kalo enggak aku mau protes ke kepala sekolah,” “Eleh, emang lu berani?” “Gak sih, soalnya kepala sekolah kita galak,” “Haha, lagaknya…”

“Benar sekali, mereka bertiga sekelas. Takdir untuk Josh dan Merry. Mereka akan selalu bersama. Selama-lamanya…”

Aku akan selalu berada di sisimu, Josh. Bersamamu selamanya…

Cerpen Karangan: Angeline A.

Cerpen Bersamamu merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Satu Tahun Perjuangan

Oleh:
Aku Gino seorang pemuda berumur 20 tahun, aku tinggal di kota Yogyakarta. Aku suka dengan teman SMA-ku dulu namanya Rita, namun sayang sehabis lulus dia pindah ke kota Jakarta.

Misteri Sosok Gaia Ghost (Part 2)

Oleh:
Setelah kedatangan mereka, Logan lalu menjelaskan sembari menunjukkan video tersebut. “Hantu, di kala terlelap… Agaknya si pelaku tipikal night owl nggak sih?” Tebak Frederik. “I agree, aku malah gagal

Vanesh

Oleh:
Tanpa terkendali aku berteriak “Vanesh…” air mata ini juga sudah tidak bisa terbendung. Andai saja aku tadi tidak terlambat setidaknya aku nggak akan ngecewain Vanesh. aku yang tidak bisa

Perbedaan Jadi Tidak Berarti

Oleh:
Nama saya Arini Destianti. Aku dilahirkan dari seseorang yang berhati malaikat yang sering ku panggil IBU. Terlahir sebagai anak yang tidak normal bukanlah keinginanku. Siapapun itu, pasti tidak ingin

Merpati Awan Untuk Langit

Oleh:
“Merpati, apakah aku bisa menjadi awan yang selalu dekat dengan langit?” Hanya kalimat itu yang dapat mengalir dari pikiranku. Pikiran seorang Rhytmawan Klaudiani. Cepat-cepat saja aku menulis kalimat itu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Bersamamu”

  1. malik says:

    lanjutin dong ceritanya..pliiisss 🙂

Leave a Reply to malik Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *