Cinta Dalam Secangkir Kopi
Cerpen Karangan: Adena DianthaKategori: Cerpen Cinta, Cerpen Penantian
Lolos moderasi pada: 24 June 2019
Matahari mulai terbenam di ufuk barat, perlahan semburan berwarna jingga mulai menghiasi langit ditemani suara hewan malam yang mulai terdengar. Julius menatap ke arah jendela besar yang berada di samping meja kerjanya, ia dapat melihat kendaran yang berlalu lalang di bawah sana. Lampu-lampu jalan juga mulai menyala menerangi jalan.
Julius menghembuskan napasnya kasar sepertinya ia harus lembur lagi hari ini. Besok ia harus menghadiri rapat untuk produk baru yang dikeluarkan perusahaannya. Ia meraih cangkir kopinya yang berada di atas meja kerjanya dan meminumnya sedikit. Namun ada yang terasa lain dengan kopi itu, kopi itu terasa hambar. Seakan lidahnya sudah mati rasa saat meminum kopi, ia sudah tak dapat lagi merasakan pahit dan manisnya kopi. Ia sudah tak bisa lagi menikmati aroma kopi yang selalu memabukkanya.
Dan semua ini terjadi karena Serry, kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkannya. Seorang wanita yang telah berhasil menyembuhkan hatinya dikala ia terpuruk dan malah kembali meninggalkan luka yang lebih dalam untuknya. Sampai sekarang ia masih tak dapat melupakan perasaannya kepada Serry. ‘Oh Serry aku begitu merindukanmu’ pekik Julius dalam hatinya. Ia begitu merindukan segala sesuatu tentang wanitanya itu. Wanitanya? Julius tersenyum pedih, bagaimana bisa ia menyebut wanita itu sebagai wanitanya sekarang? Jika faktanya adalah wanita itu telah meninggalkannya tanpa kabar selama berbulan-bulan. Apakah wanita itu tak tahu bagaimana perasaanya sekarang.
Sedih itu sudah pasti, siapa yang tak akan sedih jika ditinggalkan oleh kekasihnya tanpa kabar seperti ini. Julius terkekeh pedih dalam kesendiriannya sekarang ini. Seakan saat wanita itu pergi dari kehidupannya saat ini, seluruh kebahagiannya pun turut meninggalkannya. Bahkan secangkir kopi yang dulunya selalu dapat menghiburnya dari kegundahan hatinya, kini tak manjur lagi untuknya.
Oh berbicara tentang kopi, rasanya ia ingin lagi meminum secangkir kopi buatan Serry. Baginya tak ada kopi yang dapat menandingi kopi buatan Serry, mungkin ini juga alasannya mengapa semua kopi yang ia minum sekarang terasa hambar karena hanya kopi buatan Serry yang terasa nikmat di lidahnya.
Astaga Julius apa yang kau perbuat sekarang? Pekerjaanmu masih banyak untuk apa kau mengingat masa lalumu sekarang. Julius melirik dokumen-dokumennya yang masih mengunung di atas mejanya. ‘kalau seperti ini terus pekerjaanmu tak akan selesai’ gumam Julius dalam hati sambil mengusap wajahnya kasar.
Perlahan tangan kanannya meraih salah satu dokumen dan mulai membaca isinya dengan teliti. Namun semuanya terasa sia-sia baginya sekarang, ia sudah terlanjur kembali mengingat masa lalunya dan sekarang hanya Serry yang memenuhi pikirannya sekarang. Padahal sudah dua tahun Serry meninggalkan dirinya tapi rasanya baru kemarin kejadian itu terjadi.
“Serry aku merindukanmu” Ucap Julius sendu.
—
“Aku pulang”
Suara Julius terdengar mengema mengisi rumahnya yang sepi. Julius mengerutkan keningnya bingung, tidak seperti biasanya mengapa hari ini rumahnya terasa sepi. Biasanya saat pulang kerja adiknya akan segera menyambutnya. ‘Mungkin dia sudah tidur’ pikir Julius dalam hati. Julius merlirik arlojinya yang sekarang menunjukkan pukul 23:30. Pantas saja matanya sekarang terasa berat, rupa sekarang sudah tengah malam. Tubuhnya terasa begitu lelah dan bukan hanya tubuhnya saja yang terasa lelah, hatinya juga sama lelahnya malah hatinya lebih lelah daripada tubuhnya sekarang.
Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju ke arah kamarnya. Ia sedikit melonggarkan dasinya sambil berjalan menuju kearah kamar mandi. Dengan cepat ia mulai membuka setiap pakaian yang membungkus tubuhnya dan menyalakan shower. Air mulai berjatuhan membasahi tubuhnya, andai saja rasa sakitnya sekarang seperti debu yang menempel di tubuhnya yang akan hilang saat ia menguyurnya dengan air. Andai saja di dunia ini ada lampu ajaib yang dapat mengabulkan permintaannya, maka ia akan meminta agar dapat bertemu dengan Serry sekali lagi. Hanya sekali, ya hanya sekali. Apakah permintaannya terlalu egois sekarang? Julius hanya tersenyum miris mungkin saja ia dapat bertemu dengan Serry tapi seperti yang ia pikirkan tadi. Hal itu hanya dapat terjadi jika keajaiban menghampirinya.
Julius meraih handuknya yang tergantung di sampingnya. Tak lupa ia mengosok-gosokkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil sambil berjalan ke luar dari kamar mandi. Saat ia memasuki kamarnya tercium aroma khas kopi yang telah memenuhi kamarnya. Ia segera mencari asal dari aroma tersebut, dan ternyata aroma tersebut berasal dari secangkir kopi yang berada diatas meja kecil yang berada di samping kasurnya. Asap putih masih mengepul dari kopi itu. Dengan rasa penasaran ia segera menuju secangkir kopi tersebut dan meraihnya. Julius memejamkan matanya sejenak dan kembali menghirup aroma kopi itu, aroma kopi itu benar-benar memabukkan untuknya. Ia menyesapnya sedikit, rasa khas kopi langsung memenuhi indra pengecapnya. Oh ia sangat merindukan rasa kopi seperti ini, terasa pahit dan manis disaat yang bersamaan. Anehnya kopi ini tak terasa pahit seperti biasanya.
Julius tertegun sejenak saat sadar dari lamunannya. ‘siapa yang membuat kopi ini’ pikirnya heran. Tidak mungkin adiknya yang membuat kopi ini, bukankah adiknya sudah tidur tadi. Jadi siapa yang membuat kopi ini? Tak ada orang lain di rumah ini, ya hanya ada ia dan adiknya di sini. Apa mungkin makhluk halus? Julius segera menghapus pikirannya tersebut. Mana mungkin makhluk halus bisa membuat kopi, benarkan? Julius memijat kepala pelan. Sepertinya ia harus segera tidur sekarang karena sepertinya ia mulai mengigau. Julius kembali melirik kearah kopi itu, ia sempat berpikir untuk tak meminum kopi itu lagi. Tapi rasanya hatinya tak rela jika ia menyia-yiakan kopi itu, jadi ia kembali meminum kopi itu sampai habis.
Kopi itu sudah habis, hanya tinggal ampasnya saja yang tersisa. Sudah berapa lama ia tak merasakan nikmatnya kopi seperti ini, entahlah ia juga tak ingat. Ia berjalan menuju ke arah lemarinya, mengambil sebuah kaos putih dan celana pendek dan segera memakainya. Setelah itu ia berjalan menuju kasurnya dan merebahkan tubuhnya di sana. Matanya perlahan mulai menutup. Tak lama setelahnya ia telah tertidur, padahal tadi ia meminum kopi tapi hal itu sama sekali tidak memberikan efek apapun padanya. Malah sekarang tidurnya terasa nyenyak setelah meminum kopi tersebut. Entah ia sadar atau tidak, tapi kopi tersebut terasa seperti kopi buatan Serry.
Matahari mulai menampakannya dirinya setelah sebelumnya ia telah bersembunyi selama semalamam. Sinar mentari mulai menerobos masuk kedalam kamar Julius, membuat tidur seseorang tengah berbaring di sana menjadi terganggu karenanya. Mata Julius perlahan mulai terbuka, tangannya mulai meraba-raba meja kecil di samping kasurnya. Ia meraih arlojinya dan menatap sejenak yang sekarang menunjukkan pukul 06:30. Julius dengan malas bangun dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Julius memadang pantulan dirinya dalam cermin, ia kembali merapikan dasinya yang sedikit miring. Tak perlu waktu lama bagi Julius untuk bersiap ke kantornya. Ia segera meraih tas hitamnya dan berjalan menuju kearah dapur, seperti biasanya sebelum berangkat ke kantor ia akan membuat sarapan untuknya dan adik kesayangannya. Hanya menu sederhana yang ia buat setiap paginya, setidaknya apapun yang ia masak untuk sarapan dapat memberinya sedikit energi saat melakukan rutinitasnya. Sebenarnya yang harus memasak sarapan setiap pagi adalah adiknya, bukannya dia. Tapi mau bagaimana lagi, walaupun adiknya adalah seorang wanita namun adiknya sama sekali tak pandai dalam hal memasak. Jangankan membuat sarapan, memasak air saja sampai gosong apalagi kalau disuruh membuat sarapan. Bisa-bisa ia keracunan saat memakan masakan buatan adiknya.
Tapi tunggu dulu, ada yang berbeda hari ini. Ia memadang meja makan yang telah penuh dengan berbagai masakan diatasnya. Ia juga dapat mencium dengan jelas aroma masakan yang berasal dari arah dapur. Siapa yang memasak? Tidak mungkin adiknya yang memasakkan. Atau jangan-jangan makhluk halus semalam yang membuatkannya kopi yang memasak di dapur sekarang. Tadi bukankah ia hanya bermimpi semalam karena saat bangun pagi tadi, cangkir kopi yang ia minum semalam sudah menghilang dari kamarnya.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Julius mengendap-endap menuju dapur. Ia mengintip dari balik tembok yang menghalangi dapur dan ruang makan. Ia dapat melihat dengan jelas seorang wanita tengah membuat kopi di sana, dan ia berani bersumpah wanita itu bukan adiknya. Julius tertegun sejenak, sepertinya ia tahu siapa wanita itu. Ia tahu dengan pasti sekarang siapa wanita itu, wanita yang telah membuat hidupnya lebih berwarna dan wanita yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar dari hidunya. Dia adalah…
“Serry”
Panggil Julius tanpa ia sadari, hal itu berhasil membuat wanita itu berbalik. Mata mereka bertemu, ia dapat melihat wanita itu tersenyum manis menatapnya.
“Selamat pagi Julius”
Suara itu, suara lembut yang sangat ia rindukan. Ya wanita itu adalah kekasihnya yang telah menghilang secara tiba-tiba dan ia telah kembali. Julius tidak dapat menahan dirinya untuk memeluk kekasihnya itu. Dengan langkah terburu-buru Julius segera berjalan menuju ke arah Serry dan memeluknya dengan erat.
Mentari kembali bersembunyi di ufuk barat. Langit kini mulai dihiasi semburan warna jingga, disusul suara hewan malam yang mulai terdengar. Julius kembali meraih kopi buatan Serry dan meminumnya secara perlahan. Butuh waktu lama bagi Julius untuk menyadarkan dirinya bahwa ini bukan mimpi. Serry hanya terdiam di hadapannya sambil menunggu tanggapan Julius, setelah sebelumnya ia telah menjelaskan alasan kepergiannya tanpa kabar. Akhirnya kini Julius mengerti, mengapa dulu wanitanya ini pergi tanpa kabar. Karena rupanya wanitanya itu dulu mengidap kanker, alasan wanitanya itu menghilang karena Serry pergi berobat ke luar negeri dan dokter yang menangani penyakitnya mengatakan peluang ia untuk sembuh hanya sedikit.
Sebenarnya Julius sangat ingin mempertanyakan hal ini sejak pagi, tapi ia teringat rapat yang harus ia hadiri hari ini. Jadi mau tidak mau ia harus menunggu sampai ia pulang dari kantor dan bertanya tentang hal itu pada Serry. Dan kini semuanya sudah jelas, entah mengapa hatinya merasa lega saat tahu bahwa Serry tak pernah mau mencampakkannya.
“Apakah Maisha tak pernah memberitahumu? Kalau aku pergi untuk berobat ke luar negeri” Tanya Serry dengan pelan.
Julius menatap Serry bingung. Seakan mengerti dengan tatapan Julius, Serry kembali berbicara.
“Aku sudah memberitahu Maisha jika aku tak memberikan kabar apapun selama enam bulan, ia harus memberitahumu alasan tentang kepergianku.”
Julius menghembuskan nafasnya kesal, ternyata adiknya selama ini mengetahui alasan tentang kepergian Serry. Tapi mengapa adiknya tak pernah memberitahukannya, apa adiknya sedang mengerjainya sekarang ini? kalau benar begitu, ia akan menghukum adik kecilnya itu nanti. Bagaimana bisa adiknya itu tak pernah memberitahunya bahkan setelah dua tahun kepergian Serry.
“Jangan marah dengannya Julius, aku yakin dia punya alasan tertentu sehingga ia tak memberitahumu”
“Aku hanya bingung mengapa ia tidak memberitahuku bahkan setelah dua tahun kepergianmu Serry”
Serry hanya tertawa kecil mendengar ocehan Julius. Ia begitu merindukan saat-saat seperti ini, saat ia dapat mengobrol dengan Julius. Rasanya ia ingin waktu berhenti sekarang, tapi hal itu tak mungkin terjadi. Waktu akan terus berjalan dan tak akan pernah berhenti, begitu juga dengan perasaannya pada yang Julius tak akan pernah berhenti.
“Aku mencintaimu Julius” Ujar Serry pelan.
Tapi tetap saja Julius dapat mendengar perkataan Serry dengan jelas. Julius tersenyum mendengar itu, jika boleh jujur sekarang ia merasa menjadi pria yang paling bahagia di dunia ini.
“Aku juga mencintaimu Serry”
Cerpen Karangan: Adena Diantha
Blog / Facebook: adena diantha
Cerpen Cinta Dalam Secangkir Kopi merupakan cerita pendek karangan Adena Diantha, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
7.200 Detik Untuk Mama
Oleh: Ria Puspita DewiAku masih saja berdiri di samping tukang penjual es krim keliling di taman. Menunggu es krim pesananku. Aku terdiam mengamati keadaan sekitar. Anak-anak bermain di taman itu bersama ibunya.
Mine (Part 1)
Oleh: MarianaMentari pagi merekah membawa semburat senyum kemerahan dari peraduannya. Seakan mampu menepis awan gemerlap yang berwarna hitam keabu-abuan. Berarak perlahan-lahan ingin menutupi senyum mentari itu dengan bantuan angin yang
Saying Now!
Oleh: Pratiwi Nur Zamzani“Fel, lo kenapa?!,” tanya Riska saat melihat Felly memandang ke arah jendela studio dengan tatapan yang tak bisa Riska artikan. “Hmmm?,” jawab Felly tanpa menolehkan kepalanya. “Dia kenapa? Sakit?!,”
Aku, Kamu Dan Cinta
Oleh: Cindy Monique“Aku emang pernah ngerasain cinta. Aku emang pernah ngerasain sakit karena cinta. Aku juga pernah ngerasa kecewa karena cinta. Tapi semenjak kamu hadir, aku ngerasa aku butuh cinta. Dan
Emilio Doporto
Oleh: KianPria Dari Masa Depan Untuk ke sekian kalinya kamu kembali. Kembali pada keadaan yang sama.. Kamu kembali duduk. Hati yang hancur, sama seperti sepeda tua hancur yang tergeletak tak
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply