Cinta Dalam Secangkir Kopi

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 21 March 2017

Uap tebal yang menyembul dari cangkir tebal berisikan cairan hitam pekat, menyeruak menabrak dinding-dinding wajahku dan terakhir menyentuh hidungku dengan aroma khas kopi sebuah kafe. Tanganku mengangkat cangkir tersebut dan merasakan rasa hangat menjalari setiap kerongkonganku. Aku meletakkan kembali cangkir tersebut dan menatap seorang gadis berwajah manis dengan lesung pipit dan berkaca mata kotak model terbaru. Rambutnya hitam legam menjumbai ke bawah bahu. Pipinya bersemu merah saat melirikku dan kembali tertunduk dengan senyum manis menghiasi bibirnya yang merah muda.

“Lalu bagaimana kalian bisa bertemu?” aku mentap gadis itu lama. Namanya Flora.
Gadis itu mendongak dan mengerutkan alis. Kira-kira mengingat apa yang terjadi di masa lalu. Mata coklatnya yang tajam kembali memandangku dan menghembuskan nafas panjang sebelum bercerita. Dia memaksakan senyum tipis di bibirnya yang terlihat palsu.

“Semuanya bermula saat hari pertama aku mengikuti eskul Jurnalis. Saat itu aku terlambat. Aku takut sekali. Karena ini memang ekstra pertamaku. Sebagai junior yang masih normal, aku masih punya rasa ngeri pada kakak-kakak senior. Jika orientasi sekolah perploncoan dihapus, belum tentu dalam ekstra juga kan?” aku mengangguk singkat sebegai jawaban. Flora menghembuskan nafas dalam-dalam dan memandang jendela besar kafe yang langsung terpapar warna-warni lampu kota.

“Aku benar-benar panik karena dari kejauhan, kelas XI-MIA6 sudah penuh anak-anak baru yang sama denganku. Tak disangka, ditengah kepanikanku, seseorang mengarahkan lensanya padaku dan mengabadikan keterlambatanku. Aku tak peduli dan masuk ke dalam kelas. Rupanya aku masih belum terlambat. Bahkan kakak-kakak senior memaklumi keterlamabatanku, karena ini masih pertama. Aku hanya tersenyum lega dan kembali mengingat pemuda asing tadi.
Dia memotretku tanpa alasan. Pikiranku jadi melayang kemana-mana. Bagaimana kalau fotoku akan diapa-apakan? Bagaimana kalau pemuda tadi orang jahat? Bagaimana kalau dia berniat buruk dan aku bisa celaka? Tapi itu hanya pikiran konyol seorang junior yang baru masuk SMA. Pemuda itu ternyata kakak senior. Wajahku memerah malu saat kakak itu memperkenalkan diri di kelas. Namanya Osey Kahlan. Nama yang aneh.” Flora tersenyum kecil mengingat-ingat kejadian dulu. Tapi sedetik, wajahnya berubah muram. Ia menyeruput kopinya yang mulai mendingin dan terdiam sejenak. Meresapi setiap inti cairan yang masuk ke tenggorokannya.

“Semakin lama dilihat, kakak itu semakin manis saja. Dari situlah aku menyukainya. Setiap ada pertemuan eskul Jurnalis, aku selalu bersemangat. Entah kenapa, hanya dengan memandangnya saja aku sudah puas. Tapi lama kelamaan, aku tak mau hanya memandanginya saja. Aku tak mau menjadi gadis bodoh yang memngaguminya diam-diam. Bagaimanapun aku harus bisa dekat dengan kakak itu. Aku harus bisa menjadi akrab dengannya. Yah, setidaknya begitu.” Flora kembali menyeruput kopinya dan menyisahkan separuh dari cangkir tersebut. Tangannya mengetuk-ketuk meja kafe dengan gusar.
Ia kembali melanjutkan cerita, “dari sana aku bertemu Ola. Dia gadis yang baik menurutku. Dia bahkan mau aku berbagi apapun dengannya. Singkat cerita, kami bersahabat akrab. Aku menceritakan segalanya. Bahkan tentang perasaanku pada Kak Osey sekalipun. Dia bahkan berjanji akan membuatku lebih dekat dengan Kak Osey. Tentu saja aku senang. Ola memang sahabat yang baik. Kira-kira itu pemikiranku saat pertama dulu.”

“Tapi kebaikan Ola di depanku itu hanya kebusukannya untuk lebih leluasa mendekati Kak Osey. Dia tak benar-benar membantuku. Dia hanya menceritakanku sekilas saja jika dia bertemu dengan Kak Osey atau berkesempatan mengobrol berdua dengannya. Sampai aku menyadari ketika Ola mulai menjauhiku tanpa alasan. Dia tak mau berbicara denganku. Jangankan mengobrol, mentapku saja dia seperti enggan. Tentu saja aku sedih. Aku bahkan tak mengerti alasan Ola menjauhiku. Hingga kedoknya benar-benar terbongkar saat berita heboh sampai di telingaku. Aku bahkan sampai ingat bagaimana perasaanku saat mendengar kabar itu. Kabar Ola dan Kak Osey jadian. Aku benar-benar terpukul. Dan aku mengerti, Ola menjauhiku memang karena dia tak mau aku mengetahui hubungannya yang sudah jauh. Tega sekali mengkhianati sahabatnya sendiri.” Aku kembali menyeruput kopiku dan menyisakan ampasnya saja. Aku menyalakan laptopku yang sedari tadi aku bawa tanpa kusentuh.

“Setelah itu, aku tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan mereka. Aku tak mau tahu dan tak ingin tahu. Dan aku sekarang lebih mengerti dan berhati-hati. Seorang lawan yang ‘hanya’ kelihatan baik benar-benar bukan orang yang seperti diharapkan. Ternyata dia pengkhianat ulung.” Flora tak lagi menatapku dengan ekspresi kesalnya. Dia sudah lebih dulu membuang tatapannya menerawang jauh ke luar jendela. Lagi.

Aku menghembuskan nafas lega. Tanganku sudah lebih dulu bergerak-gerak lincah di keyboard laptop. Dari sini aku menemukan bintangku, entah kenapa cahaya terang itu datang dengan bersinar cerah, yang sudah beberapa hari ini menghilang. Writer block lah tepatnya. Aku menatap layar laptopku lama dan tersenyum simpul melihat tulisan di atas kertas Microsoft Word. “Cinta Dalam Secangkir Kopi”.

Cerpen Karangan: I’ir Hikmatul Choiro
Facebook: I’ir Hikmatul Choiro

Cerpen Cinta Dalam Secangkir Kopi merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Manusia Setengah Dewa

Oleh:
“Mama, berangkat dulu ya. Sudah kesiangan ni, assalamu’alaikum”, pamitku lalu berlari karena jarum panjang arlojiku sudah mengarah ke angka 9. “Walaikumsalam, hati-hati, Chan”, sayup-sayup terdengar ucapan Mama saat aku

I’m Fell in Love

Oleh:
Ah, aku masih betah menatap wajah Geo. Dari jauh saja membuatnya cukup. Dengan duduk melamun, aku masih melihat Geo beranjak pergi bersama Hanif. Hari ini, seminggu sebelum acara ketulusan

Pemerhatimu

Oleh:
Berawal dari kesalahanku menempatkan pandang, Sekilas itu kau lewat dan mata sama sekali tak berpaling, Sejauh itu ku anggap kau kesalahan terindah, Tapi lama ku selidiki seluk kehidupanmu, Aku

Another Love

Oleh: ,
ORIENTASI: Pukul sembilan malam, disaat matahari mulai meninggalkan cakrawalanya bumi. Nazea Pradivtha, mengusap lengannya yang terasa ngilu karena hembusan angin malam. Hawa dingin seolah menusuk ke dalam tulangnya. Di

Di Ujung Senja

Oleh:
Aku melangkahkan kaki menuju ruang kelas, suasana tampak ricuh teman-teman berkumpul entah apa yang mereka perbincangkan aku tak peduli. Hari ini classmeet karena akan diadakan lomba memasak antar kelas.

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *