Cupcake Sejuta Rasa (Part 1)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 21 December 2021

“Cupcake.” Anda pasti mengenal nama kue itu. Cupcake adalah kue mungil yang dibuat dari adonan kue yang dicetak dalam paper cup atau cup kertas. Bentuk cupcake hampir sama dengan muffin, namun teksturnya lebih ringan. Sebagai variasi olahan cupcake kita dapat menambah isian dalam adonan cupcake. Cakra mengenal kue itu dari mamanya. Sampai usia Cakra Respati menginjak tujuh belas tahun.

Suatu bari Cakra menemukan diary Fera di dalam laci kamar.
“Diary siapa nih?” jawab Cakra heran.

Cakra mengambil diary itu saat mencari buku resep cupcake di majalah. Lalu membaca diary yang usang penuh debu itu. Ternyata diary tersebut ditulis oleh Fera, dan sahabatnya Sinar. Tapi karena Sinar pindah akhirnya mereka tak bertemu lagi. Sampai Fera diberi resep turun temurun, ternyata di sini juga ditulis tentang sahabat Fera yang ingin membuka toko “Cupcake.” tapi belum kesampaian.

Inilah yang membuat Cakra terinspirasi pada kisah Fera. Cakra pun berinisiatif liburan ke Yogyakarta bersama Lengkara dan Utara. Mereka mau mencari mencari tahu tempat tinggal sahabatnya Fera. Sekalian belajar mengelolah kue.

“Jadi rencanamu mengisi liburan sekolah ke mana Nak?” ujar Fera mengadon cheesecake.
“Ke Yogyakarta, aku sama Lengkara terus aku juga ajak Utara kita mau hunting foto.”
“Iya deh Mama turutin asal hati-hati.” ucap Fera membiarkan anaknya pergi. Asal bisa menjaga diri.

Akhirnya Cakra dan dua sahabatnya memutuskan pergi ke Yogyakarta. Mereka naik pesawat di antar Pak Ujang supir Mama. Banyak sekali yang Cakra ceritakan tentang Sinar. Dan apa saja suka duka Tante Sinar kala membuat adonan cupcake. Semua tertuang jelas di dalam diary.

“Ma… aku pamit dulu!”
“Jangan lupa makan ya Nak, terus rajin ibadahnya.” jawab Fera memeluk Cakra sebelum berangkat menuju bandara Soekarno-Hatta.

Tak lama kemudian Cakra dan dua sahabatnya tiga di bandara, dan cowok itu segera menaiki pesawat. Dalam hitungan jam Cakra tiba di kota Jogja. Ada banyak pemandangan indah. Angkringan di mana-mana. Ketiga cowok itu mulai mencari penginapan dengan menaiki taksi sambil berkeliling. “jadi lo yakin mau keliling Jogja sampe ketemu Tante Sinar?” tanya Lengkara pada Cakra.
“Iya dong soalnya mamaku punya janji.” ucap Cakra bersemangat.

Tempat pertama mereka masuki kawasan Malioboro. Biasanya cuma melihat di majalah kini bisa lihat langsung. Kemudian ia potret menggunakan kamera canon.

Cakra tiba di hotel dan menginap di sana. Cakra masih bingung di mana alamat Tante Sinar? Karena di buku diary tidak dijelaskan alamat Tante Sinar secara pasti.

ADVERTISEMENT

Membuka aplikasi internet lalu mencari informasi di sosmed. Cakra mengirim pesan satu-satu kepada Sinar di Facebook. Tapi balasan mereka? Ada yang bertele-tele, ada pula menjawab tidak tahu. “Anda tahu Tante Sinar? Menurut informasi beliau tinggal di kontrakan ini?”
“Dia udah lama pindah.”
“Kemana mereka perginya Bu?”
“Ibu kurang tau Dek, soalnya rumah ini sudah lama di jual, sampai sekarang Ibu gak pernah ketemu Bu Sinar.”

Menemukan kontrakan Tante Sinar, namun nihil beliau sudah pindah. Pupus sudah harapan.

“Aduh berat banget!” jawab salah satu Ibu mencari kendaraan umum.
Tapi belum dapat juga.

“Lihat tuh Ibu kayaknya dia kesusahan bawa barang.” ucap Utara memperhatikan Ibu itu.
“So jadi kita mesti bantuin?”
“Bantuinlah jangan diem aja, Bro.”

Cakra menghampiri Ibu itu dan mengantarnya sampai rumah. Merasa tidak asing pada sikap Ibu yang baru di kenalnya. Ibu itu berterimakasih dan bertanya sesuatu. “Iya ada apa Bu? Ibu mau tanya apa.”
“Kalian. Kemari sejauh ini mau liburan atau ada sesuatu?”
“Mau cari seseorang.”
“Siapa mungkin Ibu bisa bantu wong Ibu dah lama di Jogja?”
“Oh teman Mama saya Ibu gak kenal soalnya dulu pernah tinggal di Malioboro, tapi udah pindah gak tau ke mana.” paparnya.
“Ibu dulu pernah tinggal disitu juga kenalkan nama Ibu Sinar Hanida.”

Cakra tercengang langsung menyalami tangan Ibu Sinar layaknya bertemu Ibu kandung sendiri. “Akhirnya ketemu juga sama Ibu Sinar, saya anaknya Mama Fera.”
“Apa? Ternyata kamu sudah besar rupanya.” ucap Ibu Sinar tidak bisa berkata-kata lagi.

Takdir memang selalu berpihak pada hambanya yang senantiasa berusaha. Bu Sinar menceritakan dia tinggal di sini sudah dua tahun. Semenjak suaminya meninggal akibat kecelakaan. Mempunyai dua orang anak satu masih sd, dan satunya lagi sudah dewasa. Sering membantu Bu Sinar jualan cupcake keliling.

Tante Sinar dia orang Jakarta hanya saja Ayah asli Jawa. Memutuskan pindah ikut Suami dinas. Gak tau ya baru tiga bulan suaminya meninggal.

“Tante itu anaknya?”
“OH KENALKAN DIA CHERRY, ANAK TANTE ORANGNYA PEKERJA KERAS.” ucap Sinar tertawa. Kisah Bu Sinar sungguh mengharu biru. Maka pada hari itu detik itu, Cakra menemukan sercecah harapan soal cupcake dan berniat berbisnis kue.

“Kamu tidur di sini ya? Maaf kasurnya sempit dan kotor.”
“Gak papa aku malah senang di sini, suasananya adem.” jawab Cakra tanpa mengeluh.
“Tante tinggal dulu mau masak sayur asem.”
“Silakan.” jawab Tante Cakra halus.
“Orang kota itu mau tinggal di sini? Aku kok kurang nyaman ya?” Cherry meluapkan isi hatinya.

Sebenarnya malas di masa liburan sekolah harus berhadapan sama cowok asing. Ponselnya bergetar Kenang. Teman masa kecilnya menelpon mengajak jalan tengah malam. Namun belum gadis itu iyakan. Ibu kurang suka sama Kenang katanya berandalan suka naik motor, balapan liar.

Sedangkan Kenang adalah tipe cowok idaman Cherry dia selalu ada disaat Cherry terpuruk. Cuma sikapnya begitu akibat dia tidak dapat kasih sayang dari kedua orangtuanya. Sehingga Kenang berlaku demikian.

Malam tiba Cherry keluar mengendap.
Tapi malah ketahuan sama Cakra. “Kamu mau kabur ya? Aku aduin Tante lho.”
“Dasar orang kota sok tahu.”
“Aku bukan sok tau, ini demi kebaikan kamu ya jangan ngeyel nanti ibumu bisa marah.” nasehat Cakra membuatnya muak. Mau muntah rasanya.
“Aku pamit, hush… jangan berisik terus jangan lapor Ibu.”

Tiba di arena balapan liar. Semua anak berseragam dengan santai. Baju casual. Ada jookey balap memandu jalannya acara. Setelah selesai bertanding Kenang mengajak Cherry makan di angkringan. Memang gudeg menjadi pilihan santap terbaik, ditemani wedang jahe.

“Di rumahku ada cowok sok tau, yo aku mesti jaga-jaga dia anaknya kepo.”
“Siapa?”
“Cowok kota adalah pokoknya dan aku gak suka.”

Pulang jam tiga malam. Paginya Cherry langsung di sidang karena bangun kesiangan. Dan cowok itu sudah melapor. Hingga membuat emosi gadis itu semakin memuncak. Heran orang kota lagaknya sombong. Sudah berani menganggu kehidupan orang lain. Hujan rintin di kota Jogja. Cherry diam memandangi air hujan. Ia benci karena ayahnya meninggal suatu hujan deras terjadi.

“Jangan benci sama aku, ntar suka lho.”
“Gak akan dan aku mau kamu pergi dari rumahku.”
“Kamu gak bisa usir aku Cherry, aku mau buka bisnis kue.” sungut cowok itu menatap wajah Cherry.

Tampilan gadis itu begitu tomboy, ada kalung tenggkorak. Di luar terdengar suara motor berisik segera Cherry keluar. Dan naik ke boncengan cowok itu. Di sanalah Cakra memperhatikan dengan seksama bahwa cowok kota juga ada kok modelnya sopan. Tidak seperti cowok tadi berandalan.

Tante Sinar sedang ke supermaket membeli bahan kue. Sedangkan Cherry meninggalkan rumah tanpa permisi. Semua berasal dari pengaruh cowok itu.

“Jadi dia orangnya?”
“Udahlah gak usah dibahas, yuk kita jalan.” ujar Cherry tersenyum.

Bersambung

Cerpen Karangan: Hardianti Kahar
Blog / Facebook: TitinKaharz
Nama Pendek: Titin
Wattapd: @titinstory

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com

Cerpen Cupcake Sejuta Rasa (Part 1) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Iis Safriani

Oleh:
Malam yang dingin di tengah suasana hati yang hening. Kalimat itu mungkin tepat untuk menggambarkan perasaanku saat malam. Bagaimana tidak, pagi hari kujalani biasa saja. Siang yang aku lalui

Dua Bintang yang Berpendar

Oleh:
Aku sudah cukup lama menunggu sahabatku, ia berjanji akan datang menemuiku di bawah pohon yang kami tanam beberapa tahun yang lalu, disebuah taman kota dekat dengan rumahku. Sesekali kutengok

Deskripsi Cinta

Oleh:
Sejak gagal nikah, Devi menjadi orang yang sering marah-marah. Apalagi kalau dia teringat Aryo, mantan calon Suaminya. Mereka gagal nikah karena Aryo ketahuan selingkuh seminggu sebelum akad pernikahan mereka.

Kenapa Baru Bilang Sayang

Oleh:
“Al, malam ini ada acara gak?” kata Doni. “Gak ada Don, memang kenapa?” “emm.. Sebagai sahabat yang pualing keren.. aku bermaksud mengajakmu makan, hahaha” kata Doni. “Iyuuh, sombong amat,

Cinta Maya

Oleh:
Hujan lebat, dan aku harus cepat-cepat sebelum Maya pulang. Harus cepat. Sesampainya di restoran tempat Maya dan teman-temannya berkumpul. Dia begitu cantik, dan menawan hati. “May…” Sejenak Maya memandangku,

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *