Dalam Cinta, Mati Konyol Itu Biasa!
Cerpen Karangan: Nisca MarsandiKategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 23 September 2022
Hujan dan gelap, biar aku merasamu, bayang yang berubah menjadi milik, membahagiakan sepihak, buta mata, lalu sakit hati, semuanya serba sendirian.
Orang yang selalu kusebut dalam doa, dan menaruh bayang wajahnya di benakku, itu bahkan tak menoleh sedikitpun,
Tengil memang.
Dalam gelap dan hujan kamarku terasa pengap, pengap akan rasa, mengumbar jauh mengangkasa lalu jatuh sakit hati sekenanya, terantuk batu, masih juga tertimpa perasaan ganjil, cemburu.
Mengingat orang yang Kusuka tak pernah melirikku, maka perasaan ganjil itu menjadi perasaan yang tak perlu kusebut dalam pembicaraanku.
Sepatah dua patah kutulis, lalu menjadi puisi, aku menulis sebuah puisi, sedikit gombalan dan beberapa pujian, aku menulis dengan hati dan semangat yang tak kalah dari pejuang yang mengangkat piala kemerdekaan, pagi esok akan kukirimkan semua tulisanku ini untuknya, yang siap kukorbankan seluruh jiwa dan raga.
Cinta adalah kemerdekaan bagiku, tak diterima adalah urusan lain, tak pernah kupersoalkan.
Hingga akhir kata, kutulis apa yang kudamba, kuulang, puisi, sedikit gombalan dan beberapa pujian menghiasi tulisanku.
Pagi pun tiba,
Hari yang kutunggu tiba, aku tak tidur semalaman, gadis itu kutunggu dari jam 6 tadi di gerbang sekolah, pikirku bahwa pejuang pun rela mati untuk memerdekakan bangsa ini, maka aku berdiri dari pagi sekalipun masih kalah jauh dari mereka.
Dari jauh kulihat wanita itu, gadis pujaan yang membentukku menjadi pujangga, pujangga yang tak kan pernah berhenti untuk mencinta, pujangga hebat yang kelak suatu saat akan jadi cerita legenda untuk anak cucuku kelak.
Beberapa meter wanita itu menuju ke arahku, salah langkah pikirku, harusnya aku bersikap lebih alami.
Memang aku berdiri tepat di gerbang sekolah dari pagi tadi, seperti patriotik yang agak kurang sehat.
Sedetik kemudian wanita itu lewat di depanku.
Semangatku menurun, perasaan cinta yang sebelumnya kusebut sebagai aku lah pejuang kemerdekaan dengan berasaskan cinta, kini lepuh,
Lidahku kaku, kakiku pilu,
Aku tak beranjak, hanya diam.
Surat yang kutulis semalam kuremas dalam saku celana biru putihku,
Keringat menerjang kepalaku, hampir ambruk aku,
Wanita itu?
Ia hanya menengok lalu melangkah seolah aku tak ada, dianggapnya orang yang mencintainya dengan sangat fantastis ini hanya barang gaib, tak kasat!
Aku mengurungkan niat untuk memberikan surat cintaku padanya,
Bel berbunyi, orang orang masuk ke kelas. Aku pulang, mungkin aku tak akan kembali lagi,
Biar kupendam rasa ini.
Suatu saat aku bercerita lain kepada anak cucuku,
Maaf nak, dulu ayah pernah berjuang, namun gugur sebelum mengangkat senjata.
Cerpen Karangan: Nisca Marsandi
Kamu tahu, kalau kamu yang baca, inget ya, aku masih nungguin kamu
Cerpen Dalam Cinta, Mati Konyol Itu Biasa! merupakan cerita pendek karangan Nisca Marsandi, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Petualangan dan Cinta (Part 3)
Oleh: Lie EliHari itu kulihat senyum rekan-rekan seperjuangan yang sama-sama mencintai alam begitu lepas menikmati aroma belerang, menikmati pemandangan dari atas gunung, merasakan perbedaan antara cuaca dingin dan panasnya sinabung yang
Senyum Terakhir Di Awal Oktober
Oleh: Yahya Wijaya PaneHabis agustus sudah pasti september. Itu sudah menjadi hukum kekal di dunia. Tak mungkin setelah agustus terus desember. Tapi cerita ini bukan tentang kenapa setelah agustus pasti september atau
Rania 2
Oleh: Anny RochmayantiBukan tanpa alasan aku mau menunggu lama di sini. Berpanas-panas dan disengat matahari. Belum lagi asap kendaraan bermotor yang katanya dapat mengganggu kesehatan. Dan dengan sedikit jengkel, aku masih
Hari itu, Ia Menyadari Satu Hal
Oleh: Farahdila Zulva Maulana“Aku tahu sekarang.” Pria di depannya mengernyit. “Hanya aku bukan?” Lipatan di dahinya makin bertambah. Dia tertawa. Wanita itu mendongak menatap nanar padanya. “Aku lelah, Di.” “Vin, ada apa?”
Cinta Yang Tak Pernah Diduga
Oleh: Muhammad Deny AdityaHari ini adalah hari yang sangat istimewa bagiku di saat diriku terpilih menjadi kandidat calon ketua OSIS tahun ini. Semua teman-temanku juga mendukungku. Tapi saat aku tahu bahwa sainganku
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply