Gadis Kota Itu, Di Desa
Cerpen Karangan: Nisca MarsandiKategori: Cerpen Cinta, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 23 September 2022
Kampung halamanku terasa sejuk, asri, dan masih sangat jauh dari kata bising. Hal termewah yang ada di rumah ini hanyalah speaker bluetooth selebihnya adalah senjata untuk ke sawah, cangkul, arit dan sebagai mana semestinya.
Tak ada yang mewah dari gubuk orangtuaku yang mempunyai lebar 6 meter dan panjang 4 meter tersebut, namun disini aku merasakan hal yang pernah kujumpai sebelumnya, damai, tenang dan bahagia.
Malam tiba,
Tiba tiba seseorang mengetuk pintu rumahku, dia agak berbisik memanggil namaku,
Aku pura pura tak mendengar, suara itu aku mengenalnya,
Pintu digedok lagi,
Aku masih berpura pura tak mendengar
Untuk ketiga kalinya pintu itu digedok kembali,
Dengan perasaan malas aku membuka pintu rumah orangtuaku,
Seorang wanita muda, berwajah cantik, memakai seragam kantor dan sangat kontras dengan keadaan di sini, di depan rumah dengan wajah agak kusut di bawah sinar lampu yang tak begitu terang, ia menunduk.
“Ada apa?”
Tanyaku ketus
“Pak, ada hal yang harus kita bicarakan sekarang ini mendesak”
Wanita itu menjawab suaranya getir nampak dikejar sesuatu.
Aku mengangguk, lalu keluar rumah.
Wanita itu membuka berkas dari dalam tasnya lalu mengarahkan ke pandanganku, sebuah kertas dan amplop yang kurasa ini urusanku ketika aku di kota masa lalu
“Apa ini”
“Ini laporan keuangan di kantor dan sisa keuangan di kantor pak”
“Aku sudah mengatakan kepadamu, aku tidak lagi memimpin perusahaan itu”
“Tapi pak”
wajahnya memelas
Aku bergegas untuk masuk ke dalam rumah, tiba tiba ayahku, sang petani senior yang berwajah sendu keluar dari dalam rumah
Ia mengucek matanya, agak tebatuk lalu menyapaku dalam bahasa jawa
“Siapa itu nak?”
Aku tak mampu menjawab,
Namun wanita itu menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan ayahku
Ayahku tersenyum lalu berkata agak lirih
“Malam malam begini ada apakah mbak?”
Suara ayahku sendu seperti wajahnya ramah dan sopan, ayahku tersenyum tulus.
Wanita itu juga tak bisa menjawab,
Aku menengahi
“Ini temanku, temanku ketika aku bekerja di kota waktu kemarin pak”
“Oh iya? Ada apakah gerangan? Mari masuk”
Ayahku memasuki rumah, melebarkan pintu lalu mempersilakan wanita itu,
Aku yang sebenernya sangat malas tak bisa menolak permintaan ayahku.
Ayahku membangunkan ibuku, di jam sepuluh malam dan aku tahu ini sangat tidak pantas di desa, apalagi wanita itu menggunakan seragam kantor dengan menggunakan dress pendek,
Ibuku menyalami wanita itu,
“Perkenalkan namaku minten, siapa namamu, aduh ayunya”
Wanita itu menjabat tangan ibuku lalu menjawab lirih
“Vian”
Ia tersenyum namun agak kikuk
“Aduh nak, sangat cantik wanita ini, sangat pantas kau berjodoh dengan wanita ini, ayahmu pasti sangat bangga, keluargamu akan diundang semua di pernikahanmu nantinya”
Aku kaget, namun tak menjawab, ibuku tetaplah pedoman hidupku, aku tak pernah membantah kata katanya, apalagi menyinggung yang ia katakan.
Wanita itu?
Ia tersenyum salah tingkah.
Malam beranjak, larut purnama membentang luas di angkasa, makhluk hidup di bawahnya beristirahat menenangkan diri melepaskan penat penat dalam diri untuk menyongsong hari esok. Namun aku? Aku masih duduk di kursi sederhana ayahku, dan wanita itu duduk di depanku di sebelah meja.
Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 malam,
Wanita itu masih menjelaskan masalah kantor yang sangat pelik, hampir semua karyawan mogok, hutang perusahaan semakin membuncit, dan perusahaan diambang kehancuran.
Wanita itu 2 tahun yang lalu asisten pribadiku, aku belum lama juga dulu mengenalnya, waktu itu dia magang di perusahaan yang aku kelola, lalu aku memutuskan berhenti dari jabatanku.
Perusahaan itu sendiri adalah milik dari seorang temanku, awal mulanya adalah aku dan temanku yang mendirikan perusahaan karena temanku yang notabene darah biru, perusahaan itu sendiri dimodali oleh ayahnya lalu dikelola berdua,
Namun belakangan aku mengetahui bahwa temanku dia hanya berdiri di belakangku, semua masalah aku tanggung, maka tepat dua tahun yang lalu aku memutuskan untuk berhenti dari jabatanku.
“Pak, dari sini lah perusahaan kita tidak bisa berjalan seperti dulu waktu masih bapak kelola”
“Bukan kah Andre mengelola dengan baik”
Wanita itu tak menjawab hendak menutupi sesuatu, namun aku mengerti benar Andre, temanku sahabatku ketika mendirikan perusahaan hanyalah boneka dari ayahnya, Andre orang yang manja, dia tak bisa bekerja dan susah untuk berpikir
“Pak?” Ia memanggilku, lalu membenarkan rambutnya yang diwarna
Di sela sela ia membenarkan rambutnya, tepat di jari manisnya aku melihat cincin tunangan.
Benar pikirku, asisten itu sudah ditunangin oleh Andre
“Andre bukan orang yang bisa mengelola perusahaan dengan benar pak”
Aku paham betul dengan si Andre
“Dan urusan kamu datang kepadaku untuk apa?”
Ia menyerahkan sekali lagi amplop yang ia berikan tadi,
“Ini permintaan dari Pak Andre agar menyerahkan ini dan pak Andre meminta bapak untuk kembali lagi ke perusahaannya kembali”
Aku memegang amplop itu, sangat tebal, aku taksir itu di kisaran puluhan juta rupiah uang.
Aku memegang nya lalu memberikannya kepadanya kembali
“Kau yakin ini dari Andre?”
Ia tak menjawab
Lalu tiba tiba ia menangis, wanita kantor yang tampak rapi dan cantik itu menangis di rumah orang desa, di depan orang kampung yang kampungan.
Aku tahu, ada yang disembunyikan
“Pak?”
“Mulai sekarang berhenti memanggilku pak, kamu dan aku seumuran”
Ia tak menjawab,
Disela sela tangisnya ia berkata sesuatu
“Pak ini uang pribadiku, Vian mau menikahi bapak!” ia berkata setengah berteriak memojokkanku
Aku tak menjawab, hanya bisu
Lalu hening, hanya suara malam jangkrik dan suara dalam hati yang berdebar.
Ia mendekatiku menaruh kursinya di sampingku,
“Waktu itu bapak berjanji, jika bapak pergi dari perusahaan bapak akan kembali lagi tak akan lama”
Vian terisak, matanya bercucuran air mata, aku tak paham 2 tahun aku tak bertemu dengannya dan dia sekonyong konyong mau menikahiku
“Kau yakin?”
Wanita itu mengangguk
“Dua tahun pak, dua tahun! Vian menunggu bapak tanpa kepastian, dua tahun Vian mencintai bapak tanpa tahu dimana bapak, dua tahun hidup Vian sengsara carut marut mencintai bapak, dan kini Vian sudah memantapkan diri”
Ia berhenti sejenak,
“Ini uang yang Vian kumpulkan selama Vian bekerja di perusahaan Andre, Vian muak berpura pura mencintai Andre, Vian mencintai bapak, dan bapak semata yang selalu ada di hati Vian”
“Bukan kah kamu sudah bertunangan?” Aku melirik cincin tunangannya
Tiba tiba ia menjabut cincinnya lalu dibuang tak tahu arah
Ia menangis, menunduk lalu menutup wajahnya dengan tangannya
Sempat terpikir ini hanyalah tipu daya Andre, agar aku bisa kembali bekerja di perusahaannya
“Bagaimana kamu bisa mau menikah denganku?”
Wanita itu menggeleng
Waktu itu memang aku dan Vian dekat, namun tidak berpacaran, dalam waktu yang singkat, selama 2 bulan, Vian selalu perhatian kepadaku namun aku tidak begitu menghiraukannya, selalu menyiapkan keperluanku, dan disitulah keakraban kami hingga mungkin terbawa ke perasaan satu sama lain.
Dan suatu saat, ketika aku pergi, aku bilang ke Vian jika aku akan kembali lagi menemuinya.
“Aku tak mau kembali bekerja ke perusahaan Andre, aku hendak menetap di desa sini”
Aku memastikan sesuatu
“Vian siap pak, Vian sudah menyiapkan segala sesuatunya”
“Namun aku bukan orang kaya Vian”
Vian menyodorkan amplop yang sangat tebal tadi ke hadapanku.
“Vian siap menikahi bapak”
Wanita cantik itu terlihat mempesona di bawah redup lampu rumah di desa yang aga terpencil ini.
Malam semakin larut, wanita itu menjadi jadi aku tak tahu apa yang dipikirkan olehnya, dan malam itu, malam yang selalu aku ingat.
Wanita itu kini tak ada kabar, ia pernah melamarku, aku mengingatnya dan sekarang aku rindu wanita itu.
Cerpen Karangan: Nisca Marsandi
Cerpen Gadis Kota Itu, Di Desa merupakan cerita pendek karangan Nisca Marsandi, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Secret
Oleh: Nora PermatasariKapanpun pagi, malam akan tetap datang. Begitu pun saat kau pergi, Hati ini berharap kau datang Maaf mengganggumu, Do’aku kau menemuiku sempurna. Lutfi benar-benar meninggalkan jejak misteri di hati
Akhir Cerita Sabtu Senja (Part 3)
Oleh: Iwut DiniaPenampilan tak kalah mengesankan dari peserta lomba tari lain, namun penentuan kemenangan ada di tangan para juri yang duduk di urutan kursi paling depan. Semua rombongan menangis saat tidak
Penyesalan Nara (Part 2)
Oleh: Bee ArtieSudah hampir seminggu anaknya Rayan, Danar dan bibinya menginap di rumahku karena Rayan harus tugas keluar pulau selama dua minggu. Aku sebenarnya yang menawarkan diri untuk menjaga mereka, kasihan
Kau, Siratkan Setiap Cerita
Oleh: Snowly TearsAwalnya biasa saja. Namun, seiring waktu, batinku lahirkan nuansa penuh tanda tanya. Aku terhanyut. Lebih parahnya lagi aku tak dapat melawan arus. Membiarkanku terombang-ambing secara perlahan. Ya, sepertinya. Kurasakan
Trust Me Darling
Oleh: Aen BubuBlossom Vialey menatap kepergian ayahnya bersama wanita asing yang tengah mengandung itu tanpa ekspresi. Kepulangannya kali ini pun selalu membuat Valey berfikir tidak ada sedikitpun kebaikan dari dalam diri
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply