Geng Motor In Love (Part 2)

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 4 March 2016

Bukk!!

Aku terkena hantaman pukulan dari salah satu dari mereka, dan seketika langsung membuatku terjatuh. Aku langsung menendang dan bangun, ketika salah satu dari mereka mau memukulku. Aku langsung memukul salah satu dari mereka dan memukulnya dengan sekuat tenagaku. Walaupun di belakangku ada dua orang yang memukulku, tapi aku tidak peduli yang dua orang di belakangku. Aku hanya fokus menghajar yang satu saja. Salah satu dari mereka ada yang memukul punggungku menggunakan kayu, membuatku terjatuh dan terkapar kesakitan. Mereka bertiga menghajarku hingga babak belur, aku tak bisa berkutik. Tiba-tiba dari kejauhan, terdengar suara motor vespa bergerombolan datang.

“Bang itu kan Billy,” kata Roni kepada bang Alek.
“Mana?”
“Itu.. dia sedang dikeroyok oleh tiga orang,” tunjuk Roni.
“Gawat, ayo kita tolongi dia,”

Tiga orang tersebut sudah lelah mengeroyokiku, mereka seakan belum puas melihat wajahku babak belur bercucuran darah. Salah satu dari mereka mengambil sebuah pisau tajam dari kantongnya. “Seperti yang kamu minta, aku akan membawamu ke neraka bocah tengik,” ketika pisau itu mau menancap di dadaku, seketika tangan orang itu ditendang oleh seseorang dan aku selamat. Orang itu tak lain adalah bang Alek dan teman-teman yang lain langsung menghajar tiga orang tadi.

“Kamu tidak apa-apa Bill?” kata Roni sambil mengangkatku.
“Iya aku tidak apa-apa Ron, aku baik-baik saja,”
Bang Alek mendekat padaku. “Apa saja tempatmu terluka Bill?” Tanya bang Alek.
“Cuma wajahku saja yang luka ini,” jawabku.
“Tiga orang tadi itu sudah kabur,” kata bang Alek.

“Ngomong-ngomong siapa tiga orang tadi itu?” Tanya Roni.
“Aku gak tahu, tapi aku lihat mereka tadi kan, memakai motor Harley Davidson,” jawabku.
“Mungkin mereka adalah anak buahnya Riko,” jawab bang Alek.
“Bisa jadi mereka anak buahnya Riko,” balas Ferdi.
“Kenapa kamu bisa dikeroyok oleh mereka?” Tanya Roni.
“Aku tadi mau menyelamatkan cewek itu,”
“Hai semuanya, terima kasih ya sudah menyelamatkanku,” Kata seorang perempuan itu dengan senyum indah dari bibirnya, sehingga membuatku terpesona lagi untuk kedua kalinya dan membuat teman-temanku yang lain juga ikut terpesona dengan kecantikan dari perempuan itu.

“Aku tidak tahu dengan cara apa aku harus balas budi sama kalian yang telah menyelamatkanku,” Kata perempuan itu.
“Ah tidak perlu pakai balas budi atau balas apa segala, kita itu niatnya hanya saling tolong menolong antar sesama,” balasku. “Lain kali kalau pulang malam jangan sendirian! bahaya Mbak,” kataku lagi.
Tiba-tiba perempuan itu mengeluarkan amplop dari dalam tasnya dan memberikannya padaku.
“Apa ini Mbak?” kataku sambil membuka amplop tersebut dan ternyata isi amplop itu ada duit.

“Kami gak bisa terima ini Mbak, niat kami ikhlas membantu Mbak tanpa pakai bayar segala,”
“Terima saja, itu sebagai tanda terima kasihku pada kalian karena telah menyelamatkan hidupku,” kata perempuan itu lalu pergi ke seberang jalan dan menyetop mobil taksi lalu pergi meninggalkan kami. Lagi-lagi aku tidak bisa berkenalan dengannya walaupun aku sudah dua kali bertemu dengannya.
“Kayaknya kita dikasih uang ini,” Kata bang Alek sambil membuka isi amplop tersebut.
“Wah ada duit satu juta nih, kita besok di Gili Terawangan dengan uang ini,” kata bang Alek senang.

Aku makin penasaran dengan perempuan itu. Pertemuan singkat yang kedua kalinya, aku masih belum mengetahui namanya. Semoga ketika aku bertemu yang ketiga kalinya aku bisa mengetahui namanya. Malam yang begitu dingin dan aku langsung melanjutkan perjalanan pulang ke kos yang tertunda karena sebuah kejadian yang sangat berbahaya bagi hidupku. Untung saja aku memiliki mereka, teman-teman geng motorku yang peduli terhadapku dan menyelamatkan hidupku.

ADVERTISEMENT

Seperti biasanya pagi-pagi aku harus berangkat pergi kuliah. Dan seprti biasanya juga aku selalu telat ketika sudah masuk kelas. Kebiasaanku yang tak pernah berhenti, tapi walaupun aku selalu telat, nilaiku tak pernah anjlok di semua mata pelajaran. Setelah pelajaran usai, aku langsung pergi ke kantin, karena aku jarang sarapan ketika masuk kuliah pagi. Ketika aku memesan sebuah minuman aku kembali bertemu dengan perempuan yang tadi malam aku selamatkan itu.

“Kamu..” kata perempuan itu sambil menunjukku.
“Kok kamu bisa di sini?” tanyaku.
“Kan aku kuliah di sini,” jawab perempuan itu.
“Mending kita ngobrol sambil duduk saja di sana yuk!” ajak perempuan itu.
“Ayo,” Kami berdua langsung ke tempat duduk setelah memesan makanan masing-masing.
“Oh ya, terima kasih ya, untuk tadi malam itu,”
“Iya sama-sama,”

“Oh ya kamu jurusan apa di sini?” kataku mengubah pembicaraan.
“Aku jurusan bahasa inggris, kalau kamu?”
“Kalau aku jurusan pendidikan kimia,”
“Hampir aku lupa,” kataku.
“Lupa apa?”
“Kita sudah bertemu dua kali sebelumnya kan?”
“Terus?”
“Ngomong-ngomong siapa namamu?”
“Kenalin, namaku Rani, kalau kamu?” katanya sambil menyodorkan tangannya padaku.
“Namaku Billy, salam kenal Rani,” kataku sambil menyalami tangannya.

Setelah aku mengenal namanya, dan Rani juga mengenal namaku, kami berdua berbincang-bincang begitu akrab seperti orang yang sudah lama saling kenal. Aku merasa Rani orangnya baik, mudah bergaul. Aku pikir dia orangnya judes, karena ketika aku bertemu pertama kali waktu itu, dia hanya marah-marah saja kepadaku. Namun prasangka burukku ternyata melenceng jauh dari dugaanku. Rani orangnya seru banget. Perbincangan kami pun begitu lama di kantin sampai kami lupa untuk masuk kelas lagi.

Sudah satu bulan lamanya aku mengenal Rani. Hubunganku semakin akrab dengannya. Setiap aku pergi kuliah, aku selalu bersemangat berangkat ke kampus. Karena aku bisa bertemu dengan Rani setiap aku pergi kuliah. Setelah begitu lama aku mengenalnya, aku pun mulai ada rasa dengan Rani, dan aku pun berpikir Rani juga memiliki rasa denganku, karena setiap kali aku bermain dengannya, dia juga kelihatan bahagia denganku. Hari ini aku akan mengajak Rani pergi ke senggigi untuk mengajaknya melihat sunset. Dan aku pun mengambil ponselku di lemari. Aku berbaring di kasur kosku sambil menelepon Rani.

“Hari ini kamu ada acara gak?” tanyaku.
“Gak ada kok,”
“Mau gak kamu pergi bareng aku ke senggigi sore ini?”
“Oh tentu, boleh juga,”

Sekitar jam empat sore aku berangkat bersama Rani ke senggigi dan sekitar jam lima lebih, kami pun sudah sampai di lokasi. Angin berhembus begitu kencang dari laut ke darat. Ombak pantai pun berlarian saling mengejar membasahi pasir pantai yang begitu hitam pekat. Matahari senja begitu indah ketika mulai terbenam di ufuk barat. Hatiku semakin berdebar kencang ketika matahari semakin terbenam. Aku sudah gemetaran untuk mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya kepada Rani.

“Rani, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,”
“Ngomong apa Bill, pakai izin segala,” ledek Rani.
“Rani.. sebenarnya aku memilki perasaan khusus sama kamu,”
“Perasaan khusus apa maksudmu Bill?”
“Aku memiliki perasaan suka sama kamu,”
Rani pun terdiam sejenak mendengarkan kataku yang tadi.

“Sebenarnya aku juga begitu Bill, aku juga suka sama kamu. Sejak mengenalmu aku merasa bahagia denganmu, semenjak ada kamu aku gak pernah merasa kesepian lagi,”
“Kalau begitu mau gak kamu pacaran denganku Rani?” tawarku.
“Karena aku juga memiliki perasaan yang sama, lebih baik kita pacaran saja,” Rani setuju.
Aku dan Rani pun pacaran, kami pacaran tak ada satu orang pun yang mengetahui hubungan kami. Aku bahagia memiliki Rani, karena dia selalu ada waktu untukku, ketika aku lagi down, dia selalu menyemangatiku.

Suara ponselku berbunyi begitu keras, sontak langsung membuatku bangun dari tidurku. Langsung ku buka ponselku dan terdapat satu pesan dari Rani. Bunyi pesannya, “Selamat pagi sayang, kamu datang ya! ke acara ulang tahunku yang ke-21 di rumahku, hari senin jam 8 malam. Ajak juga teman-temannya ya!” aku pun langsung memberitahukan teman-teman vespa community club untuk ikut datang juga. Jam 6 sore, aku dan teman-teman vespa yang lain kumpul di taman budaya, sambil menunggu anggota lain yang belum datang.

“Sekarang jam 8 malam ini kita pergi ke acara pesta ulang tahunnya Rani, cewek yang pernah kita tolong waktu itu,” kataku pada rekan-rekan yang lain.
“Ternyata dia masih ingat kita juga,” Roni bersimpati.
“Oke sekarang kita harus segera bergegas ke rumahnya Rani, dia menunggu kita!” ajakku.
Sesampainya di rumah Rani, kami pun langsung disambut oleh Rani dengan begitu senang. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan penampilan begitu keren turun dari tangga. Dia tidak lain adalah Riko. Kami semua pun heran dengan kehadiran Riko.

“Hey Riko, kenapa kamu datang ke sini? nanti kita ribut di sini,” kata Roni mengancam.
“Hahaha, aku heran dengan kalian, orang-orang gembel seperti kalian mengapa datang ke rumahku,” jawab Riko dengan begitu PD. “Apa.. ini rumahmu?” Roni pun heran.
“Rani, Riko kok bisa datang ke sini?” tanyaku pada Rani.
“Sayang, dia itu kan Kakakku,”
“Apaa, dia Kakakmu?” aku terkejut.
Riko tertawa begitu gagahnya di depan kami sambil menghina-hina kami.
“Rani Adikku, kenapa kamu mengundang gembel-gembel ini datang ke rumah kita, mereka datang mengotori rumah kita saja,”

“Tutup mulutmu Riko, aku akan membunuhmu walaupun ini rumahmu,” ancam bang Alek.
“Alek, lama tak bertemu denganmu, bagaimana kabarmu sekarang bocah gembel?”
“Sudah tutup mulutmu baj*ngan tengik,” kata bang Alek sambil memukul wajah Riko.
Riko dan Alek pun berkelahi begitu sengit, adu pukul pun begitu bergantian terjadi di antara mereka berdua. Pertarungan mereka seperti orang yang sudah tidak lama bertarung lagi setelah lima tahun yamg lalu mereka terahir kali bertarung.

“Aku gak akan lupa kejadian dulu itu, kamu laki-laki baj*ngan Riko,” kata bang Alek.
“Yang lalu biarlah berlalu, kita harus menatap masa depan,” jawab Riko.

Kedua anggota para geng motor yang hadir pada malam itu seakan ikut terbawa emosi melihat pertarungan ketua geng mereka. Karena setiap anggota dari kedua geng motor ini sama-sama saling mengetahui masalah masa lalu dari para ketua geng mereka. Dan kedua geng motor ini juga pernah tawuran lima tahun yang lalu. Pesta yang diharapkan Rani akan begitu meriah dan indah pada malam ini, berubah seketika menjadi pertumpahan darah. Rani tak kuasa melihat kejadian ini terjadi di rumahnya. Dan Rani pun mencoba menghentikan kakaknya berkelahi dengan Alek.

Bukk!! suara hantaman pukulan Riko mengenai wajah Rani adiknya ketika Riko hendak ingin memukul Alek. Riko pun langsung terdiam ketika sudah memukul adiknya, dan semua orang langsung ikut terdiam juga. Aku pergi mengangkat Rani yang tergeletak jatuh tersungkur ketika mengenai pukulan dari Riko. “Riko, Bang Alek.. sudah cukup, kalian berdua seperti anak kecil,” kataku menjadi penengah. “Bang Alek, kita ini sebagai tamu di sini, kita tak sewajarnya membuat kegaduhan di rumah orang. Kamu juga Riko mentang-mentang kamu menjadi tuan rumah, seenaknya saja menghina kami. Kami masih punya hati dan kami juga tak seburuk yang kamu pikir,” kataku kesal kepada mereka berdua.

Aku mengangkat Rani berdiri dan berbicara baik-baik kepadanya. “Rani aku sangat mencintaimu, lebih dari apa yang kamu ketahui. Tapi sekarang kamu lihat sendiri kan. Aku sangat totalitas terhadap geng motorku, dan aku juga begitu menghormati bang Alek. Kamu belum tahu bahwa bang Alek dan kakakmu Riko sudah bermusuhan sejak lama. Permusuhan ini tidak akan pernah berhenti tanpa ada rasa kedewasaan untuk memulai berdamai dari kedua geng motor ini. Harapanku sekarang lebih baik kita ahiri hubungan kita ini, aku mengahirinya bukan berarti aku tidak cinta lagi denganmu, tetapi aku lebih memilih ketenangan dan kedamaian supaya tidak ada lagi kejadian seperti ini. Ku mohon kamu mengerti padaku Rani.”

“Aku gak setuju kita putus Bill, masih ada banyak cara menuju jalan kedamaian itu Bill,” kata Rani sambil menangis padaku. “Sudahlah Rani, aku pulang dulu, aku kira ini menjadi pesta yang menyenangkan,”
Aku dan para anggota geng vespa yang lain pulang meninggalkan pesta.
“Bang Riko jahat,” kata Rani sambil menangis berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.

Hari-hariku di kampus terasa begitu sepi, seperti ada yang hilang dariku. Rani bagiku adalah kekasih yang sangat aku sayangi. Aku pergi ke mana pun kalau tanpa dia bagaikan makan sayuran tanpa garam. Tak lengkap hidupku tanpanya. Setiap kali di kampus, aku tak pernah lagi melihatnya, semenjak aku katakan putus ketika kejadian malam itu. Mungkin dia kecewa atau dia marah besar padaku, pikirku melayang-layang tentangnya. Begitu juga dengan Rani, semenjak aku mengatakan putus padanya dia selalu mengurung diri di kamarnya dia jarang makan, meskipun Riko selalu merayunya. “Rani buka pintu kamarmu! kamu belum makan seharian ini,” kata Riko sambil mengetuk pintu.

Sudah satu minggu Rani jarang makan dan selalu mengurung pintu di kamarnya, akhirnya karena keseringan jarang masuk nasi ke tubuhnya, Rani pun jatuh sakit. Dia dibawa ke rumah sakit. Ketika di rumah sakit, Rani selalu menyebut namaku dan tak pernah berhenti menyebut namaku.
“Bang Riko, bawakan Billy padaku sekarang! aku mau bertemu dengannya,” pinta Rani.
“Siapa itu Billy?” Tanya Riko.
“Dia adalah anggota geng motor vespa yang kemarin itu, dan dia juga kekasihku Bang,”
“Apaa, kamu pacaran dengan gembel itu?” Riko heran.
“Sudah Bang, jangan bilang begitu lagi. Geng vespa bukan orang gembel dan mereka juga tidaak buruk seperti apa yang abang pikirkan,”
“Apanya yang tidak buruk, buktinya kemarin mereka memukuli abangmu ini,” bela Riko.
“Mereka tidak salah, tapi abang yang menghina mereka duluan,”

Seperti biasanya aku dan teman-teman geng vespa berkumpul di taman budaya, membahas apa pun yang kami bahas, entah itu pembahasan yang penting atau tidak. Itulah kami. Tiba-tiba motor harley Davidson berhenti di hadapan kami. Dia tidak lain adalah Riko. “Kamu ngapain datang ke sini baj*ngan?” Tanya bang Alek.
“Alek, aku datang ke sini bermaksud baik, aku menginginkan yang namanya perdamaian itu. Aku akan menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan dulu itu. Dan tujuanku datang ke sini juga untuk mencari yang namanya Billy,”

“Ada apa mencariku?” tegasku. Riko pun langsung bercerita apa yang telah diceritakan oleh Rani adiknya.
“Sebelumnya aku minta maaf lagi yang sebesar-besarnya kepada kalian atas hinaanku pada kalian. Aku tidak tahu kalu kalian itu orangnya baik sekali, aku berterima kasih kepada kalian karena telah menyelamatkan adikku, aku tidak tahu kalau kalianlah yang telah menyelamatkan adikku dari pemerk*saan anggota geng motorku sendiri,”
“Terus tujuanmu ke sini cuma itu saja?” sambung Roni
“Aku ke sini hanya ingin membawa Billy ke rumah sakit, karena Rani sedang sakit di sana. Dia terus memanggil namamu Billy. Dia belum tenang jika kamu tidak ada di sampingnya,”

Sesampainya di rumah sakit, aku dan Riko langsung masuk ke tempat Rani dirawat.
“Rani kamu tidak apa-apa sayang?” kataku hawatir.
“Billy, apakah kamu itu sayang?”
“Iya aku di sini sayang, aku datang untukmu. Kakakmu tadi yang menyuruhku ke sini,”
“Billy, kamu jangan pernah tinggalkan aku. Aku menderita jika tidak ada kamu, aku tak bisa hidup tanpamu. Jangan pergi dariku lagi ya!”
“Iya sayang, aku gak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu menjagamu seterusnya,”

Api permusuhan yang begitu lama terjadi antara geng motornya Riko dan Alek. Akhirnya selesai juga. Mereka pun bisa berdamai lagi dan melupakan masalah yang terjadi antara mereka. Dan Riko juga sudah menebus kesalahannya dengan memberikan sumbangan kepada anak yatim dan mendoakan almarhum Fina. Sumbangan diberikan ke anak yatim yang ada di panti asuhan nurul yakin. Sumbangan diberikan secara simbolis oleh ketua geng motor harlry Davidson dan vespa community club yaitu Riko dan Alek kepada pemimpin yayasan panti asuhan.
Sementara aku dan Rani melanjutkan hubungan kami.

Setelah lulus kuliah aku langsung mencari pekerjaan, dan aku sekarang menjadi guru SMA. Dan aku langsung menikahi Rani. Walaupun aku sudah menikah dan menjadi guru, aku tetap melanjutkan hobiku pada geng motor. Geng motor Vespa dan Harley menjadi satu geng motor setelah berdamai. Kami menjadi geng motor yang selalu turun membantu masyarakat. Sering ikut gontong royong. Dan kami juga menjadi geng motor yang taat lalu lintas dan taat terhadap peraturan. Kami tidak memakai nark*ba.

Angin kencang berhembus di puncak gunung rinjani. Awan-awan begitu dekat dengan kami dan menyelimuti gunung rinjani. Sunrise yang begitu indah terbit dari ufuk timur ketika dilihat dari puncak Rinjani. Bendera logo geng motor bertuliskan Harley Davidson and Vespa Community tertancap di puncak rinjani. Aku dan para anggota geng motor yang lain merayakan hari kemerdekaan Indonesia di puncak Rinjani.

Cerpen Karangan: Niels Buhari
Nama Ahmad Buhari Muslim, alamat lombok timur, NTB.

Cerpen Geng Motor In Love (Part 2) merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Crush on You

Oleh: ,
Hai nama aku Lencias panggil aja Cia, aku punya temen namanya Lona, dia ngecrushin seseorang panggil aja Za. Lona adalah anak pendiam tapi dia sangat riang gembira bagi yang

Bella

Oleh:
Namaku adalah Bella yang lebih tepatnya Bella Clare Amazy. Aku dari keluarga Amazy. Aku anak ke-2 dari ayah dan ibuku. Saudara pertamaku, laki laki yaitu Ben Severus Amazy dan

Meniadakan Kenangan

Oleh:
“Tunggu dulu, Sya! Dengerin dulu!” Ia menahan tanganku dengan cengkraman sekuat elang. Pelupuk mataku semakin penuh dengan genangan air mata. “Apa lagi? Sudah jelas kan, kamu pilih dia.” Ujarku

Gemericik

Oleh:
Hujan masih lebat mengguyur kota ini. Angin pun sigap memasuki pori pori siapa saja yang menghadapnya. Langit terlihat gelap di ufuk ujung sana. Suasana yang telah berputar dari belahan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *