Gombal Maut
Cerpen Karangan: Dian DamanikKategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 16 May 2016
“Hai Rin,” Desta kembali datang dengan sepucuk surat dan setangkai mawar. Rina hanya memutar kedua bola matanya menatap Desta tak selera. Sudah terlalu sering dia ngalamin hal ini yang membuatnya seakan gila jika terus dihantui Desta pada jam istirahat.
“Cinta Tak terbalaskan.” Desta menggerakkan tangannya ke udara agar terlihat keren dalam membaca puisi.
“Lo ngapain lagi sih?!” Bentak Rina dengan wajah yang sangat kusut. Dia sudah terlalu muak mendengar puisi puisi murahan Desta. Sampai kiamat pun dia berjanji tak akan pernah jatuh cinta pada cowok tinggi berhidung lebar itu.
“Cintaku tak terbalaskan, Cintaku sangat menyedihkan tak seperti novel-novel,” Desta membaca penggalan puisinya dengan memasang raut menyedihkan di depan Rina. Tapi Rina tak mempedulikannya dan kembali membaca novel sambil menyeruput teh manis dinginnya.
“Cintaku sangatlah parah. Sakit! Seperti berusaha menahan kentut dalam busway,” Tiba-tiba Rina memuncratkan minumannya mendengar penggalan puisi Desta. Beberapa siswa yang melihat pun hanya bisa cekikikan menahan tawa. “Akhirnya lo peka.” ucap Desta pelan. Rina terlihat malu dengan pandangan teman-teman sekolah yang menjadi santapannya satu minggu terakhir ini. “Rinaku sayang! Aku akan selalu menantimu hingga ajal menjemput.” Desta membungkukkan badannya dan menyerahkan setangkai bunga kepada Rina. Rina kembali menghela napas panjang, puisi macam apa ini? Tapi akhirnya dengan berat hati Rina menerima tangkai itu agar tidak ada lagi puisi puisi alay di hari hari berikutnya. Desta terlonjak dan langsung melompat sambil beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Rina.
Keesokan harinya Rina kembali melakukan aktivitas ekstrakurikuler sepulang sekolah. Organisasi English Club adalah organisasi pilihannya. Tapi seperti semalam sang Ketua Umum sedang sangat aktif-aktifnya dalam melaksanakan kegiatan baru yang akhirnya membuatnya pulang agak lama. Rina masih berada di dalam kelas untuk melanjutkan novelnya yang tertunda. Tadi siang tak ada puisi alay dari Desta yang membuatnya dapat bernapas lega. Mungkin itu hanya taruhan dari teman sekelas Desta, pikirnya. Tapi semua tiba-tiba berbeda ketika dari gerbang sekolah terlihat Desta dan kawan-kawan berjalan masuk ke sekolah. Sebelum Rina bersembunyi di kamar mandi, Desta langsung lari menahannya. Desta mendudukkan Rina di bangku depan kelas. Rina tergugup dan tak bisa berkata apa-apa ketika melihat Adlan membawa sebuket bunga mawar, Eko membawa 3 buah novel tebal, dan Sakti membawa 5 cokelat Silverqueen.
“Rinaku sayang!” Rina kembali memutar bola matanya merasa waktunya hanya sia-sia mendengar Desta yang kembali berpuisi. “Hidungku kempas kempis hanya dengan melihat hidungmu. Mataku melebar melihat mata besarmu. Bibirku bergetar melihat bibir tebalmu dan jiwaku tak dapat menahan gelora cinta yang membara.” Rina kembali melongo mendengar puisi Desta. Tapi akhirnya ia hanya pasrah mendengar lanjutan penggalan puisi yang menurutnya sangat tidak cocok baginya. Tapi hal lain yang dipikirkannya adalah barang barang yang dibawakan teman Desta. Jangan bilang kalau Desta pengen nembak?! Mati deh!
“Maukah kau menerimaku?” Tanya Desta yang kemudian memberikan sebuket bunga mawar. Untung gak banyak orang di sini, batin Rina. “Menerima?” Desta mengangguk dan Rina hanya bisa meneguk ludahnya. Rina kemudian menerima sebuket bunga itu dengan keadaan ragu. Desta kembali berpuisi, “cokelat ini sebagai tanda manisnya cintaku untukmu.” Desta mengelaurkan lima cokelat itu ke hadapan Rina yang kembali diterimanya.
“Dan yang terakhir agar kacamatamu kembali menebal karena buku-buku ini,” Desta menyerahkan tiga novel itu kepada Rina. Rina hanya memikirkan apa maksud dari puisinya tadi. Tapi Rina hanya bisa terdiam mengingat kalau Desta emang gila. “Udah gitu aja. Pulang yuk!” ajak Desta ke teman-temannya. Rina kembali melongo menatap punggung Desta yang menjauh. Jadi maksudnya ini apa? “Gue cuma pengen bikin lo bahagia, itu aja.” Desta berteriak sambil mengukir senyuman tulus yang selama ini tidak pernah Rina lihat tapi demi apa pun dia terlihat tampan seperti itu.
Mata Rina kemudian mendapati kertas di dalam buket bunga tadi. ‘Gue gak akan paksa lo cinta sama gue. Lihat lo terima bunga mawar kemarin udah bikin gue senang. Makasih Rina’. Rina hanya bisa menautkan alisnya tidak mengerti dengan keadaan. Tapi kemudian dia menyadari sesuatu. Desta akan meninggalkan sekolah. Perkataan pak Edu kemarin membuatnya senang sekaligus merasa bersalah. Senang karena gak akan ada lagi puisi-puisi aneh di istirahat pertama dan merasa bersalah karena gak ngebalas cinta alay Desta. Makasih Desta.
Cerpen Karangan: Dian Damanik
Facebook: Dian Rotua Styles
Dian Damanik, 16 yo. Follow my ig: @dianrotua1d
Cerpen Gombal Maut merupakan cerita pendek karangan Dian Damanik, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
100 Hari dan Kamu
Oleh: Akarifah AtiekahTerkadang hal yang disengaja ataupun tidak membuat kita mengerti pada sebuah pengambilan keputusan untuk melakukannya. Rini dan Gugun sedang duduk di pelataran kampus sambil membaca sebuah makalah. Mereka sedang
Sepucuk Surat Berbalut Rindu
Oleh: Yeni Ayu WulandariJangan kamu sebut ini sebagai surat cinta hanya karena aku menggoreskannya dalam secarik kertas putih tak bernyawa. Sebutlah ini sebagai curahan hati dan kamu menjadi tempat curhatku. (catatan kecil
Sang Putri Yang Suka Tidur
Oleh: GhinaPada suatu hari hiduplah seorang putri bernama naomi, ia tinggal bersama ibu, bapa, kakak, adik, dan bibinya. Ia hidup dalam istana namun sayangnya naomi sangat suka tidur. Bibinya bernama
Air Terjun
Oleh: Febi FalihaBanyak hal yang tak bisa kita sangka akan terjadi di masa depan. Hal atau kejadian yang jauh dari angan dan harapan, dan kini aku telah membuktikan betapa sang pencipta
Arloji Cinta Najwa (Part 2)
Oleh: Novi YantiSeketika suasana menjadi hening membisu. Hanya terdengar alunan musik melow yang mengisi malam itu. Najwa dan Abid seolah-olah menjadi pelukan dalam pementasan drama yang menarik semua mata untuk melihatnya.
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply