Hadiah Valentine Buat Arya
Cerpen Karangan: Galuh K HapsariKategori: Cerpen Cinta, Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Romantis
Lolos moderasi pada: 2 August 2017
Arya dan Ranti sepasang suami isti, yang sudah 3 tahun menikah belum dikaruniai anak. Keduanya sangat sibuk sehingga jarang ada waktu untuk bersama, namun tepat di hari valentine ternyata Ranti hamil. ini menjadi hadiah valentine yang sangat indah tuk Arya.
“Ran, add aku di Facebook dong. Aku baru aja nge add kamu tuh” ujar Arya yang asik di depan komputer, lalu beranjak ke ruang makan untuk sarapan. “lagi pada keranjingan facebook nih di kantor” sambungnya lagi.
“hmm.. nasi goreng” sahut Ranti sambil melongok meja makan, timbul rasa laparnya. Nasi goreng dengan ikan teri kesukaan Ranti yang dibuat khusus oleh Arya
“iya, nih. Aku yang masak. Pakai ikan teri dan telor mata sapi setengah matang kesukaan kamu”
Ranti tersenyum.
“makasih ya, masku sayang. Mas masih mau meluangkan waktu buat masak”
“I”ll do anything for you,dear. As I can.”
“eh apa tadi mas bilang? facebook? aduh, iya mas. di kantor juga pada addict. Ada beberapa divisi yang diblocked kalau mnegakses facebook. Habis jadi pada nggak kerja. Aku belum sempet buka internet. Kemarin itu ada acara kantor di JCC. Iya deh aku liat nanti.” ujar ranti sambil mengambil posisi duduk di sebelah Arya.
“Tumben, mau sarapan dulu. Biasanya tenggo.” celetuk mas Arya
“Kan kamu udah masak. Ntar nggak dimakan, dimanyunin lagi”
“Ya nggak lah, Ran. Kalo kamu sibuk banget, aku ngertiin kok. Tapi kan sebenernya sarapan perlu, buat tenaga dan buat kesehatan lho. Aku juga ada meeting sih nanti sampai sore. Kayaknya kita nggak ketemu nanti malem nih”
“Aku pulang cepet kok. Mudah-mudahan sore nggak macet aja”
“Hmm… bagus deh. Tapi kamu di rumah sendirian dong? Gak ke rumah Mama Devi aja?”
“Nggak, mas. Aku capek nyetirnya. Badanku akhir-akhir ini gampang capek. Aku udah minum vitamin sih”
“tuh kan, aku bilang apa. Jangan diforsir kerjanya. Jangan stress juga. Jangan workaholic lah, Ran. Aku nggak suka. Please…” mimik wajah mas Arya memelas. Makin terlihat ketampananannya.
“aku nggak workaholic. Aku kerja sesuai rules kok. Masuk jam 8 pulang jam 4. Kalau ada yang belum ada pekerjaan yang selesai hari itu, aku kerjakan besoknya kok, Mas”
“working is not about money, dear”
“Yes, I know. Tapi, ya memang aku harus melakukan sesuatu untuk pekerjaanku itu, Mas. Bos kan menuntut performa dan prestasi kerja kita di kantor kan mas. selain disiplin ”
“iya, tapi bosmu itu tuh, Reza, rada tega sama kamu. Apa karena dia mantan pacarmu, masih dendam karena diputusin, ditambah lagi aku menikah sama kamu, jadi dia seenaknya begitu?”
Mas Arya rupanya baru sekarang bisa menumpahkan uneg-unegnya tentang Reza, mantan pacarku satu kampus di Bandung dulu. Mas Arya memang sentimen luar biasa sama Reza karena dulu dia pernah menampar aku di kampus, dan Mas Arya melihatnya. Kebetulan Mas Arya seniorku. Semenjak kejadian itu dia marah besar dan memaksaku untuk putus sama Reza. Aku masih ingat kata-kata Mas Arya dulu sewaktu melabrak Reza.
“Jangan pernah sekalipun kamu menyakiti wanita apalagi mengeluarkan kata-kata kasar dan makian, apalagi dengan Ibumu! Memang aku bukan siapa-siapa di mata Ranti, tapi aku tetap nggak akan terima kalau sahabatku diperlakukan kasar seperti ini!”
Hmm.. aku jadi terharu mengingat pembelaan Mas Arya kala itu. Aku nggak mengira Mas Arya akan membelaku seperti ini. Semenjak kejadian itu, aku dan Mas Arya jadi dekat dan pacaran.
“Eh Mas… apa hubungannya sama mantan pacar, mas? aku sih nggak masalahin hal itu” ujarku sambil tersenyum.
“siapa tahu dia masih mencintai kamu” celetuk Arya cuek sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
Ranti meliriknya. Wajahnya sedikit menahan amarah. Kemudian menghela napas.
“eitsss… nggak pakai marah ya” sambung Arya. Wanti-wanti Arya takut Ranti nanti ngamuk. Bisa pecah Perang Dunia ke tiga.
“Mas, kita udah tiga tahun menikah, kok baru ngebahas masalah itu sekarang sih. Kayaknya basi banget. Kalo dia masih cinta sama aku, dan dia masih nggak bisa lupain aku, nggak mungkin aku mau terima kerjaan di kantornya. Ya, memang aku masih marah sama dia sejak permasalahan dulu itu, tapi sekarang dia sudah berubah. Intinya, aku mau kerja karena perusahaan dia bagus dan menjaga persahabatan di antara kita. Konsultan PR terbaik di Jakarta. Dan ini memang sesuai dengan bidangku” ujar ranti dengan suara tenang.
“iya, mas tahu. Maaf ya. Nggak ada maksud apa-apa kok, Non” arya menjaga ucapan supaya Ranti tidak marah.
“percaya deh, mas. aku konsekuen dan tetap berkomitmen sama kamu”
Arya terdiam. Lalu memandang Ranti dengan penuh kasih sayang.
“lagian aku kan udah jadi istri Mas Arya. Nggak kepikiran juga aku sama hal begitu. Maksudnya mas itu apa aku CLBK, gituh?” Tanya ranti agak sewot dan mukanya cemberut.
“iya… eh… nggak juga. Iya deh, mas minta maaf ya. Udah judge kamu kaya gitu. Lagian sebenernya Mas cuman komentar aja. Kok jadi panjang ya ha ha” ujarnya sambil tertawa.
Ranti jadi bingung. Tumben banget Mas Arya nggak adu argumen sama aku ya? Biasanya sih dia mau nyolot soal masalah apapun, dan kekeuh dengan pendapatnya kalau ngobrol sama istrinya ini.
“Maaf kenapa, mas?” tanyaku pura-pura nggak tahu
“Iya, mas minta maaf tadi, udah nuduh kamu soal Reza. Nggak seharusnya mas begitu. maaf ya, istriku.” ujarnya memohon sambil tiba-tiba mencium pipiku
“Nggak apa-apa kok mas. aku malah yang nggak enak sama mas” Arya cuma tertawa geli. “lho, kok ketawa sih? Aku serius.” sambungku.
“Iya, sayang. My hunny bunny ku. Iya, aku tahu” ujarnya sambil mengacak-acak rambut istrinya. Dasar kelakuan! Dari pacaran sampai kawin nggak berubah. Jadi orang suka gak jelas.
Besok adalah hari Valentine. Apa yang istimewa ya? Sebenernya nggak penting juga buat aku dan Mas Arya. Setiap hari kayaknya valentine terus. Mas arya bukan tipe orang yang loyal apalagi sangat romantis. Orangnya simpel, rada kaku dan cuek tapi humoris. Jadi nggak ada deh tiba-tiba ngasih coklat, kue, permen apalagi bunga buat aku di hari Valentine. Maklum Mas Arya itu bekas penyiar radio dan sempet jadi anak band jadi maklum kalo sampai sekarang sifat kaku, ngebanyol dan sifat nggak jelas lainnya masih terbawa sampai sekarang.
“Ran, kamu nggak ngantor, sayang?”
Suara Arya mengangetkan aku dari lamunan. Aku langsung bangkit dari kursi rias.
“iya, Mas. mau berangkat. Tapi mendadak nggak enak badan. Kayaknya gara-gara acara kemarin di JCC itu. AC nya kenceng. kepalaku jadi pusing berat dan perutku mual”. Mas Arya yang sedang memakai dasi langsung menghampiriku.
“Sudah minum obat? Minum teh hangat pakai jeruk nipis? Ke dokter?” cecar Mas Arya dengan muka panik, sambil memegangi dahi dan pipiku. “badan kamu hangat lho, Ran. Kamu sakit beneran”.
“Gak apa-apa mas. nanti juga baikan. kayaknya sekarang ke dokter. Tapi aku mandi dulu. Pak Saleh juga belum datang. Aku nunggu dia.”
“aku antar ya? Aku datang siang ke kantor deh” bujuknya.
“Nggak mas, aku sendiri aja. Kalo kenapa-napa kan ada Pak Saleh. Mas ke kantor aja ya. Kalau ada kabar, pasti aku telepon mas”
“Non, jangan diabaikan kesehatan kamu. Aku sangat khawatir. Kalau sampai mamaku tahu kamu sakit, wah dia bisa terbang langsung dari Surabaya.”
Mama Devi, mamanya Mas Arya, Ibu mertuaku yang tinggal di Surabaya memang sangat menyukaiku sejak dulu sejak masih pacaran dengan Mas Arya. Nggak heran, begitu aku jadi menantunya, aku selalu dibanggakan. Selalu disayang. Mama Devi juga punya panggilan sayang buatku, Noni, karena katanya paras wajahku aku mirip noni Belanda.
Aku cuma tersenyum sambil menggenggam tangannya. Meyakinkan Mas Arya bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
“Mas, aku mungkin cuma kecapekan. Jangan kasih tahu Mama Devi ya, nanti kepikiran. Lagian mama kan panikan”. Ujarku meyakinkan Mas Arya
“Iya, tapi kamu harus ke dokter ya. Sekarang! Nggak ada alasan!.” ujarnya sedikit memaksa. Aku menggangguk.
Aku kaget bukan kepalang mengetahui hasil pemeriksaan dokter, kalau aku hamil 8 minggu. Sambil duduk dengan gelisah di sofa, aku membaca hasil check up lab, dan test pack yang tadi kubeli sebelum ke dokter karena rasa tidak percayaku. Bener atau nggak. Atau cuma mimpi? Bolak balik aku Cuma memandang test pack dan handphoneku, bimbang antara harus mengabarkan berita ini atau ke Mas Arya dan keluargaku atau tidak. Walaupun sudah ada tanda dua garis merah, tetep aja aku masih terbengong bengong. Dokter Irawan bilang bahwa janinku sehat walafiat. Semuanya normal dan bagus. Ini berita yang sangat ditunggu keluargaku dan juga keluarga Mas Arya.
Tapi Ya Allah, kenapa aku sampai nggak sadar akan hal ini? Betapa bodohnya aku. Kemarin-kemarin aku masih asik makan sushi, sate kambing, minggu kemarin, aku masih joging 5 puteran di Senayan, masih ikutan outbond di Lembang, masih ngantor dan berwara-wiri dengan higheels, dan juga menyetir dari Tebet sampai Pondok Indah. Aku merasa bersalah. Sangat. Andaikan saja aku lebih aware dari awal.
Aku ambil handhphone dan menelpon Arya.
“Ya, sayang?” suara mas arya sangat ceria menerima teleponku. “aku jam 7 pulang, kok. Aku masih ketemu Pak Hendro nih di Ritz Carlton Kuningan. Eh di sini macet banget nih. Maaf ya, kayaknya aku juga sekalian makan malam di sini. Kamu makan malam sendiri ya, ditemenin sama bibik deh.” mas Arya terus ngomong tanpa henti sehingga aku susah memulai bicara. “mas, aku mau ngomong!” teriakku. Mas arya lalu terdiam.
“iya, sayang. Maaf.. maaf. aku terlalu senang terima telpon kamu.. oya, gimana tadi di kantor?” aku menghela nafas dan tidak menjawab pertanyaannya.
“mas, mendingan mas arya pulang sekarang. Karena istri kamu yang lagi hamil ini, sedang senang sekali. Jadi sekarang mas pulang aja dan makan malam di rumah ya. Aku mau masak masakan special, fettucini carbonara dan salmon grilled buat kamu, mas”
“hah apa, Non? Halo… Non… halo”
Telepon langsung cepat kumatikan sebelum mas arya bertanya panjang lebar. Aku tersenyum dan menarik nafas. Lega rasanya sudah mengabarkan berita kehamilanku ke mas Arya. Aku nggak tahu apa yang terjadi dengan mas arya. Bisa jadi dia langsung pingsan di sana.
“apa, Non!!? Noni anak mama tersayang… akhirnya mama akan punya cucu! Terima kasih ya sayang. Terima kasih ya Allah!.” pagi itu mama Devi heboh di telepon. Aku memberi tahu kabar kehamilanku ke Mama Devi. “Pa, Noni hamil pa… sudah 8 mingguuuu!” teriak mama di ujung telepon sambil memberitahu papa Hendra, papa mertuaku.
“apa!?” teriak papa di kejahuan, lalu segera menyambar telepon mama. “tuh kan, Firasat Papa bener kan, Ran. tadi malam papa bilang sama mama, pengen telepon kamu. Tapi mama kecapekan, soalnya mama bikin kue nastar sama Dini. Papa juga tadi malam kangen banget sama kamu. Ranti sayang, papa Cuma mau nasehatin kamu, jangan kecapekan ya. Banyak istrahat. Jangan ngantor dulu deh. Cuti saja. Kamu harus jaga kesehatan kamu” ujar Papa Hendra memberi wejangan, sambil ditimpali kata-kata “iya”, dan “benar” dari mama devi.
“Iya ma, pa. Ranti pasti banyak istirahat. Terima kasih doanya, nasehatnya buat ranti dan calon anak, dan juga cucu mama papa ya ma, pa. Ranti seneng banget mama sama papa begitu perhatiannya sama aku.” kataku setengah terharu tapi juga menahan tawa mendengar kehebohan papa Hendra dan mama Devi.
“mana Arya, Non? Mama mau ngomong sebentar”
“Belum bangun, ma. Tadi malem kita ngobrol sampai jam satu. Arya kegirangan ma, tahu aku hamil. Pokoknya dia introgasi aku deh ma. Aku sampai bingung ceritanya harus mulai darimana. Sekarang dia tepar tuh”
Mama devi tertawa lepas. “aduh ampun ya, suamimu itu. sama seperti mamanya. Heboh sendiri kalau denger sesuatu yang menggembirakan”. Aku pun hanya bisa tertawa. Bahagia.
“pagi, sayang… gimana tidurnya semalam? Nyenyak nggak?” suara mas begitu lembut, berbisik di kupingku. Dan aku merasakan belaian tangannya di lengan dan rambutku. Aku memaksakan membuka mataku yang masih ngantuk berat. Tampak didepanku sarapan pagi buatan mas Arya, scrammbled egg dan grilled beef sausage, dan secangkir teh hangat. Tidak ketinggalan di meja riasku satu buket besar bunga mawar dan ditempeli kartu dengan ketikan font besar “I really love you, my wife. Forever. Happy Valentines Day, Honey”. Aku lalu bangun dan menyandarkan tubuhku pada bantalku.
Oh iya, aku lupa. sekarang Valentine Day.
“Ran, sengaja aku bangun pagi dan menyiapkan semuanya, karena mau bikin surprise kamu, juga calon anak kita. Aku sangat bahagia dengan kehamilan kamu. Aku nggak peduli kamu kemarin makan apa dan outbond di lembang, pakai higheels.. whatever. tapi kalau ternyata janin kamu sehat walafiat, aku sangat bersyukur. Ya walaupun aku sebel juga sih, dan khawatir. Habisnya kamu nggak sadar akan kehamilan kamu sendiri. Tapi ini anugerah, Sayang. Penantian 3 tahun kita menikah, baru sekarang Allah memberikan kita karunia yang luar biasa. Allah mendengarkan doa-doa kita. Dan di hari Valentine ini, kamu nggak perlu ngasih aku kado apa-apa, cukup dengan ini” ujarnya sambil mengelus perut Ranti.
Aku sangat terharu dengan surprise kecil Mas Arya. Kupeluk mas Arya dengan erat. Mas Arya mencium keningku.
“Terima kasih ya, Mas. Aku sayang banget sama mas.”
“Aku juga lebih sayang banget.. banget.. sama kamu, Noni” tiba-tiba saja pelukan ku kulepaskan.
“kenapa, sayang? Kok kaget banget gitu? Laper ya?” mas Arya kaget
Aku menggeleng karena perutku terasa mual.
“Ran, kenapa sih, kok kayaknya bingung banget”
“Aduh, kayaknya aku ngidam deh, mual banget. Aku jadi anti deket sama kamu! Aku gak tahan cium aroma parfum kamu. Apalagi dipeluk kamu, mas” ujarku sambil menutup hidung dan mulutku.
“hah? Maksud kamu?? Kamu nggak mau deket-deket aku? Dicium dan dipeluk aku juga nggak mau?”. Ranti mengangguk.
“Yaa, sayang… gimana kalo aku kangen sama kamu? pengen nge sun kamu tiap hari, bikinin kamu sarapan, berduaan sama kamu, mau…”
Tanpa ba bi bu, Ranti langsung beranjak bangun dan lari ke arah kamar mandi sambil berteriak “aku mau muntaaaaah…”
14-2-09
Cerpen Karangan: Galuh K Hapsari
Facebook: Galuh K Hapsari
Lulusan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana dan Dosen Ilmu Komunikasi di sebuah Univerasitas swasta di Tangerang.
Cerpen Hadiah Valentine Buat Arya merupakan cerita pendek karangan Galuh K Hapsari, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Cinta Dan Gengsi
Oleh: Qolbi LestariCinta memang penuh misteri, tak bisa dimengerti, tak terduga dari mana datangnya, dari siapa, dan entah mengapa bisa berlabuh pada dua insan yang berlainan. Cinta yang berawal dari tatapan
Lampu Sorot
Oleh: Orbi Dian TinoSejak kapan ini dimulai adalah pertanyaan yang menjadi rahasia antara kau dan senja. senja yang selalu ingin bicara padamu saat dia tak melihatmu. yang selalu menunggu kehadiranmu datang lagi.
Kaulah Yang Terbaik
Oleh: Wahyuni CahyaDi siang hari ini tampak para siswa-siswa di sekolah ku riuh, ada yang lari-larian, ngobrol bareng teman-teman mereka dan sebagainya. Sama seperti orang di pasar, gak heran dong kalau
Ukiran Mimpi Dalam Takdirku
Oleh: HartatiMalam semakin larut suara jangkrik di halaman terdengar begitu mengalun-alun seolah mereka sedang menyanyikan sebuah tembang yang mampu menyihir orang-orang yang mendengarnya sehingga mereka tertidur dengan pulasnya dan hidup
Lady Luck
Oleh: Husni Ibadatika ArifApakah di dunia ini hanya memandang dan melirik wanita yang sempurna? dalam artian memiliki wajah yang sempurna, kulit yang sempurna, tinggi badan sempurna serta badan yang sempurna. Segalanya serba
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply