Jembatan Merah

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 1 April 2017

Lelah rasanya telah berkeliling sekitar taman. Aku yang memakai kaos putih dan celana pendek serta sepatu sport yang kugunakan untuk jogging. Tak setiap hari aku jogging. Hanya hari minggu saja itu pun karena libur sekolah. Perkenalkan, namaku Reina Pricillia kelas 1 SMA dan selama aku SMP, aku selalu mendapat juara 1 umum dan itu yang membuatku bangga.

Sudah cukup lama aku jogging dan kuputuskan untuk pulang. Saat aku menuju pulang, aku melewati jembatan merah seperti biasanya. Warna jembatan itu sesuai dengan namanya, merah karena banyak di sekitar situ berwarna merah. Aku pun berhenti sejenak untuk beristirahat, saat aku ingin duduk di bangku merah itu, ada seorang lelaki yang berlari dan menabrakku sehingga kami pun terjatuh. Kulihat tatapan matanya yang berwarna coklat muda, wajah yang tampan, tinggi dan putih. Dia pun segera berdiri.
“E-ehh.. maaf. Aku gak sengaja dan aku buru-buru. Kalau begitu aku duluan, ya.” Ucapnya dan segera meninggalkanku di sini sendirian. Sepertinya dia baru pindah di komplek ini karena baru pertama kalinya aku jumpa dengan dia.

“Baru pulang, non?” Tanyak Bi ijah yang sedang menyapu halaman rumah.
“Iya, bi.” Kataku.
“Bibi uda siapin sarapan, non. Silahkan kalo non reina mau sarapan.” Tawar bi jiah padaku.
“Iya, bi makasih. Mama sama papa mana, bi?”
“Tadi nyonya sedang menonton tv kalo tuan ada di ruang kerjanya, non.”
“Ya udah, aku ke dalam dulu ya, bi.”
“njeh, non.”

Saat aku tengah sarapan, aku kepikiran dengan lelaki itu. Ingin kubuang jauh-jauh tentang dia. Dan aku gak sengaja mendengar percakapan mama dan papa kalo rumah kosong yang tak jauh dari rumahku, ada yang nempatinya, berarti ada orang pindah ke situ. Dan aku semakin yakin, bahwa lelaki tadi pasti tinggal di situ. Akan aku selidiki nanti.

Pada sore hari, aku bergegas ke luar rumah dan ingin memastikan bahwa dugaanku benar. Aku pun pura-pura lewat rumah itu, yang aku lihat ada perempuan separuh baya yang sedang membersihkan rumah itu. Ternyata perempuan separuh baya itu melihatku dan tersenyum padaku. Aku pun jadi malu karena memergoki aku dan kubalas senyumannya. Segera aku pergi dan cari tempat yang aman untuk mata-matai bahwa lelaki yang aku jumpai pasti tinggal di sini.

Hari pun makin gelap, tapi tidak ada lelaki itu di sini dan aku memutuskan untuk pulang. Saat aku balikkan badan, aku tertabrak dengan seorang lelaki dan kulihat wajahnya, ternyata lelaki itu.
“Kamu ngapain di sini?” Tanya lelaki itu. Aku hanya menunduk, dia memperhatikanku semakin pula aku grogi. “Kayanya kita pernah jumpa? Oh iya.. baru aku ingat, kamu yang tadi pagi aku tabrak di jembatan merah itu kan? Perkenalkan, aku Dion.” Kata lelaki itu yang mengulurkan tangannya untuk berjabat denganku. “Kok kamu diam? Kata-kataku ada yang salah?” Katanya lagi.
“Hmm.. gak kok. Aku Reina.” Aku membalas jabat tangannya.
“Senang bertemu denganmu, Reina” katanya sambil senyum.
“Iya, Dion. Btw, gue pulang ya takut dicari mama sama papa.” Kataku pada Dion.
“Oke. Oh ya, rein.”
“Iya, dion?”
“Gue boleh kan minta nomor hp lo?
“Iya, boleh kok.” Dion pun memberikan hp nya dan ku catat nomor hp ku.
“Thank’s.”
“You’re well.”

Entah kenapa hatiku berbunga-bunga saat ketemuan dengan Dion. Kutuliskan di buku diaryku tentang aku ketemuan dengan Dion tadi. Hp ku berdering dan ada yang meneleponku. Nomornya tidak kukenal. Dan kuangkat telepon itu.
“Halo ini siapa?” Kataku.
“Hai, rein. Gue Dion. Maaf telah ganggu waktunya.” Oh my god.. ternyata Dion meneleponku.
“Oh, Dion. Gue kira siapa. Ada apa?”
“Gue cuman mau bilang ke lo, besok ada acara syukuran di rumah gue karena gue baru pindah. Jadi gue harap besok lo datang ya?”
“Ya.. gue bisa aja besok datang. Jam berapa?”
“Jam 4 sore.”
“Oke.. gue akan ngajak nyokap dan bokap gue besok untuk datang.”
“Iya udah, kalo begitu.”
“Iya. Bye Dion.”
“Bye, rein.” Kututup teleponku dengan Dion. Gak nyangka Dion nelepon aku hanya untuk mengundang aku. Aku menatap langit-langit kamar, ingin rasanya besok sore tiba karena aku ingin tampil cantik depan Dion. Semakin berat mataku untuk menahan kantuk dan aku pun tertidur.

Jam 15.30 berarti tinggal 30 menit lagi untuk ke acara syukuran Dion. Aku yang belum siap karena bingung untuk cari baju yang tepat. Mama pun masuk ke kamarku. Mama hanya heran melihatku yang belum siap-siap. Dan aku bilang ke mama untuk mencarikan baju yang tepat untukku.
“Ya udah, kalo gitu kamu pake baju yang ini aja. Kan cantik untuk kamu.” Kata mama yang menunjukkan dress warna merah maroon. Dan kelihatannya cocok denganku.
“Iya, ma. Aku ganti baju dulu ya.” Kataku pada mama. Aku pun memakai baju itu dan mama make up in aku. Setelah selesai, kami pun pergi ke rumahnya Dion.

“Ehh jeng eno uda lama gak jumpa.” Mama Dion berpelukkan dengan mama. Kayanya mereka udah sering jumpa makanya mama Dion bilang seperti itu pada mama.
“Iya jeng, maaf ya baru bisa datang. Aku sibuk.” Kata mama yang melepaskan rindu.
“Kamu yang kemarin lewat rumah tante sambil nengok-nengok, kan?” Tanya Mama Dion yang melihat ke arahku.
“Iya, tan.” Kataku sambil malu-malu.

Aku pun meninggalkan mama dan mama Dion yang lagi bicara. Aku mencari Dion tapi gak ketemu, sampainya aku di halaman belakang, Dion menghampiriku.
“Kamu ngapain di sini, Rein?” Tanya Dion. Aku hanya nunduk karena malu ketahuan kalo aku sedang mencarinya.
“Kamu nyariin aku, ya?” Kata Dion sambil senyum-senyum.
“Ihh.. apaan si, kamu.” Kataku sambil cemberut.
“Bilang aja, iya.” Kata Dion yang menggodaku.
“Gak, ah. Ya udahlah aku pulang aja.” Ucapku sambil kesel.
“Iya deh, aku minta maaf.” Ujar Dion yang menarik lenganku. “Ya udah, ayo kita ke depan.” Dion mengajakku ke depan dan kami pun ke depan.

ADVERTISEMENT

Huhh.. lelah rasanya dari sore sampai malam di rumah Dion. Tapi aku senang banget karena bisa bercandaan dengannya. Aku pun memejamkan mata untuk tidur.

Esok harinya aku, pergi ke sekolah diantar papa. Sesampainya di sekolah, sisil sahabatku memanggilku. “Reina.. rein.. tunggu napa si.” Sisil tepat di depanku sambil ngatur napasnya karena abis ngejar aku.
“Ada apa, sil?” Tanyaku yang bersikap santai.
“Gue cuman mau bilang, kalo akan ada anak baru di kelas kita.”
“Hah, anak baru?” Kata ku terkejut.
“Iya, rein. Dah gitu ya katanya, dia tampan, tinggi, putih, matanya kecokelatan gitu.” Aku tertegun mendengar sisil.

Gak lama pun bel berbunyi. Bu rana pun masuk ke kelas kami bersama anak baru. Dan kulihat anak baru itu adalah Dion.
“Pagi anak-anak. Hari ini kalian mendapat teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu.” Suruh Bu Rana pada Dion.
“Pagi guys. Nama saya Dion Reydika. Saya harap bisa jadi teman baik.”
“Baiklah, Dion. Silahkan kamu duduk.” Bu rana menunjukkan bangku yang ada di belakangku. Dion tersenyum padaku dan aku membalas senyumannya.

Istirahat pun tiba, Sisil ke kantin duluan karena aku masih mencatat. Dion pun menghampiriku. “Rein, kamu udah siap nyatatnya?” Tanya dion.
“Udah.”
“kantin, yuk.” Ajaknya.
“Yuk.” Aku tersenyum padanya dan senyumanku dibalas olehnya. Semua siswa bahkan sahabatku melirik ke arah kami. Aku dan Dion pun duduk berduaan.

Gak terasa kami sudah pulang sekolah. Aku dan Dion pulang bareng. Saat di jembatan merah, Dion berhenti.
“Kenapa berhenti, Dion?” Tanyaku penasaran.
“Kamu ingat tempat ini, Rein?” Kata Dion yang membuatku penasaran.
“Iya, ingat. Waktu itu kamu nabrak aku di sini kan?” Tanyaku untuk memastikan.
“Selain itu?” Katanya lagi. Tapi aku menggelengkan kepala karena aku memang gak ingat. Dion pun menghelakan nafas dan segera pergi dari situ.

Waktu terus berjalan, aku dan Dion sering menghabiskan waktu bersama. Kami sangat bahagia sekali. Ketika hari ulang tahun Dion tiba, dia mengajakku ke jembatan merah.
“Reina.. Kamu bener-bener gak ingat tempat ini?” Tanya Dion yang semakin membuatku penasaran.
“Gak, Dion.” Ucapku.
“Kalo begitu, aku akan kasih tau kamu. Sewaktu kamu umur 4 tahun, kamu mempunyai sahabat cowok dan kamu selalu bermain dengannya di jembatan merah ini. Disaat kamu jatuh dari sepeda, cowok itulah yang membantu kamu. Dan orang itu adalah aku.” Ucapan Dion membuatku keringat dingin dan baru kusadari, aku memang ada kenangan dengan sahabat cowokku. Tapi aku gak ingat dia siapa karena dia pindah saat aku berumur 5 tahun.
“Iya, sekarang aku ingat, Dion. Dan orangnya adalah kamu?” Dion pun mengangguk cepat. “Dion.. aku minta maaf. Aku lupa dengan semua itu.” Kataku yang meneteskan air mata. “Hei.. kamu kok nangis, Rein? Ya udah sekarang kan kamu udah ingat semuanya kan?” Katanya sambil mengusap pipiku. “Iya.” Ucapku padanya.
“Hari ini, ulang tahunku dan aku mau hari ini menjadi kebahagian buat aku. Reina, kamu mau gak jadi pacarku? Aku udah lama suka sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu lagi. Aku sayang kamu.”
“Ya, aku mau kok, Dion.” Ucapku dengan senang karena aku pun juga cinta padanya.
“Jadi hari ini kita resmi pacaran?”
“Yaelahh pacaran kok resmi, nikah baru resmi.”
“Iya, deh.” Aku dan Dion pun ketawa bersama. Perasaan ku ke dia ternyata terbalaskan.

Jembatan merah ini, menjadi saksi cinta aku dan dion, awal kami berjumpa lagi setelah sekian tahun lamanya kami gak jumpa dan mempunyai kenangan di masa kecil kami di sini.

Cerpen Karangan: Putri Diana
Alamat Medan, Binjai Barat, Limau Mungkur, simp. Pertanian. Jl. Jambu no. 16A
Kode pos 20717
No hp 085361227739

Cerpen Jembatan Merah merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Aneh, Aku Suka Dia

Oleh:
Hujan masih turun begitu deras. Berkali-kali kutengok ke luar. Aku masih cemas, apa dia benar-benar datang? Hujan tak terlihat reda malah jadi kian deras. Ah, dia menyuruhku untuk datang

Kekasihku Penipu, Istriku Lebih Menipuku

Oleh:
Ribut, suara dari ribuan mulut saling menyilang, seperti lalu lalang kendaraan di Makassar. Berbagai kesibukan, aktivitas dan aroma beragam warna dari berbagai wajah di pasar Sungguminasa. Wajar ketika tak

Pernikahan yang Kuharapkan

Oleh:
Desember 2021 tepat pada tanggal 15 aku yang lama menanti seorang kekasih pujaan hatiku untuk mendapatkan restu orangtuaku akhirnya disetujui juga. Malam sebelum maghrib tiba aku memohon kepada bapak

Hari Jadi Ke 24 Bulan

Oleh:
Di sebuah rumah terdapat seorang gadis yang sedang bergelung dengan selimut dan bantal. matahari sudah keluar dari tempatnya tapi sepertinya dia tidak terganggu sama sekali, sampai… TRINGGG TRINGGG TRINGGG

Takdir Kekuatan Cinta

Oleh:
Malam ini tepat pukul 19.00 aku datang ke acara reunian SMA-ku. Ketika aku tiba di tempat reunian ini, aku banyak disapa oleh teman lamaku dan mereka juga memberiku ucapan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *