Kado Istimewa
Cerpen Karangan: YuliaKategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 23 October 2017
Pagi ini sangat cerah seperti biasa aku bangun dan bergegas berangkat sekolah. Kenalkan aku Fandy sekarang aku duduk di kelas IX MIPA. Pagi ini aku berangkat sekolah dengan teman yang selalu setia mengantarku ke mana saja. Dia adalah sepeda motor. Kendaraan pertama yang dibelikan ayah sebagai hadiah ulang tahunku.
Setiba di sekolah aku pergi ke kantin untuk mengisi perut yang selalu ribut setiap pagi. selesai makan aku menyusuri koridor menuju kelasku. Pikiranku melayang pada kejadian beberapa bulan belakangan ini. Kedua orangtuaku ribut besar dan rumah tangga orangtuaku diambang kehancuran. Kemudian aku merasakan seseorang menubruk tubuhku dari depan yang berhasil membuyarkan lamunanku. Bajuku basah karena minuman yang dibawa seseorang yang menubruk tubuhku barusan.
“Eh.. sorry, sorry” Ujarnya sambil membersihkan bajuku yang basah dengan tangannya.
“Tidak apa-apa” Balasku sambil menatap wajah bersalahnya.
“Tapi baju kamu jadi kotor begini gara-gara aku, aku mintak maaf ya tadi aku tak melihatmu karena aku jalan sambil mendengarkan earphone, sekali lagi aku mintak maaf ya.” Katanya lagi penuh penyelasan.
“Tidak apa-apa aku juga bersalah, tadi aku jalan sambil melamun” Kataku
“Kalau begitu aku akan membersihkan bajuku di toilet dulu”. Sambungku dan berlalu meninggalkanya, sebelum aku pergi dia sempat meminta maaf sekali lagi. Aku tidak ingin membersihkan bajuku ini, biarlah baju ini menjadi saksi bisu perbincanganku dengan gadis yang kupuja.
Akhir-akhir ini aku sering menjadikan kertas dan pena sebagai teman. Tempat aku mencurahkan segala isi hatiku dan mengembangkan menjadi cerita atau puisi terlebih setelah retaknya rumah tangga orangtuaku.
“Fan hari ini ada rapat pengurus mading, lo udah tau belum?” Tanya Meli saat aku baru sampai di kelas.
“Oh ya, Kapan?”
“Sekarang, barusan sarah telepon katanya disuruh kumpul di ruang OSIS” Jelas Sarah.
Akhirnya aku dan Meli memutuskan untuk pergi bersama ke ruang osis. Semenjak aku hobi menulis aku memutuskan bergabung menjadi pengurus mading untuk menyalurkan bakatku.
Rapat anggota pengurus mading kali ini dalam rangka memperingati hari ulang tahun sekolah. Mading akan menerbitkan artikel tentang berbagai persiapan dan kegiatan apa saja yang akan ditampilkan pada hari ulang tahun sekolah nanti.
“Fan kamu akan mewawancarai dan meliput persiapan masing-masing ekskul” Kata Kak Arif selaku ketua pengurus mading.
“Baik Kak” Jawabku yakin.
Aku sangat senang bisa mengemban tanggung jawab ini karena salah seorang anak ekskul seni yang aku kagumi sejak lama. Aku sudah tidak sabar untuk memulai tugas ini.
Kegiatan pertama yang aku liput persiapanya adalah ekskul keagamaan kemudian ekskul olahraga dilanjutkan dengan pramuka dan paskibraka dan yang terakhir persiapan ekskul seni. Inilah yang sangat aku tunggu-tunggu.
Aku berdiri mematung di hadapanya, aku bingung harus memulai wawancara ini. Aku tidak tahu bagaimana memulai wawancaranya.
Akhirnya tugasku pun selesai, sekarang hanya tinggal menyusun hasil liputan dan wawancaraku menjadi sebuah artikel untuk diterbitkan di mading. Aku merasa sangat senang hari ini meskipun hanya tanya-jawab biasa saja.
Sepulang sekolah aku langsung menuju kamar, maklumlah semenjak rumah tangga orangtuaku retak ayah sudah tak tinggal di rumah ini. Aku hanya menjadikan kamar sebagai tempat ternyaman. Pulang sekolah aku akan langsung menuju kamar dan hanya akan keluar jika ada perlu saja jika tidak maka aku akan mengurung diri di kamar seharian.
Setelah aku mengganti pakaianku aku duduk di meja belajarku. Pikiranku kembali mengingat kejadian tadi siang. Akhirnya aku mengetahui namanya, Bunga. Sesuai dengan namanya dia adalah bunga di hati yang menambah warna di hidupku.
Siang itu ditemani oleh pena dan kertas aku menuangkan semua perasaanku pada Bunga dalam sebuah puisi.
Pagi ini seperti biasa aku berangkat sekolah. Aku sengaja berangkat lebih awal pagi ini karena hasil wawancaraku kemarin menghilang. Aku rasa kertas tersebut tertinggal di ruang ekskul seni. Dan ternyata benar saja hasil wawancaraku kemarin tertinggal di ruangan itu.
Saat aku kembali menuju kelasku aku teringat akan puisi yang kemarin aku tulis sebagai ungkapan isi hatiku pada Bunga. Aku membaca puisi itu sepanjang perjalanan menuju kelasku sampai semua kertas di tanganku berhamburan ke lantai termasuk puisiku karena seseorang menabrak tubuhku.
“Maaf, aku gak sengaja.. Kamu?” ujarnya sambil memunguti kertas yang bertebaran di lantai.
Aku tertegun sejenak setelah mengetahui siapa yang menabrak tubuhku barusan.
“Maafkan aku, aku tidak sengaja.” ujarnya lagi
“tidak apa-apa”
“Maaf ya, seharusnya aku tidak mendengarkan earphone sambil jalan hingga menabrakmu sampai dua kali” Sesalnya.
“Tidak apa-apa kok” kataku
“aku malah merasa senang” kataku dalam hati.
Setelah mengambil kertas di tangan Bunga yang tadi dipungutinya aku pun berlalu meninggalkanya bersama dengan rasa bersalahnya. Setelah aku menjauh kudengar dia memanggilku namun aku tak menghiraukan panggilan itu, malah aku mempercepat langkahku meninggalkan gadis cantik itu.
Aku terhenyak di kursiku dan mengingat kembali kejadian tadi. Bagaimana mungkin seseorang yang sangat mencintai musik seperti Bunga bisa bersatu denganku yang hanya terfokus pada barisan kata yang rapi dan indah. Munkin kata dan nada memang tak mungkin pernah bersatu.
“Fan ada yang nyari tuh.” Aku tersadar mendengar suara itu.
“Siapa?”
“Tuh” Tunjuknya ke arah jendela.
Kulihat seorang gadis tengah duduk di sana tapi aku tak melihat wajahnya karena membelakangi jendela. Aku segera menghampiri gadis itu. Aku sangat terkejut ternyata yang mencariku adalah Bunga. Kulihat dia tersenyum saat aku menghampirinya.
“Kamu Fandy?” tanya Bunga
Aku hanya mengangguk karena terlalu gugup berhadapan dengan Bunga.
“Aku ke sini mau mintak maaf atas kejadian tadi, …”
“Oh tidak masalah, lupakan saja” putusku sebelum dia menyelesaikan ucapanya.
“Bukan bukan itu, sebenarnya aku mencarimu karena ingin mengembalikan ini.” ujarnya memperlihatkan sebuah kertas
“ini puisimu kan?” tanyanya kemudian.
Aku terkejut melihat puisiku berada di tangan Bunga. Aku merasa senang sekaligus malu, aku senang karena puisi yang kutulis untuk Bunga sekarang ada di tanganya dan aku merasa malu karena menghiraukan panggilanya tadi.
“Hei kenapa diam? Apa benar ini puisimu?”
“I..iya”
“Tadi setelah membaca puisimu aku jatuh cinta dengan kata-katanya, begitu indah seperti ungkapan perasaan seseorang.”
Aku hanya diam menunggu kalimat berikutnya.
“Kalau kamu tidak keberatan aku ingin menjadikan puisimu menjadi lirik lagu untuk kunyanyikan pada acara ulang tahun sekolah nanti”
Deg!! Jantungku berdegup sangat kencang. Aku tak percaya Bunga akan menyanyikan puisi yang kuciptakan khusus untuknya.
“Bagaimana, Kamu tidak keberatan kan?”
“Oh tidak sama sekali, malahan aku merasa sangat terhormat kalau kamu bisa menyanyikan itu di acara ulang tahun sekolah nanti.”
Semenjak saat itu aku dan Bunga sering betemu. Aku dan Bunga menjadi sahabat. Bunga sering mengatakan bahwa dia menyukai karyaku, aku hanya membalas dengan mengatakan bahwa aku juga mengagumi suara dan kemampuanya bermain musik.
Ternyata pemikiranku selama ini salah. Kata dan nada dapat diatukan bahkan mereka tidak dapat terpisahkan. Kata- kata yang indah jika diberikan nada yang bagus akan menjadi sebuah karya seni yang Wow.
Acara pun dimulai. Berbagai aksi pun ditampilkan aku turut ambil bagian di dalamnya yaitu membacakan sebuah puisi yang berupa ungkapan isi hatiku pada Bunga. Aku sudah menyiapkanya sejak beberapa hari terakhir. Sudah berbagai aksi ditampilkan kini giliran Bunga dan bandnya. Bunga berperan sebagai vokalis. Bunga tampak anggun di atas panggung dan menyanyikan puisi yang kuciptakan khusus untuknya. Aku merasa senang karena Bunga bisa menyanyikan perasaanku padanya yang tak dapat kuungkapkan secara langsung.
Setelah penampilanya Bunga menghampiriku.
“Fan” sapanya sambil tersenyum.
Aku menjadi sangat gugup karena gadis cantik itu berjalan menghampiriku.
“Makasih ya Fan” ujarnya sambil memeluk tubuhku setelah cukup dekat denganku.
Aku sungguh tak percaya sekarang aku berada dalam pelukan gadis yang selama ini hanya bisa kuperhatikan dari kejauhan. Sungguh ini suatu keajaiban untuk diriku. Entah setan apakah yang telah memasuki tubuhku hingga aku membalas pelukan itu dan membisikkan sesuatu ke telinganya tanpa kusadari.
“Bunga sebenarnya aku sayaang banget sama kamu, aku udah suka sama kamu saat pertama kali melihatmu.” aku sendiri bingung dari mana datangnya kata-kata itu hingga meluncur begitu saja dari mulutku.
Aku menjadi sangat gugup dan takut Bunga akan marah dan menjauhiku atau bahkan lebih parah mungkin saja dia akan membenci diriku karena kebodohanku sendiri. Tubuhku terasa bergetar seperti sedang terjadi gempa besar di sini dan hanya aku sendiri yang merasakanya.
“Aku juga sayang sama kamu Fan” Bunga berbisik tepat di telingaku dan mempererat pelukanya padaku. Semuanya terasa seperti mimpi bagiku. Ternyata opiniku benar-benar salah tentang kata dan nada, kata dan nada seperti aku dan bunga tidak dapat dipisahkan itulah kenyataanya.
Cerpen Karangan: Yulia
Facebook: Yulia Mardesi
Cerpen Kado Istimewa merupakan cerita pendek karangan Yulia, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
Ketika Sahabat jadi Cinta
Oleh: M. Hazbulloh SantosoDina Bergegas menyetater motor kesayanganya untuk segera melaju ke rumah Reno, sahabat dekatnya sedari duduk di bangku SD. Ia Berencana melakukan belajar Fisika bareng di rumah Reno. Belajar bersama
Senja Mengobati Luka (Part 2)
Oleh: Nehemia Renata, SMP Tarakanita 1 Jakarta“KRINGGGG” Bel masuk berbunyi, kali ini Lido tidak terlambat kesekola. Kali ini Lido pulang tepat waktu. Lido pun terkaget didepan rumahnya sudah ada bendera kuning. “Ini kenapa ada bendera
Kita Belum Bernama
Oleh: KoyakobeKita disini, menari sesuka hati dengan dengungan romansa yang dipeluk angin. Menari sampai kaki-kaki terakhir. Menari seperti esok hari tak hadir lagi. Menari dengan kejujuran di matamu bahwa tiada
Mimpi
Oleh: Graciella Christania EvanyMimpi? Aku tak tau apa arti mimpi yang sebenarnya. Kupikir mimpi itu adalah disaat kita berharap di masa depan kita ingin menjadi apa, atau yang biasanya terjadi disaat kita
Bukan Hanya Omong Kosong
Oleh: Linda RahmawatiMalam ini adalah malam minggu, tak ada yang spesial bagiku. Padahal malam minggu ini adalah malam minggu terakhir di tahun 2015 ini. Aku hanya bisa diam termenung di kamar
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply