Kisah Tak Sampai

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 1 November 2015

“Dear Diary,
Semenjak aku mengenal dia, yang aku rasa itu beda. Yang selalu di pikiranku cuma dia. Kadang bosen, kadang pula itu yang bikin aku jadi semangat setiap hari. Walau menurutku rasa ini terlalu berlebihan. Coretan indah.
Maura Renata”

Maura Renata. Iya itu namaku, nama yang gak asing lagi di manapun. Namaku memang indah, namun jangan pernah berpikir kalau aku juga indah. Aku lebih buruk, bahkan sangat buruk ketika aku mengenal dia. Dia yang berhasil mengalihkan duniaku, dia yang berhasil merwarnai hidupku, dan dia juga bahkan berhasil dalam segala apapun yang menyangkut hidupku.
Semua tentang dia yang tak pernah berhenti ku tuliskan kata demi kata dalam buku usang itu seakan menjadi bukti bahwa ia telah masuk di dalam lingkaran hidupku. Yang di mana sebuah lingkaran itu takkan pernah putus dan berhenti mengintari pikiran bahkan keseharianku. Ini memang hal yang paling membodohkan.

Bahkan semua isi buku diaryku itu tertulis indah tentangnya. Kalau saja buku diaryku itu manusia juga yang sama-sama punya perasaan sepertiku pasti ia sudah menjerit karena tidak ada nama lain yang bisa ditulis dan diukir indah dalam diary itu selain namanya. Iya itu emang coretan indah Maura Renata yang tidak pernah habisnya. Jika bukan ia yang pertama sekali aku lihat di sekolah waktu itu, mungkin bukan ia yang saat ini yang ada di hatiku.

Semua ini berawal cinta pada pandangan pertama yang kata orang itu LOVE THE FIRST SIGHT. Iya cinta itu cuma aku saja yang ngerasain, kenapa semua itu harus berawal dari pandangan pertama. Apa tidak bisa dari pertemuan pertama yang jelas bukan cuma aku saja yang ngerasain tapi juga dia. Aneh sih kalau dipikir-pikir. Dari ribuan bayangan orang yang ada di sekolah pandanganku hanya tertuju kepadanya.

“rin, lo pernah gak ngerasain cinta pandangan pertama?” Tanyaku ke Karina yang tak lain sahabatku, yang tak pernah bosan mendengarkan ceritaku.
“gak perlu ditanya lagi, semua orang juga pernah ngerasain. Ah lo mah.” Ujar Karin.
“uh bego, kok aku nanya gituan. Yang ada bisa dikatain habis-habisan sama Karin.” Batinku.
“emangnya lo kenapa?”
“hmm, oh ya rin. Waktu lo suka sama orang pada love the first sight, apakah orang yang lo suka itu harus selalu ada dalam pikiran lo?” Pertanyaan yang singkat namun padat.
“tergantung dari kitanya sih, kalau kitanya yang gak bisa berhenti mikirin dia otomatis dia akan selalu ada di pikiran kita bahkan sampai mimpi kita juga ada.” Ujar Karin, gadis berkacamata dan punya lesung pipi itu.

“separah itukah rin?” Tanyaku meragu.
“haha biasa aja kali muka lo itu ra. Gak separah itu juga, menurut aku masih balik pada diri sendiri. Emang siapa sih?”
“ah lo mah, masih muda udah pikun. Yang dulu itu lo, yang selalu aku ceritain ke kamu sampai-sampai kamu bilang, ‘Hello Maura, kayak gak ada orang yang lain apa yang bisa lo suka selain dia. Lo itu cantik, lo itu pinter. Bahkan demi dia lo rela nolak cowok yang menurut list para ladies itu perfect.” Kataku mengikuti gaya Karin yang tengah menceramahiku sambil berdiri dengan suara yang lantang.

“Ra, duduk ra. Malu nih gue.” Ujar Karin.
“Kenapa sih lo?” Tanyaku yang memang lagi tidak sadar karena mata semua orang yang ada di perpustakaan pada saat itu tertuju kepadaku.
“kalau mau ribut mending ke luar saja, jangan ganggu ketenangan di sini.” Teriak salah satu siswa.
Aku dan Karina pun ke luar dari perpustakaan itu, keadaan malu pun tidak bisa dijelaskan. Tak sengaja dari ke luar perpustakaan aku ataupun dia saling bertabrakan.

“eh lo ada mata gak sih?!” Gerutuku pada dia, namun setelah aku tahu orang yang aku tabrak itu adalah dia. Tidak bisa ku pungkiri salah tingkah pun terjadi.
“eh Maura. Kok tumben ke perpus?” Tegur sapanya kepadaku, “entar pulang bareng ya, aku jemput di kelasmu nanti.” Ujarnya.
Lagi-lagi dengan caranya, ia berhasil meluluhkan hatiku. Tak bisa ku tutupi bahagiaku, walau terkadang bahagia ini terlalu berlebihan namun apa yang ku rasa bila di dekat dia itu beda. Iya, rasanya itu nano-nano.

Seperti ucapannya, ketika bel pulang pun berbunyi ia orang yang aku cinta namun aku tidak tahu apakah dia juga menyukaiku sudah berdiri menungguku. Aku selalu saja disambut dengan senyuman khasnya yang dimana senyuman inilah yang membuat aku semakin luluh. Yah, itu senjata khasnya untuk meluluhkan hati perempuan.
“ayo pulang.” Ajaknya.
“aku bisa bareng sama Karin aja, kan sudah aku bilang tadi kamu gak perlu jemput aku apalagi sampai di kelas.” Ujarku menatapnya.
“udah lo pulang aja bareng dia.” Kata Karin sambil sedikit menyentuh bahuku.

ADVERTISEMENT

Mau tak mau tapi akhirnya juga mau. Aku harus pulang bareng dia, menghabiskan perjalanan berdua pulang ke rumah bareng dia. Di perjalanan entah mengapa flashback ku teringat ketika pertama kali aku mengenalnya di Laboraturium Biologi. Sedikit canggung dan malu memang tidak bisa aku tutupi dari wajahku. Namun seolah kamu sadar dan memulai percakapan tanpa harus menungguku terlebih dahulu.
“Hai, kamu Maura Renata kan?” Tanya dia.
“iya. Maaf ya kalau aku boleh tahu nama kamu siapa?” Tanyaku balik.
“Aku Reyhan Alvaro.” Jawabnya sambil tersenyum kepadaku, yang pada saat itu membuat jantungku berdegup tak menentu lewat senyumannya.

Yah, orang yang aku cinta itu namanya Reyhan Alvaro. Keren kan namanya? Tak bisa aku bohongi pula orangnya juga keren. Tapi kata Karin ia biasa-biasa saja malah katanya lebih gantengan pacarnya. Reyhan Alvaro ini hampir mirip dengan Afgansyah Reza. Ya ampun penyanyi favoritku itu! bisa dibilang 11:12, tapi kalau Reyhan Alvaro ini orangnya gak ada lesung pipinya seperti yang dipunya kak Afgansyah Reza.

Semakin lama rasa yang ada semakin tak menentu ketika aku bertemu denganmu, setiap hari aku memandangmu dari jarak kejauhan. Dan setiap hari itu pula aku menghabiskan kata demi kata untuk ku tuliskan tentangmu di Diaryku.

Dari perkenalan inilah aku dan Reyhan semakin dekat, awalnya dulu yang tidak kenal, dan yang dulu sering menatapnya dari jarak kejauhan namun saat ini aku bisa melihatnya dari jarak dekat. Hari demi hari juga telah aku lewati bersamanya, kenangan yang indah pun tak bisa ku ceritakan. Rasa yang ada pun semakin kuat, rasa yang hanya untuknya pun semakin tidak bisa dijelaskan. Ini memang terlalu berlebihan ya?

“Dear diary,
Kenapa aku selalu mencintai orang yang tak pernah mencintai aku? Kenapa aku mencintai seseorang yang tak pernah membalas rasa cintaku. Seandainya ia tahu apa yang aku rasakan selama ini ia pasti tidak akan membiarkanku terlarut dalam kesedihan ini. Apakah kamu tahu Reyhan aku mencintaimu dalam diamku, bersamamu aku tegar? Coretan indah.
Maura Renata”

Aku sudah bosan menulis kata-kata ini terus, aku semakin terpuruk. Iya sangat-sangat terpuruk lihat Reyhan bersama orang lain. Reyhan yang selalu memberikanku perhatian lebih yang membuatku semakin sayang kepadanya. Ia bahkan ada di setiap aku butuhkan, aku bahkan berharap ia akan menjadi bagian dari diriku untuk selamanya namun semua harapan itu sirna ketika ia orang yang ku cinta bersama orang lain. Aku ingin menangis melihat dia bersamanya, ia lebih bisa tersenyum dan bahagia bersama orang lain daripada aku. Setiap hari aku harus tegar melihatnya di sekolah bersama orang baru di kehidupannya. Setiap hari itu pula aku harus menahan air mata yang terus-terusan mau jatuh. Bukan cengeng yaa! hati cewek mana yang bisa tegar melihat orang ia cintai bersama orang lain.

“Rin, lo harus cari sahabat lain yaa yang lebih dari aku.” Ujarku.
“kok lo ngomong gitu Ra. Ada apa sih Ra?” Jawab Karin yang semakin bingung.
“aku sudah mutusin rin, aku ikut menyusul nyokap dan bokap pindah ke Jerman.” Ujarku sendu.
“lo jangan pindah dong Ra. Gue sendirian gak ada teman di sini, gak ada lagi yang bisa gue ceramahin.” Karin pun tidak dapat menahan air matanya.

“aku gak tahan Rin lihat Reyhan terus-terusan. Aku selalu buruk dan makin buruk lihat dia bersama yang lain. Aku tidak bisa terus-terusan dalam keadaan ini, aku ingin hidup seperti dulu lagi Rin sebelum aku mengenalnya.” Ujarku yang juga ikut menangis.
“lo bodoh Ra! gue udah bilang berulang kali cari yang lain. Cowok yang lebih baik dari dia itu banyak. Tapi lo selalu saja egois, lo selalu saja ngikutin apa mau lo. Lihat sekarang lo selalu saja dihantui oleh Reyhan. Lo harus bisa ngelupain dia Ra.” Kata Karin menasihatiku panjang lebar.

“aku emang bodoh Rin. Tapi mencintainya tidak pernah aku sesalkan karena ini adalah pilihan hidupku. Besok aku berangkat ke Jerman Rin, aku titip Reyhan yaa! jaga dia selalu untukku.” Ujarku.
“Baik Ra. Lo jangan ngelupain gue yaaa di sana. Lo pasti pulang lagi kan ke sini?”
“iya Rin, suatu saat nanti aku pasti akan pulang lagi ke sini. Lo juga harus jaga diri baik-baik ya.” Ujarku sambil menatap wajah sahabatku untuk yang terakhir kalinya.

Hari ini adalah hari terakhirku di sekolah, hari terakhirku melihat Reyhan. Ini adalah cara terbaik untukku melupakannya. Aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan dan membayangkan semua yang telah aku lewati bersamanya. Ku tatap langit senja yang sore itu kembali mengingatku dengan Reyhan, mungkin ini langit senja yang terbaik yang pernah aku lihat seperti aku mengenalnya.
“Terima kasih Reyhan atas semua kenangan indah yang pernah kita lewati bersama. Aku tidak akan pernah lupa kenangan di kala hujan, kenangan di kala kita menatap pelangi dan menikmati senja sore di padang rumput nan luas. Jaga diri lo baik-baik ya! aku selalu sayang sama lo?” Kataku kepada angin yang berhembus.

Satu tahun pun berlalu namun hatiku masih belum tertata, masih saja aku selalu ingat semua tentang Reyhan. Aku merindukannya, aku ingin sekali melihat bahkan mendengar suaranya. Namun di lain tempat, Reyhan yang entah mengapa mencari Karin dan ingin menanyakan tentangku. Percaya gak percaya namun inilah yang harus aku tahu bahwa ia juga mencariku
“Rin, Maura ke mana sih?” Tanya Reyhan ke Karin.
“ngapain lo nanyain Maura?” Jawab Karin yang sudah terlanjur membenci Reyhan karena sudah menyakiti hatiku.
“gak apa-apa sih. Tapi gue kangen sama dia Rin, sudah 1 tahun ini aku tidak melihatnya. Dia ke mana?”
“dia pindah ke Jerman dan melanjutkan ke universitas di sana”

“ke Jerman Rin? Kok dia pergi gak bilang lagi ke gue.” Ujar Reyhan.
“emang harus ya Maura bilang ke lo. Asal lo atau Reyhan, dia pindah ke Jerman gara-gara lo.”
“kok gue sih?” Potong Reyhan.

“apakah lo tahu selama 2 tahun ini Maura mencintai lo?” Tanya Karin namun Reyhan hanya membalasnya dengan menggeleng.
“lo lihat buku diary yang gue pegang ini. Ini buku Maura, semuanya tentang lo dia tulis di sini. Setiap menit setiap detik ia habiskan semua kata-katanya demi lo. Apakah lo tahu ia terpuruk dan begitu buruk ketika lihat lo bersama orang lain. Apakah lo tahu Maura terus-terusan menangisi lo? Lo sudah bikin sahabat gue seperti itu. Gue gak pernah lagi lihat Maura yang tegar sejak lo jadian sama yang lain. Sejak itulah ia memutuskan ikut dengan orangtuanya ke Jerman agar bisa melupakan lo” Ujar Karin memarahi Reyhan.

“gue selalu menasihati Maura untuk melupakan lo dan mencari yang lebih baik dari lo, tapi apa jawaban Maura selalu saja tak sejalan dengan pikiranku. Pasti setiap gue suruh dia untuk melupakan lo, dia selalu bilang, ‘aku emang bodoh Rin! tapi mencintainya tidak pernah aku sesalkan karena ini adalah pilihan hidupku. Besok aku berangkat ke Jerman Rin. Aku titip Reyhan yaa! jaga selalu dia untukku’ lo lihat betapa Maura menyayangi lo, sampai pada detik terakhir keberangkatannya pun cuma nama lo yang selalu diucapin.” Sambung Karin namun Reyhan hanya terdiam tak bisa berkutik.

“aku menyesal kenapa sekarang aku baru tahu. Bahkan Maura pun tidak pernah mengatakan kalau dia menyukaiku.” Ujar Reyhan.
“penyesalan itu datangnya emang di akhir. Seharusnya lo yang sadar, lo yang selalu ngabisin waktu bersama dia. Lo juga yang ciptakan kenangan yang indah. Bahkan kalau gue kasih pilihan dia bakal milih lo atau gue. Pasti dia memilih lo”
“gue bakal nungguin dia Rin sampai kapanpun, kalau dia pulang ke sini lagi gue akan langsung melamar dia untuk jadi pendamping hidupku. Aku tidak akal nyia-nyiain dia untuk yang kedua kalinya. Aku cukup kehilangan orang yang sangat menyayangiku daripada dirinya sendiri.” Kata Reyhan.

“tunggu aja, tapi gak tahu yaa jangan terlalu banyak berharap entar harapan kamu gak sesuai dengan yang diinginkan terus kecewa. Maura pernah bilang ke gue kalau dia belum bisa mastiin bakal pulang lagi atau bahkan menetap di jerman.”
“walaupun harus menetap di sana, gue akan terus mencari Maura”
“ya terserahlah lo aja deh Han. Selamat berusaha yaa untuk kali ini.” Ujar Karin menyemangati Reyhan.

Reyhan membuka buku diaryku lembar demi lembar. Kini ia telah membacanya, semua tentangnya ku tulis rapi dengan tinta biru yang selalu menjadi saksi bisuku hingga pada akhir lembar diary itu.

“Dear diary,
Aku bodoh! kenapa selama ini aku menafsirkan semuanya lebih? Aku terus menangisi semua itu. Begitu sakit melihat orang yang kita sayang lebih bisa tersenyum dan tertawa bahagia bersama orang lain. Bahkan aku lebih bodoh, kenapa selama ini aku tidak berkata jujur bahwa aku menyukainya. Mungkin ini yang dinamakan Kasih Tak Sampai. Namun aku tidak pernah menyesali telah mencintaimu, karena ini adalah pilhan hidupku. Selama aku bisa melihatmu dan senyummu tak apa bagiku mengagumi tanpa dicintai. Karena aku yakin suatu saat Tuhan akan mempersatukan kita meskipun saat ini ia belum mengizinkanku untuk bersamamu. Aku akan terus menyayangimu. Coretan akhir.
Maura Renata”

“aku percaya itu Maura, kita akan dipersatukan kembali. Aku akan terus menunggumu di sini.” Kata Reyhan sambil menutup buku diaryku dan menyimpan di kotak butterfly yang waktu itu ku berikan untuknya sebagai kado ulang tahunnya yang ke-17.

The End

Cerpen Karangan: Retno Febriyanti
Facebook: Retno Febriyanti

Cerpen Kisah Tak Sampai merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


I Found My Love At The End Of The Year

Oleh:
Aku terhibur dengan percakapan di akun sosial twitterku… dengan orang-orang yang menyenangkan di dalamnya, sehingga aku terlena dengan semua cekikikan, kejaihilan, dan itu membuatku lupa akan rasa sakitku, yaa…

Neera Adikku

Oleh:
“Kakak, Neera haus. Neera pengin susu kak..” pinta Neera adikku. “Aduh, Neera kan tau kakak lagi sibuk nih. Beli aja sana di warung.. Nih uangnya.” jawabku kesal sambil memberikan

Pengobral Dosa

Oleh:
Di sini aku pernah mengkhianati dirinya, pada senja hari seperti saat ini. Ia duduk di sampingku seperti yang engkau lakukan. Ia bertanya dan meminta padaku untuk selalu mengisahkan kenangan-kenangan

Kontes Drama

Oleh:
Hari ini adalah hari libur setelah 1 tahun aku menjadi pelajar yang super sibuk, aku berencana untuk reuni dengan teman-temanku semasa SMA. Aku jadi ingat masa masa SMA ku

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Kisah Tak Sampai”

  1. risma says:

    Cerpennya bagus kak…
    Jadi terharu bacanya:D
    Coba ada sambungannya
    Pasti lebih bagus

    Truz bekarya ya

Leave a Reply to risma Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *