Laki Laki dan Rasa Takutnya

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Motivasi
Lolos moderasi pada: 8 August 2021

Jalan raya hidup seperti biasa. Lampu-lampu jalan menyala bersamaan dengan lampu kendaraan yang tak sedikit jumlahnya. Menikmati suasana malam setelah hujan reda ini memanglah hal yang indah, apalagi ditemani seorang kekasih.

“Minumnya mau apa?”
Tanya seorang wanita sambil meletakkan 2 piring nasi goreng. Wanita yang sudah setahun menjadi kekasihku.

Sebulan sekali, kami selalu meluangkan waktu untuk berkendara keluar. Kemana saja. Tidak perlu malam Minggu. Intinya berdua, berkendara dengan Vespa menikmati suasana hingga tengah malam.

Mataku terpejam, suara yang selalu kutakuti sudah terdengar walaupun samar samar.

Pinggir jalan raya memang menjadi tempat favorit kami, namun tidak jarang bisa menjadi tempat paling menakutkan untukku. Setiap mobil ambulan yang melaju kencang, diiringi dentuman jantungku yang selalu saja tak kuasa mendengar suaranya. Suara yang paling aku benci, karena selalu mengingatkanku kepada detik detik kepergian ibuku.

Terasa sentuhan dingin membelai pipiku. Aku membuka mata. Melihat wajah wanitaku dengan senyum manisnya.

“Dia hanya lewat” ucap seseorang paling kusayang.
Aku memegang tangannya. Memintanya untuk duduk di sampingku dulu sampai suara itu hilang.
“Keenan, kenapa kamu selalu begitu? Bukankah kamu pernah bilang kalau Tuhan itu baik? Dan bukankah manusia mati karena dipanggil Tuhan? Kenapa kamu benci jika mengingat kematian ibumu?”
Wanita itu berbicara dengan nada penasaran. Entah ini pertanyaan yang ke berapa kali. Dan entah untuk ke berapa kalinya aku tidak bisa menjawab.

“Nan, kematian itu ada ditangan Tuhan. Ibumu pergi, karena kasih sayang Tuhan. Mobil itu hanya mengantar jasad ibumu ke pemakaman. Dan itu semua adalah rencananya Tuhan. Jadi jika kamu ingin benci, kenapa tidak benci saja dengan Tuhanmu?”

Aku bisu mendengar kata-kata itu. Sangat jarang sekali wanita ini berkata menyeramkan seperti tadi.
Aku tidak pernah membenci Tuhanku. Aku hanya benci cara Tuhan mengambil ibu.

Dia melepas tanganku. Beranjak memesan minum yang padahal aku belum menjawab ingin minum apa.

ADVERTISEMENT

Hp ku berdering.
“Halo za” ucapku menerima telepon Reza, teman akrab ku.
“Maaf pak, saya menemukan hp ini saat pemilik kecelakaan. Sekarang korban sedang di rumah sakit. Bapak bisa datang kesini?” Ucap seseorang yang tak kukenal suaranya. Aku berusaha untuk tidak panik mendengar kabar itu.
“Alamatnya dimana ya pak?” Tanyaku lalu langsung dijawab oleh suara diseberang sana.

Baru saja wanitaku sampai dengan 2 gelas es teh. Aku langsung berdiri.
“Loh, mau kemana?” Tanyanya bingung
“Kita ke rumah sakit. Reza kecelakaan” Ucapku sedikit ragu. Apa harus aku ke rumah sakit?
Aku membayar 2 porsi nasi goreng dan es teh yang sama sekali belum tersentuh lidah.

Di perjalanan, aku terus menutupi rasa panik dan takutku karena harus datang ke rumah sakit. Tempat paling aku hindari di dunia.
Namun sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari wanita ini. Dia mengetahui, merasakan, membaca apa pun yang ada di kepalaku.

“Kamu gapapa?” Suara itu selalu menenangkanku. Suara yang terdengar dari belakang, tepat di telinga kiriku. Walau terhalang helm rongsok bekas ayahku, suara itu tetap bisa terdengar jelas.
Aku meraih tangannya agar memelukku. Aku tak bisa menjawabnya dengan kata-kata. Jiwaku seperti hanyut di lautan langit malam yang tidak cerah ini.

Sampai di parkiran rumah sakit. Aku berkali kali menarik nafas agar rasa di dalam hatiku ini dapat kuatur. Telapak tanganku basah, aku yakin tangan wanita yang sedang kugenggam ini juga pasti merasakannya.

Setelah bertemu Reza yang ternyata mengalami patah kaki dan sudah tidur, aku dan wanitaku keluar rumah sakit berniat mencari minum. Aku terdiam, melihat mobil putih dengan orang-orang yang sibuk masuk kedalamnya lewat pintu belakang.
Tangan wanitaku mengajakku berjalan meninggalkan pemandangan itu. Pemandangan yang sudah tidak asing jika berada di rumah sakit.

Kami memutuskan untuk mampir di penjual ketoprak. Mengingat perut kami belum terisi apa-apa dan tidak akan kenyang jika hanya diisi air.
Baru saja aku meneguk air putih, melarutkan semua kecemasan, rasa takut dan benci terhadap rumah sakit ini. Wanitaku bersuara
“Keenan. Mati itu hal yang pasti. Kalau kamu takut mati, kamu tidak akan tenang menjalani hidup” ucapnya sambil mengaduk-aduk ketopraknya.
“Tapi aku tidak siap jika harus mati lebih dulu dibanding kamu, atau harus melihat kamu mati meninggalkanku lebih dulu. Apa boleh aku minta kepada Tuhan agar Ia memberitahuku kapan waktunya akan tiba? Agar tidak terasa menyakitkan seperti aku kehilangan ibu”

Ia berhenti mengaduk ketopraknya. Matanya menatapku dalam dalam menandakan bahwa ia ingin berkata serius.
“Aku ataupun kamu yang lebih dulu mati. Kita akan sama sama mati dan akan ketemu lagi nanti. Lagi pula, ada ataupun tidak adanya raga seseorang yang dicintai, perasaan itu akan tetap tumbuh. Kamu ngga akan kehilangan apapun”
Aku mengalihkan pandanganku dari matanya. Mengaduk-aduk ketoprak yang sebenernya sudah tak nafsu ku makan.

Wanita itu meraih tanganku. Dia selalu bisa mengambil hatiku. Aku kembali menatapnya. Dia bersuara lagi.
“Jika nanti aku mati lebih dulu, kamu harus percaya bahwa rasa cintaku untukmu tidak akan mati. Akan abadi, Keenan. Kamu jangan khawatir ya”

Malam ini, aku menatap mata wanitaku dalam dalam. Aku tersenyum membelai pipi Wanita cantik di hadapanku. Wanita yang akan selalu menjadi alasanku berani untuk hidup. Hidup dengan kata-kata indahnya yang selalu berhasil mengubur rasa takutku.

Cerpen Karangan: Sri Purnamawati
Blog / Facebook: Sri Prnma
Halo, saya Sri, manusia biasa yang selalu merasa tidak berguna hidup di Bumi. Seorang Libra yang sering dihantui ketakutan dan kegelisahan jika harus memilih sesuatu. Kalian bisa mengenal saya lewat instagram dengan username sripurnamawati atau blog medium saya dengan link dibawah
link.medium.com/UgdREGV7vib

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 8 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com

Cerpen Laki Laki dan Rasa Takutnya merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


Sempat Bicara

Oleh:
Hallo, Bandung hujan lagi, siang-siang. Macet dimana-mana, pengemis di jalanan makin banyak, air got membludak, sampahnya keluar kemana-mana. Entah kenapa saya suka memperhatikan semuanya dari dalam mobil. Di luar,

Ahh Sudahlah

Oleh:
“krringgg!!! kriiing!!! kriiinggg!!!”. Seperti biasa, itu adalah bunyi alarm handphone Edgar di pagi hari. Kalau semisal kalian sekarang lagi ada di kamarnya Edgar, pasti kalian sudah pada jantungan. Soalnya,

Dunia Dimana Kamu Tidak Pernah Ada

Oleh:
Aku tidak memiliki tujuan apa pun dalam hidup ini, aku hanya memiliki naluri untuk bertahan hidup, meski sekarang hatiku diisi oleh kekosongan, tapi aku tidak pernah ingin lenyap begitu

Pertemuan Kedua

Oleh:
Pagi yang cerah, ku duduk di teras rumahku sambil memandang taman kecil di samping rumah. Daun-daun mawar masih basah, ku pikir mungkin karena hujan deras semalam yang mengguyur bumi

Lebih Indah dari Romeo Juliet

Oleh:
“Malam terlalu sunyi untuk berdiam diri, mengingatkan aku pada satu kisah nak! Izinkan si tua ini menceritakan satu kisah sekali lagi! Ini bukanlah kisah beberapa waktu lalu atau dahulu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

One response to “Laki Laki dan Rasa Takutnya”

  1. moderator says:

    Selalu merasa tidak berguna… padahal cerpen karyamu ini bisa memotivasi dan menginspirasi orang lain! ^_^
    Tetap semangat berkarya ya sri…! karena bisa jadi tanpa sadar kamu sudah membawa pengaruh baik pada banyak orang melalui apa yang kamu lakukan…

    ~ Mod N

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *