Lelaki Cengeng Ku

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 31 May 2016

“Suasana kota tengah malam memang paling sempurna. Langit gelap dengan awan hitamnya. Remang-remang cahaya terpancar dari lampu jalanan kota. Merdunya suara kendaraan berlalu lalang. Beberapa orang terlihat mondar-mandir dengan kesibukannnya masing-masing. Duduk di kursi taman kota, dengan ditemani oleh bintang di angkasa memang hal yang terbaik. Nyaman dan tenang. Seolah-olah hidup tanpa beban. Berpikir dapat lebih jernih. Menghirup udara dingin musim dingin yang menyegarkan hidung. Dengan beberapa butir salju yang turun. Ditambah dengan kepulan asap dari mulut akibat hawa yang begitu dingin. Hal ini dapat terasa lebih sempurna apabila ada seorang yang ikut ada. Entah itu teman, saudara, atau kekasih. Namun sayangnya hal ini hanya dapat aku nikmatinya seorang diri saja. Berpikir tentang masa lalu dan masa depan yang masih menjadi misteri.”

Itulah salah satu hal yang disukai. Berdiam diri di bangku kursi taman sambil melamun, namun otaknya tetap berpikir, memikirkan sesuatu. Tinggal di negeri orang yang selama 7 tahun, tidaklah mudah. Harus hidup sendiri secara mandiri. Harus dapat bertahan dengan segala perjuangan. Jauh dari keluarga tercinta. Menahan segala perasaan yang menyesakan dada. Dan hal lainnya yang itu sangat berat baginya. Oca itulah nama yang biasa orang panggil untuk dirinya. Gadis periang dan energik yang selalu dapat menghidupkan suasana. Belum lagi otaknya yang cerdas. Itulah hobinya, melamun di bangku dengan harapan ada seorang pria yang menghampirinya dan berharap itulah jodohnya. Memang aneh gadis ini!

Saat Oca sibuk dengan lamunannya. Ia melihat dari kejauhan seorang pria dengan tubuh tinggi, berdiri di ujung jalan, sambil memainkan telepon genggamnya. Sepertinya ia terlihat sibuk. “Siapa dia? Aku sering duduk di sini, namun kenapa baru pertama kali ini ku lihat dirinya?” batin Oca. Tak sengaja saat Oca melihat ke arahnya, pria tersebut melirik dengan lirikan yang tidak akan Oca lupakan sepanjang waktu. Tiba-tiba saja ia menjadi sangat gugup, jantungnya berdetak tidak biasa. Layaknya drum yang dipukul oleh pemukulnya secara menggebu-gebu. Oca merasa menjadi sangat malu. Entah mengapa ia dapat merasakan hal tersebut. Buru-buru ia alihkan pandangannya dengan gelagapan. Pria tersebut sepertinya cukup lama melihat ke arah Oca, lalu kembali ke arah teleponnnya lagi.

Karena hal tersebut terjadi buru-buru ia ingin pulang ke apatemennya. Menurutnya ini juga sudah terlalu malam, ia takut terjadi apa-apa. Ia berjalan ke arah kereta bawah tanah dengan menuruni anak tangga. Tak disangka kereta sudah mau berangkat. Ia berlari sekuat tenaga mengejar pintu kereta yang sebentar lagi tertutup. “Aduh gawat apabila aku tidak sampai pada pintu kereta ini, aku dapat pulang kemalaman.” bisik nya dalam hati. Saat kedua pintu kereta secara otomatis akan tertutup, tiba-tiba ada seseorang yang memegangnya lalu menahan pintu tersebut untuk tetap terbuka. Oca langsung lompat dengan napasnya yang masih ngos-ngosan. “Astaga, hampir saja! Terima kasih atas…” Tiba-tiba suara Oca terhenti oleh sesuatu. Ia terkejut oleh orang yang ada di depannya.

“Pria itu, mengapa dia ada di sini?!” Bisik Oca dalam hati.
“Emm.. terima kasih atas bantuanmu menahan pintu tadi,” kata Oca dengan suara gagap.
“Tidak masalah,” balas pria tersebut.

Oca pun mencari tempat duduk, sedangkan pria tersebut memilih untuk tetap berdiri, dengan tangan memegang pegangan. Seraya duduk tak hentinya Oca memandang pria tersebut. Ia sampai bengong mendengar suara pria tersebut, bagi Oca suaranya lelaki sekali, begitu nge-bass dan besar. Ia sangat menyukai pria dengan suara sepeti itu, karena baginya itu seperti suara seorang tentara. Ia juga bingung mengapa dirinya dapat menjadi begitu kikuk apabila bertemu atau melihat pria tersebut.

“Aku saja belum mengenalnya sama sekali, nama, alamat, atau apalah. Aku tidak tahu sama sekali. Namun apa yang membuatku seperti ini terhadapnya,” pikir Oca. “Apa aku sudah gila, akibat terlalu lama menjomblo, atau memang pria ini yang tebar pesona untuk memikatku.” Oca malah berpikir yang tidak-tidak. Setelah sampai di stasiun berikutnya Oca buru-buru turun mendahului pria tadi. Namun saat ia jalan, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Oca langsung balik badan dan kaget. Ternyata pria tadi yang menolongnya.

“Hai?” sapanya. Oca sempat terdiam beberapa detik sampai pria tadi bilang kaya “hay” untuk kedua kalinya.
“Hai juga, maaf ada apa?” jawab Oca.
“Oca ya?” Rasanya seperti berhenti jantung Oca, dari mana ia bisa tahu namanya. Apa kita pernah kenal?
“Ah ya, maaf Anda siapa ya?”
“Ini aku Raihan!”
“Raihan siapa ya?”
“Lupa ya sama temannya sendiri, Raihan temen SMP kamu dulu?”

“Ha! Raihan temen SMP?”
“Iya, yang dulu setiap sekolah kamu yang selalu melindungi aku kalau ada yang mau nge-bully aku,”
“Raihan! Ya ampun Raihan yang dulu pendek, dekil, gampang nangis kalau ada yang jahat dan ujung-ujungnya aku yang maju,”
“Nah itu inget!”
“Kamu kok beda sekali sekarang. Tinggi, putih, pokoknya beda sekali sama dulu SMP,”
“Hahaha.. iya nih. Ya dulu kan masih bocah belum tahu apa-apa.”

Karena udah malam Oca pun pamit duluan meninggalkan Raihan. Sampai di apartemen, ada perasaan senang di hatinya. Siapa sangka Raihan teman SMP-nya dulu yang super cengeng, dan bagi Oca Raihan seperti seorang perempuan, karena ia tidak berani membalas teman-teman yang menjahatinya. Hal ini berbeda sekali dengan tabiat Oca yang seperti gangster. Mana ada yang berani dengannya walaupun ia seorang perempuan. Oca tidak segan mengajak teman-temannya berantem apabila ada yang saling membully. Ia sangat tidak suka hal seperti itu. Dan Raihan, ia bertemu dengannya sekarang di negeri orang. Orang yang ia perhatikan dari kejauhan jalan. Yang menolongnya di pintu kereta. Ternyata dia Raihan.

ADVERTISEMENT

Udara pagi memang sangat menyejukkan. Hawanya yang segar menusuk hidung. Pemandangan langit yang mempesona dengan siluet cahaya yang tak kalah indah membuat hari semakin semangat. Seperti biasa Oca akan pergi ke kampus. Ia harus naik kereta dan berjalan beberapa meter untuk sampai di kampusnya. Ia menjadi teringat dengan Raihan, di mana ia sekarang, sedang apa, bersama siapa. Oca malah memikirkan hal tersebut. Padahal kan ia buka siapa-siapanya Raihan. Selesai ngampus seperti biasanya ia tetap suka duduk di bangku taman, sendirian. Jelang beberapa menit tiba-tiba ia melihat pria kemarin, itu Raihan. Sontak Oca langsung memanggilnya.

“Raihan!” teriaknya. Pria tadi langsung menoleh dengan sedikit menyipitkan mata untuk mempertajam penglihatannya. Ia langsung tersenyum dengan melambaikan tangannya, dan berjalan menuju Oca.

“Oca! Hai lagi? Kamu memang hobi ya duduk di sini?”
“Hai Raihan. Kok tahu aku suka duduk di sini?”
“Karena setiap aku pergi kesini, pasti kamu lagi duduk disini, sendiran lagi”
“Hahaha ini hobiku duduk di bangku ini. kalau masalah sendirian yah bagaimana lagi emang mau ngajak siapa. Orang terlalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tapi karena sendiri aku justru merasa nyaman dan lebih tenang tahu,”
“Hobimu tidak pernah berubah ya dari SMP. Duduk melamun sambil melihat langit senja, sendirian lagi,”
“Kamu kok tahu sih?”
“Apa sih yang aku tidak tahu tentang kamu.”

Mereka berbincang-bincang selama berjam-jam. Ketawa-ketiwi menceritakan masa lalu mereka saat di SMP dulu. Diam-diam dalam hati Oca ia berbisik, “Ternyata ia sudah berubah, jauh dari sebelumnya. Dan mengapa ia bisa tahu hobiku ini, bahkan dari SMP. Apa dulu dia selalu memperhatikanku. Karena jarang ada orang yang memperhatikan hobi melamunku ini. Dan entah mengapa aku bisa sangat nyaman berada di sampingnya, walaupun aku belum mengenalnya sepenuhnya. Ada perasaan senang dan malu, apabila ada dia. Jantungku pun berdegup tak seperti biasanya, dan terkadang aku merasa pipiku menjadi merah, karena malu apabila ia menatapku. Namun itu semua aku tutupi dengan tawaku, aku tidak ingin ia tahu.”

Setelah sekian lama kesepian di negeri orang, Tuhan mengirimkan seseorang teman lama pada Oca. Teman yang tidak disangka-sangka ternyata dia. Dengan perubahannya yang drastis, yang membuat Oca begitu kaget, dan ia merasa ada bunga-bunga cinta bersemi di hatinya. Padahal baru kemarin ia bertemu dan sedikit berbincang-bincang, namun perasaan itu tidak dapat menipu dirinya. Ia memang sedang jatuh hati pada teman lamanya, teman yang dulu cengeng, namun sekarang terlihat gagah, yang dulu pendek bahkan dulu tingginya hanya sepundaknya Oca, sekarang malah kebalikan. Yang dulu harus selalu dibela, namun sekarang sepertinya ia dapat melindungi Oca. Dialah Raihan.

Silih hari berganti tak terasa musim dingin telah tiba. Oca selalu suka dingin, namun sayang tubuhnya tak kuat dingin. Ia alergi dingin. Ia bisa langsung mimisan apabila terlalu lama kedinginan. Dan itu sempat terjadi saat ia bersama Raihan yang membuat ia tambah cinta dengan Raihan. Saat sedang jalan berdua, cuaca memang cukup ekstrim. Sedang asyiknya ngobrol tiba-tiba satu tetes darah segar menetes dari hidung Oca, sontak itu membuat Raihan kaget dan langsung menengadahkan kepala oca keatas, ia cukup panik.

“Ca, kamu kenapa, kok tiba-tiba mimisan?”
“Eh mimisannya ya, emang kayak gini kalau lagi kedinginan,” jawab Oca santai sambil menahan tawa melihat Raihan yang sedang panik.
“Ayo cari tempat hangat Ca!” pinta Raihan. Belum sempat menjawab Raihan langsung memberi jaketnya pada Oca, syal dan topinya. Dan menggandeng tangan Oca buru-buru mencari tempat hangat di mana pun itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe dan memesan cokelat panas. Raihan masih terlihat khawatir. Bahkan sangat khawatir. “Ca, kamu baik-baik saja kan?”
“Ya ampun Raihan, ini cuma mimisan jangan parno gitu. Kamu malah buat aku jadi takut tahu.”

Mereka berdua tertawa. Namun dalam hati Oca masih heran mengapa Raihan bisa sangat khawatir pada dirinya. Seolah-olah ia sangat ingin melindungi diri Oca dari segala mara bahaya. Raihan seperti ingin menjadi pelindung yang membentengi diri Oca. Dan diam-diam hati Oca menjadi semakin bersemi. Musim dingin berganti dengan musim gugur. Udara hangat sangat terasa di kulit. Tidak ada lagi orang yang mengenakan jaket. Semua orang ke luar dari tempat persembunyiannya untuk menikmati indahnya cuaca hari ini. begitu pula dengan mereka berdua. Si Oca yang sedang jatuh cinta, namun ia tidak tahu apakah Raihan juga merasakan hal yang sama dengannya. Seperti biasa mereka janjian di mana mereka pertama kali bertemu di bangku kursi taman. Saat Oca datang Raihan sudah ada di sana. Duduk sendiri dengan pakaiannya yang rapi. Bahkan kali ini ia terlihat lebih tampan dari sebelum-sebelumnya.

“Hai! Udah lama ya?” sapa Oca.
“Eh Oca, enggak kok kira-kira baru 45 menit saja,”
“Wah lumayan lama itu,” jawab oca sambil tersenyum malu.
Kali ini terasa berbeda, Raihan terlihat sedikit gugup tidak seperti biasanya. Begitu pula dengan Oca ia juga merasa menjadi canggung. Setelah beberapa menit diam-diaman, akhirnya Raihan pun berucap.

“Ca, ada yang ingin aku sampaikan,”
“Apa, bilang aja?” jawab Oca penasaran.
“Kamu masih sendirian?” kata Raihan sedikit gugup.
“Sendirian? Maksud kamu belum ada yang punya?” Tanya Oca heran.
“Iya, kamu udah ada yang punya belum atau kamu udah ada orang lain yang mungkin deket sama kamu?”
“Oh deket! Ada!” jawab Oca mantap.

“Ada! Siapa? Laki atau perempuan?” Tanya Raihan buru-buru.
“Laki, emang kenapa?”
“Oh laki, kamu suka dia?”
“iya Han. Habis dia baik, perhatian sama dewasa. Aku suka caranya memperlakukan aku,”
“Siapa namanya?” jawab Raihan sambil tertunduk.
“Namanya.. Beri tahu nggak ya?!” jawab Oca sambil bercanda. Ia melihat wajah Raihan yang semakin merah tertunduk.
“Namanya Raihan…” jawab Oca pelan.

Raihan langsung mengangkat wajahnya dan tidak percaya. Ia berulang kali menyuruh Oca mengulangnya sampai menyuruh Oca berteriak. Tanpa tahu Raihan langsung memeluk Oca, hingga Oca kaget dan membuat hatinya semakin berbunga-bunga. Raihan memeluknya begitu kuat, begitu pula Oca. Selepas pelukan mereka tersenyum bersama. Dan Raihan pun mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuah cincin!

“Maukah kamu Oca teman SMP-ku dulu yang selalu melindungi aku di mana pun dan kapan pun aku berada, menjadi pasanganku untuk yang pertama dan yang terakhir?”
Oca benar-benar kaget, ia tidak menyangka sama sekali jika Raihan akan melakukan hal ini yaitu melamarnya.
“Aku Oca teman SMP Raihan akan bersedia menjadi pasanganmu untuk yang pertama dan yang terakhir,”
“Dan aku Raihan sebagai suamimu kelak akan selalu melindungimu kapan pun, di mana pun kamu berada seperti kamu dulu melindungiku, bahkan aku akan lebih dalam melakukannya.” kata Raihan mantap dengan senyuman yang begiu manis.

Oca tidak sanggup berkata-kata lagi. Ia hanya dapat tersenyum sambil meneteskan air mata. Raihan lelaki yang berbeda, memang dari dulu ia bukan lagi-laki yang senang mempermainkan perempuan, ia sangat sopan pada perempuan, bahkan dulu saat Oca menceritakan Raihan pada mama Oca. Mama Oca terlihat senang dengan Raihan walaupun belum pernah bertemu. Dan sekarang Tuhan menakdirkan mereka untuk bersama dan selamanya. Dengan saling mengisi dan melengkapi keduanya.

Tamat

Cerpen Karangan: Sekar Jatiningrum
Blog: sekarjatiningrum.blogspot.com
Sekar Jatiningrum, ‘Seseorang yang baru mencoba menulis’.

Cerpen Lelaki Cengeng Ku merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

WhatsApp


" Baca Juga Cerpen Lainnya! "


A Second Chance

Oleh:
Memberikan kesempatan kedua, mungkin mudah bagiku karena aku berpikir setiap orang pasti bisa melakukan kesalahan yang disengaja maupun tidak dan aku sebagai manusia akan memberikan kesempatan itu untuk memperbaikinya,

Long Distance Relation OH NO!

Oleh:
Hari ini telah siap diriku dengan dress batik dan pita coklat yang menghias di rambut. “Anggun” Mungkin kata itu yang tepat untukku di tanggal 25 juni ini. Pasti kalian

This Is My Love Story

Oleh:
Saat itu aku sedang menunggu sahabat kesayanganku dan tiba-tiba ada seseorang yang turun dari mobil lalu menghampiriku. Dari situlah awal cintaku… “Hai”, sapanya “Hai”, ucapku membalas sapanya “Ngapain disini?”,

Di Ujung Senja

Oleh:
Aku melangkahkan kaki menuju ruang kelas, suasana tampak ricuh teman-teman berkumpul entah apa yang mereka perbincangkan aku tak peduli. Hari ini classmeet karena akan diadakan lomba memasak antar kelas.

She Is, Who Left Behind (Part 3)

Oleh:
Chenxiao memahami kebingungan dan keresahan Yanxi. Tapi bagaimanapun semua ini akan menyakitkan, tetap saja Yanxi perlu tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan setelah berjalan melewati beberapa barisan batu

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

2 responses to “Lelaki Cengeng Ku”

  1. Leeeeeeeee says:

    Haaaaaaaaayy Mantab kali cerpenya mas

  2. Sekar Jatiningrum says:

    Bukan mas tapi mbak hehe. Terima kasih sudah membaca,mohon saran dan kritik yang membangun ya ^_^

Leave a Reply to Sekar Jatiningrum Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *