Love in A Matter of Time (Part 1)
Cerpen Karangan: Mutya ZulmiKategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 22 April 2019
Sore itu menjadi sore yang sejuk untukku, aku berjalan jalan di taman menikmati suasana di sekitar taman itu. Aku sering kali berjalan santai setiap sore menikmati, hamparan angin yang sejuk, pemandangan dengan bunga bunga di setiap jalan yang kulalui. Ya! Inilah aku, aku memang berbeda dengan pria lainnya, jika saja pria lain lebih suka dengan suasana yang ramai dengan perkumpulan para teman temannya dan menghabiskan waktu bersama teman temannya.
Jelas berbeda denganku, aku lebih suka menghabiskan waktu di taman ini, berjalan jalan menikmati suasana dan hamparan angin yang sejuk di sini. Entah tempat ini begitu, terasa nyaman bagiku, tempat ini terasa hening dan tenang bagiku. Ya, jelas jelas sangat tenang di sini.
Aku terus menyusuri jalanan taman itu hingga aku sampai di tempat tujuanku, tempat dimana aku menenangkan pikiranku dan menikmati suasana sore itu dan menghabiskannya sendiri.
Aku berjalan berjalan dan terus berjalan hingga kutemukan seorang gadis sedang duduk dengan tenang di situ, rambutnya tergerai panjang dengan jepit rambut yang berbentuk bunga tepat di belakang rambutnya. Rambutnya, terjepit dengan rapi rambutnya yang lurus dan panjang. Hey siapa gadis itu aku baru melihatnya di sini. Sejak kemarin tak kutemukan seorang gadis di sini.
Aku menghampiri, dan duduk di sampingnya.
“Apa aku mengganggumu?” Entah pertanyaan macam apa itu, aku melontarkan pertanyaan bodoh itu. Yang mungkin saja ia takkan mempedulikan pertanyaan bodohku itu. Tapi dugaanku salah, ia menjawab pertanyaanku dengan lembut.
“Ah, tidak sama sekali.” dia tersenyum hanya saja tatapannya terus menatap, ke arah depan. Fokus dan tetap pada pandangannya. Apa yang membuatnya fokus, di depan hanya ada kolam ikan dan bunga bunga, cantik di sekitar kolam itu. Apakah ia begitu tertatik dengan pemandangan semacam itu? Hingga tatapannya terus terfokus pada satu titik.
Gadis ini begitu cantik, dengan matanya yang sipit, bibirnya yang mungil, pipinya yang chubby, rambut panjangnya terurai dengan sangat lurus, dan senyumnya yang manis. Aku tidak pernah tahu siapa gadis ini, aku baru saja melihatnya saat ini. Apa ia sedang ada masalah hingga ia datang ke sini dan menyendiri? Ah, tidak mungkin pikirku. Gadis secantik ia, pasti mempunyai hidup yang sangat berwarna. Penuh dengan kebahagiaan, pria mana pun akan terpesona saat melihatnya.
Aku memandanginya terus menerus, entah mengapa tetapi entah mengapa wajahnya, mampu membuat keadaanku semakin terasa tenang, saat melihatnya.
Dengan nadanya yang lembut, gadis itu bertanya kembali padaku dan berbalik pandangan dan menatapku. Lamunanku saat menatapnya seketika buyar, saat ia menatapku dengan senyumannya itu.
“Di sore hari seperti ini, apa yang kau lakukan di sini?”
Aku hanya diam menatapnya lagi lagi ia bertanya dan membuat lamunanku buyar.
“Hey? Mengapa diam.”
Entah aku rasa gadis itu memang sangat ingin tahu, alasanku berada di sini sore hari. Ya, sudah kuduga gadis mana pun akan bertanya apa yang akan dilakukan oleh pria di sore hari seperti ini di taman ini. Pria lain mungkin, akan menghabiskan banyak waktunya bersama teman temannya. Tetapi aku berbeda, aku menghabiskan waktuku di taman.
“Setiap sore hari aku selalu duduk di sini, dan menikmati suasana di taman ini.” ujar ku padanya.
Dia tertawa kecil padaku, dan menatapku dengan senyumannya itu lagi. Entah apa yang membuat ia tertawa seperti itu, apakah itu begitu lucu baginya? Saat melihat pria menghabiskan waktunya, di taman sendirian.
“Apanya yang lucu? Mengapa kau tertawa?”
“Hehe, tak ada. Aku hanya berpikir apa yang akan dilakukan seorang pria ketika di sore hari, ketika ia di taman. Biasanya pria lain akan pergi bersama teman temannya, menghabiskan waktu bersama teman temannya. Hingga larut malam. Terus melakukan hal itu hingga ia merasa sangat puas dan senang. Hingga akhirnya, aku menemukan seorang pria di sini terduduk di sampingku dan berkata ‘apakah aku mengganggumu’ hehe, maaf bukan maksudku menghina atau mengejekmu. Aku hanya heran saja”
Senyumnya yang manis itu, wajahnya itu. Tak mampu membuatku marah saat ia mengejekku seperti itu. Aku tahu, ia memang tidak bermaksud mengejek dan aku fahami mengapa rasa heran itu ada dalam benaknya.
“Hey, apa perkataanku membuatmu tersinggung? Maafkan aku. Aku tidak bermaksud..”
Wajahnya yang merasa bersalah membuat aku ingin tertawa. Wajah itu sangat lugu saat ia ketakutan dan merasa bersalah seperti itu.
Gadis ini.. Entah mengapa mampu membuat senyumku seketika terukir. Yang jelas saja, aku tak mengenalnya.
“Hey, apa kau sering ke sini? Aku rasa aku baru melihatmu” tanyaku. Aku mengabaikan pertanyaan yang tadi karena menurutku itu memang tak seharusnya dibahas. Lagi pula, aku tidak tersinggung sedikitpun akan ucapannya.
“Tidak, aku baru hari ini datang ke sini. Entah rasanya di sini mampu membuat suasana hatiku tenang, aku menyukai tempat ini.”
Pandangannya yang tadi menatapku kini kembali fokus kedepan, posisi duduknya yang sejak tadi miring kini kembali seperti awal. Ia kembali, menatap kolam ikan itu. Fokusnya kembali dengan objek yang berada di hadapannya.
“Apa kau sering mengunjungi tempat ini?” tanyanya.
“Iya, setiap sore aku ada di sini. Duduk dan menikmati suasana yang tenang. Entah mengapa di sini, mampu membuat keadaan hati yang begitu tidak baik menjadi baik. Sebab itu, aku sering kali menghabiskan waktu ku di sini.”
“Mengapa kau memilih menghabiskan waktumu di sini? Dibanding bersama teman temanmu?”
“Entahlah, aku memang sangat berbeda dengan pria lainnya. Ketika pria lain lebih suka berkumpul dengan teman temannya, menghabiskan waktunya, hingga kadang menghabiskan uangnya hanya untuk pergi ke tempat yang mereka anggap, mampu membuat mereka merasa lupa akan masalahnya. Tetapi tidak denganku, aku lebih suka menghabiskan waktu sendiri menikmatinya sendiri, dan kurasa itu lebih baik…”
Gadis itu hanya tersenyum mendengar setiap tutur kata yang kulontarkan padanya, aku tahu ia memahaminya. Hanya saja, karena kami baru saja bertemu ia hanya menjadi pendengar mungkin jika aku sudah lebih dekat dengannya ia akan menjadi penenang.
“Boleh aku tau namamu?” tanyaku
Ia tersenyum dan menjawab.. “Namaku kirei”
“Ah nama yang bagus, cantik sepertimu”
“Terimakasih, siapa namamu?” Kini kirei, bertanya kembali padaku membuat aku langsung menjawab pertanyaannya.
“Namaku, davino panggil saja vino”
“Nama yang bagus, semoga kita bisa terus berteman ya vino”
Ungkapan itu membuat aku terkejut, kini aku dan kirei berteman. Dan aku senang mendengar itu,
“Vino, apa kau menggunakan jam?”
“Memangnya ada apa kirei?”
“Aku harus pulang. Tepat pukul 17.00”
Aku melihat jam yang melingkar pada pergelanganku, dan tepat jam itu menunjukan pukul 17.00 berarti, itu tandanya ia harus berpisah dengan kirei. Entah mengapa terasa berat, meski ia baru mengenalnya tetapi rasanya berat ketika kirei harus pergi darinya.
“Vino?” Panggilan itu, membuyarkanku dari lamunanku. Kirei memanggilku lagi untuk memastikan, apakah jam sudah menunjukan pukul 17.00 atau belum.
“Sudah jam berapa?”
“Kirei, ini sudah jam 17.00”
“Baiklah kalau begitu, vino terimakasih sudah menemaniku di sini. Salam kenal, semoga aku bisa menemuimu kembali.” senyumnya.
Gadis itu kini beranjak dari tempat duduknya dan pergi hingga akhirnya, seseorang menghampirinya. Percakapan itu jelas kudengar karena jarak tempat dudukku dan keberadaan kirei belum jauh.
“Non? Udah mau pulang” tanya seorang laki laki paruh baya itu.
“Iya pak, saya mau pulang”
“Baik non kalo begitu”
Kirei melangkah pergi dan masuk ke dalam mobil nya, ya aku rasa tadi kirei dijemput oleh supirnya. Mobil itu kini sudah berjalan hingga akhirnya sudah tak terlihat lagi, entah mengapa aku masih tersenyum hingga kirei pergi.
Kita memang baru saja bertemu tapi entah mengapa pertemuan yang sesingkat itu mampu membuat senyum pada wajahku.
“Kirei semoga aku bisa bertemu denganmu lagi” batinku.
Sore itu kembali menyapa, aku tepat berdiri di depan cerminku. Entah, sebenarnya untuk apa aku berpakaian rapi seperti ini, aku masih mematung di depan cerminku dengan sisir yang sejak tadi kugunakan untuk, merapikan rambut. Kuletakkan sisir itu dan kuambil parfum, aku semprotkan di seluruh bagian bajuku. Hingga semua parfumnya mengenai bajuku. Sore ini aku siap,
Iya siap untuk bertemu, kirei. Gadis cantik yang kutemui sore kemarin. Aku bergegas menuju keluar rumah kugapai kunci motor yang berada di atas lemari, dan aku pun segera bergegas menuju taman itu.
“Kirei aku datang”.
Selama perjalanan menuju taman, aku membayangkan wajah cantik gadis itu. Rambutnya yang selalu tergerai, dengan jepitan yang menghiasi rambutnya membuatnya semakin terlihat cantik.
Sudah beberapa menit aku dalam perjalanan akhirnya aku sampai di tempat tujuanku, entah mengapa tetapi yang kuketahui biasanya aku hanya berjalanan kaki dari rumah menuju taman ini dan aku hanya berpakaian santai layaknya ingin berolahraga, tetapi kini aku datang dengan menggunakan motor dan berpakaian rapi seperti ini. Entah ada apa denganku. Tetapi yang kutahu, aku sangat bahagia karena aku tahu aku akan menemui gadis cantik itu. Iya, kirei. Aku akan menemuinya kembali.
Aku berjalan menyusuri tempat, biasa yang kudatangi.
Pandanganku tak salah bukan? Aku mendapati, seorang perempuan duduk dengan gaun yang cantik. Rambutnya yang terurai panjang dan menggunakan jepit bunga di bagian belakang rambutnya. Pipinya yang chubby, senyumnya yang begitu tenang saat aku melihatnya. Ya, itu kirei aku mendapatinya sedang terduduk diam sendiri disitu.
Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya, tanpa permisi aku langsung duduk tepat di sampingnya. Aku tau, kirei pun pasti menyadariku di sini.
Gadis itu menengok ke arahku, tapi entah mengapa ia memberikan sambutan wajah yang aneh padaku. Seperti orang yang baru pertama kali ditemui. Padahal, aku dan kirei pun tahu ini adalah kali kedua kami bertemu di tempat ini.
“Hey, siapa kau?” Pertanyaan macam apa itu, kirei melontarkan pertanyaan itu padaku? Mengapa? Bukankah sudah kedua kalinya kami bertemu. Tetapi, mengapa kirei menatapku dengan raut wajah aneh dan pertanyaan yang tak masuk akal seperti itu? Apa ia lupa padaku? Mana mungkin bisa lupa, kita hanya tidak bertemu dalam beberapa jam dan kini ia menanyakan padaku siapa aku?
Kirei, kau melupakan aku?
“Kirei? Kau tak ingat padaku?”
“Siapa? Apakah kita pernah bertemu dan berbicara sebelumnya?”
Kau tak mengenalku? Bahkan suaraku tak kau ingat. Entah rasanya apa yang ada pada hatiku, mengapa ia lupa padaku. Entah mengapa rasanya sakit dilupakan seperti itu? Aku menguatkan diriku. Kirei kita memang baru bertemu dan kini kita bertemu kembali pada waktu dan tempat yang sama, tetapi mengapa secepat itu kau lupa padaku. Kurasakan panas pada mataku, ternyata air mata sudah membendungi kelopak mataku. Aku menangis karena hal ini? Entahhlah, tetapi memang ini rasanya begitu menyakitkan.
Cerpen Karangan: Mutya Zulmi
Blog / Facebook: MutyaaZulmi
lebih tau tentang keseharian saya cek di:
ig: mutzlmy_
fb: mutyaazulmi
yang mau tanya tanya bisa kirim e-mail ke saya di :
mutyaazulmyy21[-at-]gmail.com
Cerpen Love in A Matter of Time (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Mutya Zulmi, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
A Second Chance
Oleh: AfnitaMemberikan kesempatan kedua, mungkin mudah bagiku karena aku berpikir setiap orang pasti bisa melakukan kesalahan yang disengaja maupun tidak dan aku sebagai manusia akan memberikan kesempatan itu untuk memperbaikinya,
Hanya Kamu, Ingin Kamu dan Insyaallah Kamu
Oleh: RadistyAssalamua’laikum hari ku. Kamis siang ini disaat semua orang sibuk dengan aktifitasnya seperti halnya diriku yang kini sedang sibuk membantu pengurus dharma wanita persatuan di kantorku untuk acara hari
Catatan Harian
Oleh: Dheea OctaMasih kusimpan kisah yang indah dalam balutan kertas putih. Warna sampulnya yang manis membuat aku selalu ingin menggenggamnya. Sudah lama aku tak membuka jilidnya, Catatan yang bertempat di sana
Loves Bloom in Their Heart (Part 2)
Oleh: Agatta“Gimana soalnya?” tanya Fiane. Rizkia dan Fiane sedang berada di kantin karena sekarang jam istirahat. “Gila, beuh! Susahnya minta ampun, deh, Ne! gue akhirnya cuma ngerjain 4 soal kecuali
Penantian Cinta Di Malam Ke Tujuh (Part 2)
Oleh: Juanda PutraKeesokan harinya, Sam bangun lebih cepat dibandingkan pada hari sebelumnya. Seperti pada hari sebelumnya, hari itu Sam kembali akan mengikuti ujian di kampusnya. Sam pun kemudian menuju ke kamar
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply