Love is Simple, Like an Edelweiss (Part 1)
Cerpen Karangan: FathurrizalKategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 17 March 2016
Di atas mobil bak terbuka yang berguncang karena jalanan yang rusak. Tyo dan sahabatnya Dimas sedang asyik bercanda menikmati perjalanan menuju kaki Gunung Papandayan. Gunung yang terletak di Garut ini memang gunung langganan kedua sahabat ini ketika mereka sedang jenuh dengan aktivitas di kampus.
“Ler, bulan depan gue udah wisuda. Lo kapan nyusul?” Tanya Tyo kepada sahabatnya.
“Huuff, santailah lagi belum ada niatan buat ngerjain skripsi gue.” Jawab Dimas sambil menghembuskan asap rok*k yang baru dinyalakannya.
“Inget ler, kita udah telat loh. Gue aja telat 2 semester. Lo mau nambah berapa lagi?” Tyo mencoba menasihati sahabatnya ini.
“Target gue semester depan kelar. Gue masih ingin nikmatin alam ini dulu bro.” Jawab Dimas serius.
“Okelah, jangan lama-lama ler.” Tyo mengingatkan sekali lagi sahabatnya itu.
Saat sedang serius membahas masa depan si Dimas yang tak kunjung selesai kuliahnya. Tyo dikejutkan dengan jatuhnya seorang cewek di pelukannya. Cewek tersebut oleng saat mobil yang mereka tumpangi melewati lubang yang cukup dalam. Memang di mobil ini tidak hanya ada Tyo dan Dimas, namun juga ada beberapa rombongan lain. Sejenak Tyo terdiam memeluk cewek tersebut dan memandanginya. Mereka saling bertatap mata dan hening dalam sesaat. Tyo begitu terpesona dengan kecantikan si cewek yang memakai celana uutdoor berpadu kemeja Flanel warna merah dengan rambut panjang yang terkuncir.
“Uhm, sorry Kak.” Kata si cewek.
“Oh iya maaf, maaf. Kamu nggak kenapa-kenapa kan?” Tanya Tyo refleks menutupi kegugupannya.
“Nggak kenapa-kenapa Kak, maaf ya Kak.” Ucap si cewek sambil tersenyum.
“Cakep tuh bro,” tiba-tiba Dimas sahabatnya berbisik.
“Naik berapa orang Mbak?” Tanya Tyo tanpa mempedulikan bisikan sahabatnya.
“Berempat Kak, Kakak sendiri?” balas si cewek sambil tersenyum.
“Berdua doang. Oh iya, Tyo.” Sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan.
“Bunga Kak.” Sambil menerima jabatan tangan Tyo.
“Ini temen gue, Dimas. Dim, kenalin. Bunga.” Kata Tyo meperkenalkan Dimas kepada Bunga.
“Dari mana Mbak?” Tanya Dimas setelah berkenalan dengan Bunga.
“Bandung Kak. Kalau Kakak?” Bunga balik bertanya.
“Oh iya, sama berarti. Bandungnya di mana?”
“Di Dipatiukur Kak, Kakak sendiri?”
“Di Buah Batu, kamu masih kuliah?” Tanya Dimas.
“Iya, Kakak di sendiri kul..” belum sempat melanjutkan jawabannya Bunga kembali oleng dan terjatuh lagi ke pelukan Tyo. Tyo yang dari tadi cuma diam memandangi kecantikan Bunga kembali terkejut.
“Sekali lagi dapet piring ini mah.” Kata Tyo sambil tertawa diiringi susulan tawa Dimas dan teman-teman Bunga.
“Sekali lagi berarti Jodoh tuh Bang.” Timpal teman Bunga di sela-sela tawanya.
Tyo hanya tersenyum menanggapi celotehan teman Bunga. Nampak wajah Bunga mulai kemerahan menahan malu dan salah tingkah. Tyo yang menyadari gelagat salah tingkah Bunga semakin menggodanya sehingga wajahnya semakin merah padam. Bunga hanya menahan malu dan menggembungkan pipinya yang memerah serta memanyunkan bibirnya. Semua tingkahnya itu membuat seisi mobil tersebut tertawa.
Sepanjang perjalanan mereka menjadi semakin akrab dan obrolan pun menjadi semakin seru. Dari obrolan tersebut diketahui ternyata dari empat orang rombongan bunga yang semuanya cewek, hanya dua orang yang pernah mendaki ke papandayan yaitu Bunga dan Viona. Sedangkan dua teman lainnya Indri dan Gita baru sekali ini mendaki gunung. Ini kali kedua Bunga mengunjungi Gunung ini. Dia ketagihan karena padang edelweis di Tegal Alun menurutnya lebih indah dibanding Surya Kencana di Gunung Gede. Setelah tim bergabung, pendakian pun dimulai. Viona di depan dengan Indri. Lalu Gita dan Dimas di belakangnya sedangkan Tyo sendiri lebih enjoy jalan santai di belakang ditemani oleh Bunga.
“Suka nanjak emang kamu?” Tanya Tyo pada Bunga.
“Ya lumayan sih, mulai awal masuk kuliah. Sempat ikut UKM pecinta alam, tapi nggak kuat pas diklatsar akhirnya mundur Kak.” Jawab Bunga.
“Oh, berarti sekarang udah nggak ikut mapala lagi?” Tanya Tyo.
“Enggak Kak, lebih enak gini. Ngerasa bisa lebih enteng aja sih jalanya tanpa beban.” Jawab Bunga sambil tersenyum. Lima belas menit berjalan mulut Tyo mulai asam. Dia mulai mengeluarkan rok*k dari tas selempangnya.
“Duluan aja, mau minum sambil ngerok*k dulu.” Kata Tyo mempersilahkan Bunga jalan duluan.
“Ya udah aku jalan duluan ya Kak, jangan nyasar ya.” Balas Bunga sambil menjulurkan lidahnya.
Tyo hanya tersenyum membalas ejekan Bunga. Setelah rok*k dia nyalakan dia duduk sejenak dan beristirahat di dekat Kawah Gunung Papandayan. Pandangan matanya tak bisa lepas dari gerak-gerik Bunga yang sudah berjalan sedikit menjauh darinya. Tanpa disadari Bunga menengok ke belakang dan sekali lagi mata mereka saling bertemu. Terlihat jelas pipinya yang putih sedikit memerah dan tersenyum pada Tyo. Tyo membalas senyuman dari Bunga dan mencoba mengalihkan pandangannya. Namun masih tersungging senyum di bibir Tyo mengingat kejadian barusan. Di saat dia sedang tersenyum membayangkan Wajah cantik dan manis Bunga, tiba-tiba lemparan batu menuju ke arahnya. Refleks dia menghindar dan melihat ke arah datangnya lemparan tersebut mencari pelakunya. Terlihat Dimas terkekeh sambil berteriak.
“Jangan ngelamun jorok bro. Awas kesambet setan gunung.”
“Anjr*t, untung kaga kena. Bisa bocor pala gue monyet.” Umpat Tyo.
Dimas hanya tertawa terbahak-bahak diiringi tawa yang lainnya. Bunga hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat ulah kedua sahabat yang baru dikenalnya ini. Sambil menghisap rok*knya Tyo berjalan menyusul rombongan barunya yang sudah lumayan jauh di depannya.
“Bagi rok*k bro.” pinta Dimas.
“Nih, rok*k lo simpen aja ler buat nanti malem.” Sambil meyodorkan rok*k pada Dimas.
“Eh ini ada yang ngerok*k nggak?” Tanya Dimas pada rombongan Bunga.
Mereka berempat hanya menggeleng dan tersenyum kepada Dimas yang menawarkan rok*k kepada mereka. Dengan refleks Tyo membuka isi tas slempang kecilnya dan merogoh isi di dalamnya. “Jangan dengerin dia, suka ngaco ngomongnya. Ini aja nih lumayan kan buat nambah tenaga.” Ujar Tyo sambil menyodorkan beberapa permen yang ada di tangannya. “Makasih Kak.” Ucap Bunga dengan tersenyum dan pertama kali mengambil permen yang ada di tangan Tyo.
“Ayo jalan lagi keburu sore nanti, yang naik juga rame daripada nggak kebagian tempat.” Ajak Tyo diiringi anggukan dari semuanya.
Sesampainya di Pondok pada pukul 16.00, mereka tak segera mendirikan tenda. Rencana untuk segera mendirikan tenda sedikit terhambat karena Pondok Saladah sudah ramai. Setelah berunding mereka berenam akhirnya sepakat untuk istirahat dulu. Sementara Bunga, Viona, Indri, dan Gita beristirahat, Tyo dan Dimas berkeliling mencari lapak untuk mendirikan tenda. Setelah lima belas menit berkeliling akhirnya dapat juga lapak yang cukup untuk membuat dua tenda. Dimas mulai membongkar carrier dan mengeluarkan tenda yang ada di dalamnya. Sedangkan Tyo memberi tahu keempat cewek yang sedang beristirahat.
“Bunga, udah nemu tuh tapi agak ke belakang. Nggak kenapa-kenapa kan daripada nggak ada.” Ucap Tyo.
“Ngga masalah Kak, yang penting ada tempat buat tenda kita.” Jawab Bunga.
“Ada kok, sebelahan kita tendanya.”
“Wah asyik bisa masak bareng kita Kak, sekalian entar bisa ngobrol-ngobrol lagi.” Jawab Bunga sambil tersenyum manja. “Itu mah maunya kamu, kalau aku buka tenda bikin kopi terus tidur, wee.” Sambil menjulurkan lidah dan membawa tas Bunga yang ada di bawah.
“Wah bang, Tas Bunga doang nih yang dibawain? Tas Aku gimana bang?” Potong Gita ketika melihat Tyo membawakan tas Bunga. “Oh ini tas Bunga? Nggak jadi dibawain lah.” Jawab Tyo sambil seakan-akan melepaskan tas Bunga yang sudah dia kenakan.
“Ih, baru juga mau dipuji baik banget mau bawain tas aku. Gak jadi deh. Reseee.” Tukas Bunga seraya memanyunkan mulutnya. “Jangan manyun entar cantik kamu makin nambah. Kalau aku naksir gimana?” Goda Tyo.
“Eheeem hmmm..” Serempak Viona, Indri dan Gita menjawab. Terlihat Bunga hanya diam dan pipinya kembali merona kemerahan. Bunga kembali salah tingkah ketika teman-temannya semakin bersorak. Dia hanya diam dan menundukkan kepala menahan rasa malu.
“Ayolah buruan ke sana biar cepet berdiri ini tenda. Udah dingin banget.” Ucap Viona di tengah-tengah tawa teman-teman yang lainnya.
“Ya udah ayo, udah dingin. Ingin cepet-cepet bikin kopi terus tidur.” Sahut Tyo sambil membakar lagi sebatang rok*k untuk mengusir rasa dingin yang mulai menghinggapinya.
Mereka berjalan melewati tengah pondok saladah dan menyusuri samping kirinya. Lokasi yang mereka temukan memang agak ke belakang pondok saladah. Tepat di dekat beberapa pohon edelweiss. Sesampainya di sana Dimas sedang sibuk mendirikan tenda sendirian dan sudah hampir jadi. Melihat sahabatnya itu kesusahan harus mendirikan tenda dengan kondisi yang mulai dingin, Tyo segera membantu.
“Lama bener lo, pasti sepik-sepik dulu ya lo.” Oceh Dimas sambil menahan dingin.
“Dikit, lagian punya muka bening bener. Siapa tahu jodoh.” Jawab Tyo sambil terkekeh.
“Bagus deh, gue kira lo nggak doyan cewek. Lo kan udah empat tahun jomblo.” Sahut Dimas sambil tertawa.
“Gue cuma belum nemu yang pas, semoga ini pas.” Pungkas Tyo dengan pandangan kosong menatap hamparan pohon edelweiss di depannya. “Udah entar aja ngelamunnya, bantuin gue. Keburu dingin nyet.” Kesal Dimas yang disambut tawa Tyo.
Tak perlu waktu lama untuk mendirikan tenda bagi Tyo dan Dimas. Beberapa saat kemudian tenda kedua sahabat ini sudah berdiri kokoh. Kedua sahabat ini pun langsung masuk ke tenda untuk merapikan perlengkapan dan logistik yang ada di dalam carrier. Setelah semua tertata rapi, Tyo ke luar tenda sambil membawa perlengkapan masak dan bahan-bahan untuk makan malam nanti. Alangkah terkejutnya ternyata tenda sebelah belum juga berdiri. Tyo hanya tersenyum lucu dan merasa kasihan juga. Sudah hampir gelap dan cuaca semakin dingin namun mereka masih belum masuk tenda. Akhirnya Tyo pun memanggil sahabatnya untuk menggantikan dia menyiapkan peralatan masak. Sedangkan Tyo membantu Para cewek mendirikan tenda.
“Waduh udah jam segini masih belum berdiri juga itu tenda.” Ledek Tyo sambil berjalan menuju tenda para cewek yang baru setengah jadi.
“Wah si abang, bantuin kek. Malah ngeledekin.” Sahut Gita sambil menggigil.
“Oh perlu bantuan toh. Nggak ngomong sih.” Jawab Tyo enteng sambil terkekeh.
“Dasar cowok ya, nggak peka banget sih.” Sahut Viona yang sibuk berkutat dengan frame di tangannya.
“Hahaha, ya maaf atuh. Eh tapi ini dua personil ke mana ini kok tinggal dua.” Melihat hanya dua cewek yang tersisa Tyo bertanya penasaran.
“Ciyeee nyariin Bunga ya Bang?” Sahut Gita.
“Emm nggak kok, ayo sini gue bantuin keburu makin dingin entar.” Jawab Tyo sekenanya menutupi gugup.
“Hahaha.. santai aja bang, mumpung masih jomblo tuh si Bunga.” Sahut Viona sambil tertawa.
Bersambung
Cerpen Karangan: Fathurrizal
Facebook: https://www.facebook.com/fathurrizal.n
Blog: travelerskecil.blogspot.com
Line id: fathurrizaln
Cerpen Love is Simple, Like an Edelweiss (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Fathurrizal, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
Share ke Facebook Twitter WhatsApp" Baca Juga Cerpen Lainnya! "
My Secret Love
Oleh: NurianaHujan tak kunjung reda, sepasang mata sayu memandang putus asa. Ingin rasa berteriak lalu menerobos ribuan runtuhan hujan demi hasratnya yang terpendam dalam diam. Namun, rasa dingin telah mendahului
Dio Maaf, Aku Mencintaimu
Oleh: Siti MariyamAku berjalan dengan semangat sambil bibir terus mengukir senyum menuju tempat pemberhentian bus di sepulang sekolah hari ini untuk menemui seseorang. Seseorang yang akan kutemui itu sudah berhasil membuatku
Ketiban Cinta Cowok Misterius
Oleh: Dika FebrianiDi sudut ruang kelas xi ipa 1 ada sosok misterius yang duduk di bangku belakang pojok kelas. Suasana kelas menjadi sunyi karena kelas yang masih sepi dari keramaian. Sinar
Babysitter And Son
Oleh: Renita MelvianyIni adalah kisah seorang laki-laki yang yang tidak punya banyak waktu dan seorang wanita yang berprofesi sebagai babysitter, tapi kali ini dia tidak menjaga seorang bayi atau anak-anak melainkan
Antara Sahabat Dan Cinta (Part 2)
Oleh: Merry AdcSemenjak kejadian itu, fanny belum bisa ngobrol sama lisa, dia masih sangat kecewa sama lisa dan menggap lisa lah penyebab andre menolak dia, dan lisa sangat dilema, antara bahagia
"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"
Leave a Reply